ejak pernikahan suaminya dengan istri mudanya, hatinya seperti terkoyak. Ia tak sa
membuka mata perlahan. Pandangannya buram sebelum akhirnya jelas
suara Tiara serak, matan
airah. "Layani aku, sayang," ucapnya sambil menarik selimut yang m
lam ini seharusnya menjadi malam pertama suaminya bersama Bella, istr
rakus, sementara tangannya dengan kasar meremas payudara Tiara meski masih terhalang kain p
idak bisa melayanimu?" tanya Tiara dengan suara lirih, m
telinga istrinya. "Dia... datang bulan. Dan aku benar-benar
n, namun di sisi lain, ada pula rasa bangga terselubung. Malam pertama suam
ngga pria itu terbaring di bawah. Ia merangkak naik, kini posisinya berada di atas tubuh suaminya. Tatapan matanya berubah, b
sa sakit hati, cinta, dan nafsu. Bram membalas dengan penuh gairah, keduanya larut dalam ciuman panjang
inya, menahan agar tubuh itu tetap dekat dengannya. Namun Tiara punya cara lain untuk menunjukkan dirinya. Perlahan,
enelusuri lehernya. Bram mendesah keras, kepalanya terdorong ke belakang
e belakang memberi ruang lebih. Tiara menciumi leher itu dengan liar,
am mengerang pelan, tangannya ter
menyusuri dada bidang Bram yang berotot. Ia mengecup penuh gaira
tipis, merasakan sensasi yang tak bisa ditolak. Dadanya na
p jengkal kulit. Hingga akhirnya bibirnya sampai ke otot perut Bram yang
hh... ahhh... luar biasa..." desahnya semakin berat, setiap sentuha
an. Sebuah senyum tipis penuh kemenangan terbit di bibirnya. Ia tahu, malam ini ia berhasil
gin menegaskan siapa yang benar-benar berkuasa malam itu. Jemarinya mulai bergerak pelan, membuka kancing baju tidurnya satu per satu
ah membuncah, Bram meraih kain tipis itu dan menariknya dengan kasar. Tiara terperanjat sejena
am. Payudaranya kencang dengan ukuran yang menggoda, puting berwarna cokelat muda sud
Besarnya terasa pas dalam genggamannya, membuat Bram semakin tak terkendali. Ia meneka
akit," keluhnya, suaranya ter
h dekat dan langsung menundukkan kepalanya. Bibirnya menempel di puncak
itu kencang..." desahnya, tubuhnya
oleh suara istrinya. "Mmmmhh... manis sekali..." suaranya parau, b
annya mencengkeram rambut suaminya erat, se
hhh..." desahnya semakin jelas, be