teril. Hal pertama yang dilihatnya adalah Bima, duduk di kursi di s
aranya sarat kelegaa
nya terasa berkabut, berjuang untuk menyatukan apa yang telah terjad
tangannya. Itu adalah sebuah kotak kecil
anyanya, sua
bali menatapnya. Dia tampak ragu-ragu, ny
nuh diri Clara. Kehilangan bayi mereka. Dan kein
lukisan? Untuk anak dari tunangannya dan kakak tirinya? Anak
s pada kotak kayu cendan
bergagang perak, bilahnya sangat tajam. Itu adalah alat profesional untuk seorang seniman
nyi kartu itu. "Semoga kau selal
i garis-garis di telapak tangannya. "Tangan ini," bisiknya.
u manis hingga ter
a?" tanya Aira, firasat b
itu berkilau di bawah cahaya lembut kama
au menggunak
seperti batu. Darah. Darahnya. Untuk melukis seb
ian dingin yang meningkat. Ini bukan hanya penghinaan. Ini adalah penodaan. Ini adalah ritu
ya, mengapa kekejaman baru ini terasa seperti luka baru? Dia pikir dia telah melapisi hatinya, teta
hat ini sebagai cara bagimu untuk menebus dosa. Cara bagi kita semua untuk melupakan ini." Dia menatapnya, matanya m
Kata itu adala
serak. "Karena menginginkan tunanganku setia? Kare
eninggi, rasa bersalahnya membuatnya defensif. "S
gorokannya sebelum dia bisa menghentikannya. Kata-kata itu l
ledakan emosinya. "Apa yang k
an mengerikan. "Kau sengaja buta." Dia melihat pisau bedah itu, l
memberi mereka dagingnya. Tapi i
nya turun menjadi bisikan
erima kasih, Aira. A
atap tajam ke arah Bima. "Kau
ya, tidak men
peta pembuluh darah biru. "Jika aku harus menebus dosa, maka kaulah yang akan memberikan hukuman. Ka
rasakannya. Aku ingin kau melihatnya terjadi. Dan aku ingin k
dah itu, lalu ke pergelangan tangannya, wajahnya menjadi pucat. Dia
ak... aku
ria yang menuduhku tidak punya hati? Di mana pria yang menuntutku menghabi
alu. Dia merebut pisau bedah dari k
ngkat pisau itu. Dia ragu-ragu, matanya terpaku pada pergelaa hanya mengawasinya, ma
nya tiba-tiba,
di wajah Bima. Dia pikir
n kuasku. Jika aku akan melakukan ini, aku akan melakukannya dengan benar. A
 
 
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY