ia
n itu su
sannya sudah kuremas menjadi bola kertas tak berbentuk dan kulemparkan ke dalam
pan cermin retak di kam
rhana-benda yang pernah Vincent tempa dengan tangannya sendiri untukku saat dia masih remaja. Itu te
h janji abadi. Sekarang, aku tahu
mparkan cincin itu ke dalam lida
merah, melepuh, lalu menghit
dah selesai," bisikku pada bayangan
ama mengering untuk pria yang bahkan tidak
. Aku menghafal nama-nama tetua, memetakan jalur perdagangan, dan meresapi sejarah mereka. Aku memper
k membiarkanku pe
a-tiba bergema, menghantam tengkorakku dan memaksak
Aku tidak punya pilihan selain menyer
an jas hitamnya. Di lengannya, Isabel menggelayut manja, mengenakan g
a kilatan aneh di matanya-mungkin rasa bersalah yang terpendam, atau m
itu hancur
untuk berada di sini-tiba-tiba membuat keributan. Dia mene
enepis tangannya kasa
dariku, tiba-tiba menjerit his
n dramatis dan anggun, seolah
arah. Dia buta. Dia tidak melihatku yang sedang dikepung
ahnya menggelegar pada para pengawal
an itu terjadi saat se
at. Itu adalah *Moon Amulet*, peninggalan satu-satunya da
uaraku parau menahan tangis. "Akuenting gelas pecah. "Oh, kalung jelek itu? Vincent,
t mengangkat tangannya.
runtuh s
i depan wajahku dengan senyum mengejek. "Lihat, ba
lan
ledakan nuklir d
ah lahar panas yang meledak dar
ner Wolf*-ku melolong, bukan lolongan kesedi
njang, menembus kulit uju
pi untuk mengambil kemba
saat aku merebut kalung itu. Dar
gila!" jerit Isabel,
a Vincent menggeleg
i palu godam tak kasat mata, memaksak
r di kegelapan pe
taiku dengan
un mematikan
itu menyentuh. Rasa sakitnya membakar, menjalar hingga ke su
i dingin yang lembap,
erkarat, sayup-sayup aku men
Alpha Vincent menerima tugas 'mendidik'
m pertemuan mereka dulu sebagai bu
membeku
Mate kami... itu semua hanya senjata poli
muntah. Perutku
ali lipat lebih parah. Perak itu tidak hanya melukai kulitk
yang selama ini ter
terlihat lelah, ada keraguan yang melintas d
suaranya te
eluk pinggangnya posesif, menatapku den
ku
n sisa-sisa tenaga terakhir dari
ada apa-apanya dibandingkan
i perak itu mendesis semakin keras, memb
ta yang dulu kucintai setengah mati. Sekara
n bergema dengan kekuatan aneh yang mem
ofia Per
menyadari apa yang akan
ncent Dirgantara,
RA
benang baja yang p
sa. Vincent terhuyung ke belakang, memegangi d
tu diikuti oleh gelombang
an. Rantai perak itu meleleh seperti lilin. Pintu se
berl
aku lewat. Biarkan semuanya hangus. B
ah oleh api amarahku. Dan aku berlari kencang menuju kegel

GOOGLE PLAY