Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3

Jumlah Kata:1070    |    Dirilis Pada: 29/10/2025

ng Bramanty

terbuka. Mata itu menatapku, tetapi kosong, tanpa ke

. "Sayang, kau sudah bangun. Ka

lembut mengelus pipinya, menghapus air mat

ringan, sesuatu untuk membantunya tidur, untuk menenangkannya setelah adegan di kafe. Karin begitu bersikeras, begitu putus asa. Dia menangis,

dengan isak tangis yang dibuat-buat. "Aku ada keadaan darurat mendadak di kantor. Aku harus pergi. Aku mengunci pintu studio tanpa b

ngannya. Tidak sekarang. Tidak akan pernah. Dia adalah istri yang sempurna, ibu yan

heningan membentang, penuh dengan tuduhan yang tak terucapkan. D

favoritnya, dan menceritakan kembali kisah-kisah saat-saat paling bahagia kami. Aku adalah suami yang sem

antor London-ku. Krisis yang

ncium keningnya. "Hanya beberapa jam.

gangguk, mata

sung menemui Karin. Dia menungguku di

," bisiknya, mat

penuh kemenangan melandaku. Aku, Bramantyo Adinegara, cukup kuat, cukup jantan,

ku dipenuhi keajaiban tulus yang bahkan mengejutkanku. "Bayi kita." Aku akan memiliki semuanya. Ist

elihat bayangan di lorong. Aku tidak melihat Nayla berdiri di sana,

dang Nayl

miliki saat aku memberitahunya bahwa aku hamil. Kekaguman lembut yang sama, kebanggaan posesif yang sama. Itu tidak unik. Itu ti

keping-keping, entah bagaimana menemu

tar. Sebuah pe

rn yang ramping dari kaca dan baja. Desainku. Sebuah galeri seni pribadi

Tempat untuk memajang seniku. Dan segera, tempat unt

buhku. Aku memanggil taksi, suara

eka berkumpul di sekitar Karin, tertawa, memberi selamat, menyentuh perutnya. Mereka semua tahu. Semua orang

epuk punggungnya. "Pasti laki-laki. Kau akan punya dua anak l

u tertawa te

i," katanya, suaranya sombong. "Aku harus membuat istriku bahagia di siang hari, t

akukan padanya. Suara-suara yang dia buat. Detail intim dari perselingkuha

munan. Itu adalah barang pesanan khusus yang kuambil dari Italia. Aku tahu keku

nemukan katrol pemeliharaan yang tersembunyi di balik

unyi patah yang memuakkan. Lampu kristal

rah lurus

bertemu di seberang ruangan yang ramai. Kepanikan berkobar di wajahnya.

enjerit. Suara teror y

h. Dia berhenti

emili

k, melahapku. Hal terakhir yang kulihat sebelum kegelapan merenggutku adalah Bram

n yang teredam. Aku berada di atas tandu. Bram memelu

ya pada paramedis, suaranya pani

mendorongku

kah di depan tandu. Wajahnya

parah," kata seorang paramedis, me

ndu, tubuhku menghantam lantai marmer yang dingin dengan benturan yang

ong Karin yang tidak sadarkan diri. "Ur

hku yang hancur terbaring di genangan darahku

ngaku. Pria yang kucintai, pria yang kunikahi, ayah dari anakku, baru saja meninggalkanku

kucintai benar-benar telah tiada.

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY