awa beban yang tak terlihat. Begitu pintu rumah tertutup, Bella segera melangkah ke kamarnya. Tangannya gemetar saat meraih tas besa
nti Juragan Bram marah lagi pada kita," ucapnya dengan
ergi saja dari sini? Biar kamu tidak jadi istri keduanya,
ung mengangguk. "Iya, benar. Kita pergi saja.
solusi, Pak, Bu. Kita tahu siapa Juragan Bram. Kalau kita sembarangan pergi, itu justru akan membawa masalah yang lebih bes
am koper dengan gerakan kaku. Dalam hatinya, ia berulang kali mey
duk santai di kursi kulit hitam, sementara di hadapannya Tiara berdiri tegak. Napas Tiara memburu, ke
arus menikah lagi? Aku tidak mau dimadu sepert
. Sampai sekarang kamu belum juga hamil. Kalau aku tidak punya anak, siapa yang akan meneruskan semua ini? Aku anak tunggal. Orang tuaku jauh di Beland
nya naik turun menahan amar
menaikkan sebelah alisnya,
ampir jatuh, tapi ia menahannya. Ia tahu, meski sekeras apa pun ia
"Aku tidak akan menghalangi pernikahan itu. T
ya berubah tajam, penuh amarah yang terpendam. Tanpa ragu, ia m
ara rendah namun penuh ancaman. "Kau t
ra hingga terhempas ke sofa. Tiara memegangi pipinya yang p
tanya menusuk seperti pisau. "Pernikahan kami akan
an. Ia jatuh terduduk, dadanya bergetar hebat, d
*
tkan halaman luas dengan taman yang tertata rapi. Namun, keindahan itu tak mampu mengusir rasa ses
auan, ia disambut oleh seorang wanita paruh baya. Wajahnya ramah, senyumn
ke kamar. Saya sudah menunggu Non Bell
k siapa?" tanyanya lirih, suaranya nyaris te
k Inem," jawabnya
ang tamu, naik ke lantai atas menuju kamar yang telah disiapkan. Namun, langka
cantik dengan gaun mahal, namun wajahnya dipenuhi a
nikah dengan suamiku," kata Tiara, s
atapan itu. Ia tahu, di hadapannya kini adalah istr
kan menderita di sini," ujar Tiara, bibirnya m
ya hanya menjalankan apa yang suami Anda minta," jawabnya pelan,
gan halus namun kuat itu mencengkeram wajah Bella,
u lahir, kau akan pergi dari sini. Jangan pernah berharap mendapatkan harta... atau dirinya,"
kasar. Tumit sepatunya berderap di lantai marmer saa
debaran di dadanya. Ia sudah menduga hal seperti ini
ecah keheningan. Ia mempersilakan Bell
mari tinggi dari kayu jati, dan tirai tebal yang menutupi jende
ghadapi sesuatu yang selama ini tidak pernah ia bayangkan. Sese
yaninya." gumamnya dalam hati, jemarinya menggenggam erat ujung sepra
ke