/0/27491/coverbig.jpg?v=675f3788714408973b0be75b42319707)
ma yang Se
meninggi di ruang tamu yang sunyi. Wajahnya meme
ah Mamanya. "Mama, aku sudah bilang, ak
idup sendiri? Apa kamu lupa siapa yang membesarkan dan membiay
ak lupa,
. "Aku memilih Alya, bukan karena aku inginnenek tua yang tidak punya apa-apa? Apa Mama tidak cukup jelas selama ini? P
aku sudah dewasa, Mama. Aku mau bahag
mbeku. Wajahnya penuh kecemasan, t
ya. "Aku tahu. Tapi aku juga tahu kalau cinta antara aku
u begitu, kamu yang memilih jalanmu sendiri. Ta
asti. Di luar, udara malam dingin menyergap. Ia menghela
e arah Reza yang kini hilang dari pandangannya.
Alya, Reza, Sar
t, sebagian membawa map tebal, sebagian lainnya sMamak dengan laptop atau kopi di tangan. Di salah satu aula,
i Fakultas Ilmu Sos
a degup jantungnya menggila. Debat hari ini adalah final, dan semua orang tahu siapa yang akan menang. Alya bukan hanya pintar
n senyum tipis. Pak Burhan, pemilik yayasan Aruna, sekaligus ayah dari Sarah
eh pada putrinya. Pandangannya hanya t
ersinar," gumamnya pel
rik ayahny
. Dia bisa jadi lulusan terbai
api jelas nada suara ayahnya bukan sekadar komentar akademis. Ad
"Jangan sampai saat wisuda nanti, s
debatnya ketika suara lembut
anget ka
anggun berdiri di hadapannya. Ia mengenakan blouse branded, rias
kan?" tanya A
g namanya disebut-sebut semua dosen.
tkan dahi. "
..." Sarah menatapnya dari ujung kepala sampai kaki, "ng
tapi ada nada terselubung di dalamnya
erpustakaan, bahkan menawarkan Alya tumpangan pulang meski mereka tinggal di arah berlawana
tahu kapan bicara, kapan mendengarkan, ka
ternyata bukan hanya p
" tanya Sarah suatu malam saat
arga yang aku punya. Ayah meninggal waktu
eningan
Sarah. "Aku
rbiasa. Hidup nggak selalu adil, tapi aku se
semakin sulit ia membedakan mana yang murni misi dari
Gab
dekat dengan keluarga Burhan. Reza kuliah di fakultas bisnis, dan hampir tak pernah terlihat di ke
piri Alya. "Tadi kamu yang nanya soal
betulan topik skrips
pis. "Boleh ngobrol lain wak
membeku. Ia mengenal tatapan Reza.
us, bahkan sesekali mengantar Alya pulang. Sarah tak berkata apa-apa ia bukan tipikal perempuan posesif.
ama Reza, Bu Arini, tidak akan
rsama di parkiran, Sarah hanya tersenyum
an, siapa Rez
Tapi... aku gak pernah
menatapnya lurus. "Tapi kamu harus siap
h. Aku cuma takut suatu hari aku lupa jadi diri sendiri, de
k bisa m
h mulai tumbuh-antara ka
mencintai Alya. Bukan karena rencana, bukan karena warisan, tap
erbahaya dari sekada
m pe
rk

GOOGLE PLAY