/0/27036/coverbig.jpg?v=714481bd1e4e99a18860b71374587623)
embasahi kaca jendela apartemen yang menj
ngadilan. Kertas itu terasa seperti pisau tipis yang menusuk lambat ke dadanya,an berakhir seperti ini. Bukan karena perselingkuhan, bukan pula karena pertengk
ya, Ratna Mahadipa, tiga bulan lalu. Nada suaranya dingin, tapi
ga Mahadipa, memeluk lutut, mencoba meyakinkan mertuanya bahwa ia dan Rev
n, lalu berkata, "Tak ada yang bisa menggantikan darah
a kini. Dan yang lebih menyakitkan-Revan,
terakhir, Revan menemuinya seb
tanya Aruna, suaranya hampir tak
ku... nggak tahu harus bilang apa lagi. Ib
Jadi empat tahun ini, kita apa, Van? Hanya s
nya sebentar, lalu melep
ngkat untuk mengganti semu
ngan kenangan Revan. Semua sudut ruangan terasa seperti jebakan-meja makan tempat mereka merayakan ulang tahun pertama per
anya ingin tidur, menenangkan pikira
punya ren
Aruna baru saja memejamkan mata ketika pintu kamarnya ter
, namun sebelum sempat
at, panas, dan tidak terkendali. Ada aroma alkohol yang samar bercampur deng
rcekat. Tapi genggaman
a lemah, pikirannya kacau. Semua berlangsung cepat. Ia hanya mengingat bagaimana l
ahun b
sia dua tahun setengah bernama Aiden. Anak itu memiliki rambut hitam legam dan
" panggil Aruna sambil mera
erja di kota?" t
yang. Mama ada janji dengan klien. Na
ta. Hujan rintik kembali menemani perjala
gai desainer interior freelance, dan pekerjaannya mulai stabil. Namun saat pint
mpurna, tatapannya terlalu m
i?" suaranya dal
runa menatapnya
da Aiden, yang duduk sambil
sedikit, memperhatikan waja
embeku.
pi tatapannya tetap pada Aiden. "Dan aku tidak
ng melayang ke malam di hotel tiga tahun lalu. Gelap. Nafas berat. Aroma asing. Dan
a apa-apa, suara lain memang
ru
a berdiri di sana, sedikit basah oleh gerimis, dengan se
u bicara,"
. "Sepertinya pembicar
aja kembali masuk ke pusaran

GOOGLE PLAY