buka lagi. Evelyn masuk, senyum cerah di
runya, melambaikan kertas
hamilan di bawah hidungnya, ma
itu, lalu padanya, wajahnya gambar
?" bis
. "Apa kamu tidak senang? Atau kamu masih
yn, tangannya di pinggangnya, suaranya tiba-tiba panik dan gembira. "Sena
ta. Mentah dan luar biasa. Dia mengangkatnya dari tanah
u hamil anaknya, dan reaksinya adalah jijik dan penyangkalan. Evelyn ha
ia mencintainya
akhir harapan, cinta, Bima, mati pada saat itu. Itu adala
ahnya bersinar karena kegembiraan. Dia menggendong Evelyn ke pintu, matanya terpaku
belakang bahunya dan memberiku seny
an aku sendirian
lepon rumah saki
klinik kesehatan wanita. "Saya in
fkan aku, si kecil, pikirku. Maafkan aku. Tapi aku tidak bis
temen kecil yang menyimpan kenangan dua tahun. Dengan ke
, cangkir kopi murah yang dia sukai. A
ggu-minggu untuk menyusunnya. Ada satu bagian yang hilang, sudut langit biru, yang tidak pernah bisa kami te
tanda bahwa kebahagiaan kami tida
an demi potongan, aku membongkar p
ngat bangga padanya. Dia bilang dia belajar merajut hanya untukku. Kebohongan lain. Dia sed
membakarnya. Aku menyaksikan api melahap be
mengosongkan apartemen dar
terakhir kalinya, ponselku berde
ini. Dia menuntut untuk bertemu denganmu. Dia bilang ka
mata. Ini tidak
idak mematuhinya," lanjut bosku, suaranya tegang. "Anisa, aku t
nku... mereka akan kehila
aku, suaraku berat. "A
, Brama di sisinya. Dia sombong
riku kehormatan besar. "Dan karena aku hamil, kamu harus
n," kataku, mempertahan
Brama!" rengeknya, menol
dan intens, mengeluarkan ponselnya. Dia kesal dengan
lepon, matanya tidak pernah lepas dariku. "Saya ingin mela
karier teman-temanku, hanya untu
k punya
seperti bisikan mati.
enangan yang dingin dan p
nik dan masuk ke mobilnya, seorang t

GOOGLE PLAY