i Sela, itu adalah sinyal dimulainya pertarungan baru. Ia masih duduk di bangkunya, hatinya diliputi rasa kesal. Di hadapannya, Arga merapik
t pintu, menunggu Sela. "Sel, kita
gak usah nungguin gue. Nggak tahu nih bakal be
butuh bantuan buat tonjok dosen itu," kata Rina de
ela bersikeras. Ia tidak ingin Tio dan Rina melihat
r dari kelas. Sela melihat mereka berdua berdiri di depan pintu, seolah-olah mereka
ri di depan meja Arga, dengan tangan bersede
tap Sela. "Sudah selesai? Silakan duduk
k. Cepetan aja. Bapak mau kas
ang to the point. Tapi, saya lebih suka
ding. Ia merasa seperti anak kecil yang sedang dimarahi. Sela akhi
ikan ini adalah tugas kelompok. Saya sudah membuat daftar nama kelom
gguk. "Iya,
pertanggungjawaban Anda," kata Arga,
kening. "Pertan
nabrak mobil saya, dan ada bekas lecet. Sa
awah meja. "Duh, Pak! Kan saya udah bilang, itu cuma lecet doang!
da. Tabrakan itu terjadi karena Anda tidak hati-hati, bukan saya. Ja
duit sebanyak itu,
ari atas ke bawah. "Saya rasa kamu punya uang. Atau, ora
ela menolak keras. Ia tidak akan pernah meminta uang kepada orang tua
Arga tersenyum, senyum yang m
ra
in. Menjadi asisten dosen saya," kat
"Apa? Jadi asisten Bapak? Ngga
asisten saya, atau saya laporkan
deh!" Sela berseru. "Saya nggak bakal mau
da hanya perlu membantu saya mengoreksi tugas, mengatur jadwal pertemuan kelompok, dan beberapa hal kecil lainnya.
ang lain, Pak! Banyak yang mau jadi asi
a, Anda butuh pelajaran. Pelajaran tentang tanggung
meremehkannya. "Saya nggak butuh pelajaran d
, bagaimana? Anda mau jadi asisten saya, atau
au berurusan dengan pihak universitas atau polisi. Itu akan memancing amarah ayahnya. Se
mau, Pak!" S
saya akan pastikan nilai Anda di mata kuliah saya tida
itu. Dosen memiliki kekuasaan penuh atas nilai mahasiswanya. Ia
an tangannya.
unya," Arga tersenyum licik. "Jadi, bag
merasa Arga telah memojokkannya ke dalam lubang
yerah. "Tapi, satu syarat. Bapa
an macam-macam. Saya tidak tertari
Sela kembali kesal. "
kan daftar tugas Anda lewat email. Saya akan mengirim
gan kasar. "Ya u
eh ke arah Arga. "Awas aja ya, Pak. Kalau Bapak mace
Ia hanya tersenyum.
dengan keras. Ia berjalan tergesa-gesa menuju Tio
k kenapa-kenapa kan?"
e terpaksa jadi asisten dosen itu,
lo?! Kok bisa?
nti rugi, hingga ancaman nilai yang membuat Sela tidak puny
bener-bener gil
et sama dia!" Sela menggerutu. "Tapi, tunggu aja
, kejutan, dan mungkin, sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan. Ia tidak tahu, bahwa ia dan Arga akan menjadi dua kutub magnet yang saling tarik-menarik, menciptaka
senyum liciknya masih terus menghantuinya. Ia merasa seperti baru saja menandatangani perjanjian dengan iblis. Asisten d
n nonjok, deh," gerutu Sela, saa
gitu emang harus dikasi
disuruh jadi asisten dia l
lengan Tio. "Pokoknya, gue akan
r pikiran lo seger lagi," usul Tio. "
de bagus. Gue juga butuh k
Sela. "Gue naik mobil, kalia
an Rina segera berlari me
nya yang tegang perlahan mulai rileks. Ia menghidupkan mesin mobil, lalu
marah. Pikirannya melayang pada Arga. Lelaki itu, dengan segala aura dingin dan wajah datarnya, berhasil mengusik ketenangan yang jarang sek
mam Sela. "Gue bakal jadi asist
r jalan. Kafe itu bernama "Loka Kopi," tempat nongkrong favorit mereka. Sela memarkirkan mob
bar melambaikan tangan ke arah Sela. Laki-laki itu adalah Bara, pacar Sela. Se
alu mencium pipi Sela dan menatapnya dengan penuh c
ada urusan sama dosen. Baru selesai. Ta
an," jawab Bara. "Tapi
duk di kursi kosong di sebe
en," jawab Bara. "Kamu mau
