K, mending kita main aplikasi MiChat aja. Wanita di sana cantik-cantik
dingin. Bowo duduk di seberangku, santai seperti biasanya. Kafe kecil ini bia
sal yang baru saja kami alami masih menghantui pikiranku. Perusahaan tempat kami bekerja selama b
ku tahu dia sama frustrasinya denganku. Dia menghela
pi matanya menunjukkan kelelahan. Ia berusaha menghibur dirinya
t," jawabku singkat sambil meletakk
terlibat dalam hal semacam itu, apalagi denga
Ya udah, terserah lo. Yang penting, gue nggak mau terus-terusa
ulai sibuk dengan layar, teng
aku dan Bowo. Dia bisa berlarut-larut dalam pelarian yang dangkal, sementara aku tak bisa be
untuk bersenang-senang dengan banyak wanita. Berbeda de
rkan di sandaran kursi. "Gue balik dul
kat tanpa mengalihkan pa
inkan kekhawatiranku. Jalanan di depan sepi, lampu-lampu jalan menyinari aspal yang basah setela
ng akan kukatak
a. Aku ingin menjadi suami yang bisa diandalkan, tapi seka
dari Shira. Biasanya, dia akan menanyakan kapan aku pulang. Aku menghela napas sekali lagi sebelum melanjutkan perjalana
k. Kini aku pun cepat-cepat mengendarai motorku menuju ke rumah
-
g kali kulihat dan, sejujurnya, mulai membuatku bosan. Rambutnya diikat asal, wajahnya kusam dan berminyak, dengan beberapa jerawat y
, perhatian dan melayani. Tapi, di saat seperti ini, aku merasa ada yang kurang. Mungkin karena dulu d
membebani Shira dengan masalahku. Dia sudah cukup b
p meja dengan pikiran melayang. Dia memang istri yang baik, selalu memanjakanku dengan per
rsenyum. "Mas, kalau ada yang mau dibicarakan, Shira siap dengerin, kok,
eminum kopi. Dalam hatiku, aku tahu aku berbohong. Ada ses
-
telah membersihkan meja. Biasanya, ia akan duduk di ruang tamu, menemani sejenak sebelum kami tidur, tetapi malam ini
n. Pikiran tentang PHK di kantor, ketidakpastian masa depan, dan kehampaan
i
nyata dari Bowo. Aku membuka pesan itu tanpa ekspekt
ngan tubuh yang menawan, senyum menggoda, dan mata penuh pesona. Semua itu d
gumamku, setengah terkej
u berbeda jauh dari Shira-istriku yang semakin hari semakin tampak kusam di mataku. Bukannya Shira tak cantik, tapi sekarang
tahu. "Ah, sekali-kali nggak apa-apa," bisikku, mencoba meyakinkan diri
menari di layar, mengunduh aplikasi MiChat. Hanya butuh beberapa menit sebelum aku tenggelam dalam profil demi profil wan
terbayangkan, dengan senyum yang menggoda dan tubuh yang proporsional. Dada besarnya terlihat jelas dari foto-foto yang ia unggah, membuat
irim pesan padanya. "Hai, apa kabar?
menelusuri foto-fotonya, memperhatikan setiap detail. Namun,
ya. Rambut hitam panjang, senyum
mirip banget dengan Shira?"