enyinari debu-debu yang menari di udara. Ia mengerjap, menyadari waktu sudah menunju
elah berbulan-bulan bangun pada siang hari di Milan,
yama sutra mahalnya yang hanya ditutupi sedikit kain. Tubuhnya terpampang tela
a. Kinan memutar-mutar kepala keran dengan panik. Terdengar suara dengungan, tetapi air
cepat untuk menghilangkan sisa jet lag dan mempersiapkan kulitnya sebelum dirias
t-erat di tubuhnya, memastikan kain tebal itu menutupi bagian atas payudara dan paha. Meskipun ia seorang model
ati. Ia berjalan cepat menuruni tangga,
arapanny
a, Luna asyik mencoret-coret buku gambarnya. Dan di seberang Airin, ada Liam, rapi dalam kemeja kan
elanjang dan canggung. Ia berd
. Sini, gabung sarapan!" sapa Airin ria
buh yang hanya tertutup oleh handuk putih itu. Kinan bisa merasakan tatapan Liam menyapu dari wajahnya, turun ke bahu, dan terhenti sebentar di lekukan payuda
, suaranya agak serak. "Maaf, aku terpaksa mengganggu. Tapi... shower di kamar tamu
ipasang, mungkin ada masalah pada pompanya." Airin menatap suami
a lambat, tenang, tetapi Kinan merasakan semua otot di
iasanya. Ia melirik Kinan lagi, sebuah pandangan singkat, pen
kata Kinan cepat, ingin segera menga
r mandi, menggigit bibir, mendengarkan langkah kaki Liam yang s
peralatan kecil. Ia menatap Kinan, yang
?" tanya Liam, berusaha ke
ar mandi. "Keran sudah diputa
tu mendadak terasa sangat kecil dan panas dengan kehadiran mereka berdua. Liam
sumbatan keci
semakin longgar. Keheningan itu sangat tegan
memutar kembali katup yang longgar. "Aku coba ny
tuas shower
tidak hanya mengenai dinding shower, tetapi juga menyemprot tubuh Liam
nan menje
Liam, kaget d
mencoba melompat mundur untuk menghindari ai
Kinan te
n diri, cengkeraman Kinan
dari tubuhnya, jatuh ke
ang di depan Liam. B
itnya yang mulus, lekuk pinggangnya yang ramping, dan, terutama, payudaranya yang besar dan penuh, menggo
Semua ketenangan yang ia coba pertahankan h
ia tahu ini adalah ulahnya. Ia tahu handukn
Ia melangkah maju. Satu langkah. Kinan mundur, ter
ah Liam, suaranya serak d
la Kinan. Kinan terperangkap, sepenuhnya, oleh tubuh besar
Liam, matanya menuduh, tetapi
an, suaranya gemetar. Jantungnya berdebar
icara lebih lanjut. Ia menundukkan kepal
g Kinan, memiringkan kepala, dan melumat bibir adiknya itu dengan rakus, seolah ingin menghapus
." desah Kinan, m
mint yang bercampur dengan air dan hasrat. Kinan tahu ini gila, Air
iur basah dan memerah. Ciumannya turun, menghujani leher K
kepala, memberikan akses pada L
yang sudah mengeras, seperti bayi yang lapar. Rasa sakit yang bercampur kenikmatan menyengat Kinan. Satu tangan L
p!" Kinan memohon, suaranya terce
Nikmati saja," bisik Liam, suaranya dalam
dingin. Tanpa melepas ciumannya di leher Kinan, tangan Liam yang tadin
lah, lalu dengan cepat menusuk lubang va
ena kejutan daripada rasa sakit. Keinti
nakal. "Sudah b
a kesadaran yang ia miliki, Kinan menjangkau ke bawah, dan d
ma tangan?" Kinan balik me
melihat penis Liam yang sudah tegak dan keras. Tidak ada
han aku," p
g tegas dan mendalam, Liam memasukkan
ia model dewasa, keintiman yang tiba-ti
teriak, Kinan!" L
! Pelan-pela
in cepat. Kinan melingkarkan kakinya di pinggang Liam, tubuhnya terangkat, punggungnya menempel erat pada dinding
sempit... Kinan..." des
erlambat!" pinta Kinan, suara gair
ongan yang semakin dalam. Kinan mendesah dan mengerang, tubuhnya bergerak liar
n brutal, Liam mengerang keras, me
atang,
im Kinan. Ia menahan tubuh Kinan erat-erat, membiarkan tubuhnya bergetar karena
h. Basah oleh keringat, air
bisik, tidak percaya dengan
nya dipenuhi rasa bersalah, tetapi matanya masih gelap
rnya sudah benar," kata Liam, suaranya dingin, k
uat masih membekas. Ia mengambil handuk yang jatuh. Ai
, meninggalkan Kinan sendirian dengan kekacauan ga

GOOGLE PLAY