nya dengan semangat putus a
elajar di luar negeri. Kehidupan baru, awal yang baru. Dia
wakannya sarapan di tempat tidur, mengajaknya berkendara santai di sepanjang pantai, dan dudu
Ibu tirinya memuji pengabdian Bima. "Lihat?" katanya pada Aira dengan
iap beberapa menit. Dia memperhatikan hadiah yang dibawanya-syal sutra dengan warna biru yang disukai Clara, novel karya penuli
erakhir pada su
terbanting terbuka. Bima berdiri di sana, wajahnya topeng ama
kan?" geramnya, be
ya di dalam toples terpentin. "Aku
menggema di ruang yang besar dan lapang i
cap di kulitnya. "Dia di rumah sakit, Aira! Di
tara mereka. Clara mencoba bunuh diri. T
eterkejutan, tidak ada rasa kasihan. Hany
n suara yang mentah dan hancur. "Dan ini salahmu. Kau dan tuntu
h dicintainya, wajahnya berkerut kare
ar dengan kebencian. "Bagaimana kau bisa begitu dingin? Dia
ara dialah yang meninggalkannya terbak
ya Aira, suaranya bisikan yang terlep
tu tidak cukup. Kau akan menebus dosamu. Kau akan menemuiny
nya mengencang, wajahnya hanya
dupmu. Kau akan menjadi pelayannya. Kau akan melakukan a
nta yang dulu dia rasakan. Kenapa? Kenapa, setelah semuanya, kata-katanya masih bisa menyakitinya?
i tepinya. Dia tidak bisa menemukan kata-kata untuk me
a, kata-kata itu terasa seperti abu.
g dengan keyakinan mutlak. "Clara itu suci. Dia tidak ber
kin kesadaran akan kekejamannya sendiri-melintas di matan
dah ter
h menjadi tawa terbahak-bahak yang diwarnai air mata. Suara itu liar dan tidak
njadi pusaran tak berarti. Hal terakhir yang dilihatnya adalah waj
dunia menj
 
 
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY