edikit murid yang mengeluh panas sampai melepas topi dan mengibas-kibaskan di depan wajah. Sedangkan di barisan cewek kelas sep
Shaina merintih kesakitan tiada henti sampai mata berkaca-kaca. Area wajah mulai memucat, pandangan mulai gelap dan k
hh .. a
g hingga mengundang lehernya menengok. Persis, Shaka mendapati Shaina menggigit bibir rapat-rapat, napas
memanggilnya nya
bertulang. Hingga tak diduga badan Shaina limbung ke kanan dan ke kiri sebelum akhirnya jatuh mengarah p
A
ka, termasuk para anggota PMR yang berjaga di belakang. Sebelum benar-benar tak sadarkan diri, Shaina
orang guru yang sejurus kemudian
elopak matanya membuka dan mengerjap menyesuaikan cahaya. Shaina memegang kepala seraya berusah
eh manis di atas meja, yang semula dibuatkan anak PM
ang agak membaik dan juga hangat. "gue pingsan lama ban
lo?" ke
haka keluar jendela UKS, kebetulan Shaina berada di bilik paling ujung. Saat sedang sakit se
u setelah bermenit-menit Shaina
mencengkram sisi perutnya. "Ka, cariin kiranti dong di k
enahannya dan menggeleng keras. "teh lebih aman, jangan terbiasa minum
memperdulikannya. Sungguh menakjubkan, tapi ego Shaina lebih besar.
percaya, benarkah ini Shaka menuruti permintaannya? Keajaiban dunia. Shaka menggendongnya sampai UKS,
masan oren. Shaina langsung meneguk cepat hingga tandas setengah bagian. "Thanks, ya, Ka. L
kkan alis.
aja. Ya sepengamatan gue mungkin lo kaya gitu karena lo orangnya gak g
" umpat
temenan a
gambang di udara. Tipikal cowok yang penuh pemikiran yang matang, Shaka menatap Shaina
ak yang Shaina pakai, atau mungkin merk lip balm-nya, yang jelas hari ini make up di waja
mbang, bingung, bertanyalah dari pada sesat di jalan. Atau mungkin, ada sesuatu yang ingin lo ketahui dari gu
aling bertautan dengan erat. Meski Shaka masih datar-datar saja, senyum Shaina tetap mengem
, jangan jadi pre
ka memekik
kan dingin bange
r nar
ina buka
Shaina
suka denger suara lo, setiap lo disuruh baca materi sama guru. Tapi sayang, lo lebih sering
kenanya. "mau balik ke kelas apa engg
inggi banget." Shaina memberikan kedua tangannya ya
nya kemudian membantunya turun pelan-pelan dari ranjang itu. Shaina hanya mengerucutkan
na terlalu malas untuk keluar kelas sehingga hanya berdiam diri selama jam istirahat. Bersama segelintir murid
." Dera menyeletuk di bangku sebelah, disela-sela mulu
Dera keduanya lalu menatap Shaka di bangku belakang
egang banget gitu, kayanya dia khawatir deh." kata Dera disertai senyum geli. Sesekali mel
, Ra?" ta
serius gue."
in salah tingkah sendiri. Hingga tak lama, datang beberapa murid di arah pintu. Jafar dan
Shaina."
tu, ada roti dan juga air putih. "Kak
daan lo?" t
an kok." k
lupa sarapan ya,
ras bahunya dan menarik kabel earphone itu hingga terlepas dari telinga Shaka. Jafar memberikan isyarat supaya Shaka sada
Ngerti?" jelas Shaka pelan, tak ingin ambil pusing kar
usar. Terkadang ia suka geregetan s
jadi anak bawang di sekolah. Sejak masa-masa MOS, Ervan suka memperhatikannya dari jauh dan sedikit demi sedikit mulai m
lam sekejap mengundang tatapan Dera mengarah kepadanya, bersamaan
napa emang?"
lo keluar, mau
rah Dera. Benar saja, tampak gadis itu bertubi-tubi menjejal nasi goreng ke mulutnya
air minumnya cepat-cepat. Sudah pasti dan tak salah l
ntar aja kok, ya, p
ik, gue lupa gue ada janji sama nyokap mau ke rumah sodara. Sori banget.
u sih, lima meni
in waktu aja
i Dera, hingga keduanya saling melempar pandang dengan rasa haru. Di sisi lain, Jafar lan