" Sela menolak dengan lembut. Ia berjalan ke konter pesanan,
"Kamu kelihatan capek banget. Ada masala
ya. Aku kesel banget sa
? Dia n
Kalau aku nggak mau, nilaiku bakal dikurangin," ce
pun, kamu ini ada-ada aja. Emang kamu bikin sala
ak mobil dia. Ya, lecet dikit doang, sih. Tapi dia maksa mi
kamu tabrak? Ya udah, kalau gitu kamu ikutin aja maunya dia. Kan l
la. Ia menatap Bara, berharap Bara akan memihak dirinya. Namun, Bara tidak ter
aja cobaan," Bara tersenyum, lalu ia menggengga
u di samping aku, Bara. Aku butuh kamu buat mara
agi kesel. Tapi, marah-marah nggak akan nyelesa
yang baik, sopan, dan pintar. Ia tahu Sela adalah gadis yang "bar-bar," tetapi ia tidak pernah mencoba mengubahnya. Ia menerima Sela apa adanya. Namun, di balik semua kebaikan itu, Sela juga
Mereka duduk di kursi yang kosong. "Giman
"Udah. Dia malah
a mencium bibir Sela di hadapan Rina dan Tio. Seb
anget, deh,"
ia kembali menatap Sela. "Udah, jangan dipikirin lagi. Na
mentraktir, Sela t
ada di sini," Bara tertawa. "Tapi, kam
awa. "Oke
Ia hanya ingin menikmati malam ini, melupakan sejenak masalahnya dengan Arga, dan menikmati kebersamaan dengan teman-temannya. Ia tidak tahu, bahwa di dalam
pakan sejenak segala masalah yang ada. Namun, di tengah keasyikan itu, ponsel Sela yang tergeletak di meja tiba-tiba bergetar, layarnya menyal
yang familier. Ia tahu, panggilan di jam segini pasti bukan ka
lo?" tanya Tio, menyadari
lu ia berbisik, "Pa
n marah kalau nggak diangkat
Ia menempelkan ponsel itu ke telinganya, dan suara bariton a
n kenapa nggak diangkat?!" Suara ayahnya terdengar
ma temen-temen. Tadi Sela nggak denger tel
a, Sela?! Sudah Papah bilang jangan keluyuran t
terdengar oleh teman-temannya. Ia menunduk, l
i rumah, Papah mau bicara sama kamu!" ayahny
ekspresinya kembali masam. Bara menata
g. Bokapku marah-m
aja. Biar aku ant
bawa mobil send
enin kamu sampai rumah
mau kamu lihat bokapku lagi marah-marah. Nanti
run ke pipi, dan berakhir di bibir. Sebuah ciuman singkat yang penuh
ina dan Tio. "Gue balik duluan ya. Nanti kit
a bokap lo nggak marah
ab Sela, lalu ia berj
dalah orang yang sangat disiplin dan protektif. Sejak ibunya meninggal dua tahun lalu, ayahnya menjadi lebih keras dan lebih sering marah-
irkan mobilnya di garasi. Saat ia membuka pintu, ayahnya sudah berdiri di ruang tamu, dengan tangan bersed
" tanya ayahnya, suar
Pah," jawa
malam? Papah sudah bilang, kan, kamu harus pulang
luar malam," Sela
uran tidak jelas! Kamu ini anak perempuan, harusnya kamu tahu
ng punya anak kayak aku," Sela menj
tidak sedan
arah-marah setiap kali Sela main sama temen-temen! Papah mau Sela d
nggak mau kamu kenapa-kenapa! Apa kamu nggak bisa sediki
juga punya kehidupan sendiri! Sela buk
uk mobil Sela yang terparkir di garasi. "Mobil ini, Papah sita! Besok, Papah akan minta sopir unt
tot. "Apa?! Papah mau sita mobil Sela?! Jangan gil
lah setiap hari harus khawatir dengan kamu! Papah nggak mau kamu kenapa-kenapa! Apalag
obil Sela! Sela janji bakal pulang cepat, Sela janji ng
usan Papah sudah bulat! Mulai b
obil. Tanpa kebebasan. Ia akan menjadi seperti boneka, diantar ke sana
la," Sela berbisik,
an ini untuk kebaikan kamu! Suat
nya, lalu ia menjatuhkan dirinya di kasur. Air matanya mengalir deras. Ia merasa dunia begitu kejam kepadanya. Ayahnya meny
nya, lalu ia mengetik pesan pada Bara. "Aku di rumah. Tapi aku la
ara mengungkapkannya. Ia tidak tahu, bahwa ia dan Sela berada dalam sebuah lingkaran setan yang tidak akan pernah berakhir. Sela tidak tahu, bahwa kehilangan kebebasan ini akan menjadi awal dari perja