/0/31004/coverbig.jpg?v=02caae0f37961c6004b43ddb7dc81e9b)
lebih memilih menyelamatkan selingkuhannya, junior kerjaku. Saat aku membuka mata
si penumpang, melihat Arifin, suamiku, memeluk L
pembunuhan berencana yang kejam
i jauh lebih membakar darip
hati hancur da
engapa takdir member
diri di hadapanku, dengan senyum polos yang sama seperti saat pertama kali kami bertemu. Tapi k
a
nia
tuk mencintaimu, Arifin," kataku, suaraku s
n panas. Aku merasakan hawa pana
Api menjilat-jilat kursi, melahap dasbor yan
ku, arsitek brilian yang kucintai, baru saja
ja juniorku yang
letak lemas di pelukan Arifin. Arifin memeluknya erat, men
sampai mati, kini meninggalkanku begitu saja
tidak ada lagi rasa panik. Hanya ketenangan
mang ingin ak
ada api yang menjilat-jilat kakiku. Lebih menyakitkan da
. Pengkhianatan y
lamatkan aku!" teri
rus memeluk Liana, tatapannya ter
. Warna merah, oranye, dan
kulit dan rambutku. Bau bensin d
debar kencang, lalu melamba
kami berkelebat. Malam-malam tanpa tidur s
uo arsitek muda. Janji yang terucap di depan altar, disaksik
terasa seperti
tik. Du
menunggu ledakan ya
elopak mataku. Rasa dingin yang aneh merambat
il. Aku berdiri di sampingnya, melihat diriku
utku acak-acakan. Mataku
pi melambung tinggi, melahap ha
, Arifin masih memeluk Liana. Waj
rnah diberikannya padaku da
melayang, transpara
kemb
kat pada kalung giok itu. J
k menyelesaikan
Berpisah
tidurku yang lembut. I
tertata rapi. Maket rumah impian kami, yang dulu kubu
hargaan kami berje
cermin. Bayanganku muncul
i rasa sakit. Tidak ada lagi kesedi
ke balkon, me
Bunga mawar yang dulu selalu kuberikan p
yang sama saat dia memeluk Liana
inju. Rasa marah
i ini. Hari-hariku
yang diwariskan turun-temurun di keluargaku, yang kono
nya. Dingin.
ulis. Menulis
ang kerja. Dia sedang berbicara dengan ses
ja. Firma kita akan m
mengerutkan ke
topnya, ada foto Liana. Lia
an firma arsitektur baru.
sekadar perselingkuhan. Ini pe
sai harta warisan," suara Arifin menggema di
an. Begi
mbumbung tinggi. Aku tida
rumah impian kami jatuh dari sudut rua
perhatian Arifin. Dia me
mamnya, menatap m
ingin. Aku ingin dia merasakan se
. Aku tahu itu. Tapi aku
mendekat, melihat ke sekeli
uara. Aku bukan Natania ya
Piagam-piagam penghargaan yang dulu kami
ulemparkan
rifin berteriak, s
awab. Aku teru
erpisahan ya
nggalkan surat cera
ia menemukannya. Wa
gumamnya, membaca
keliling, mencari
epannya, menatap
" kataku, suaraku hany
Ini pasti ulahmu lagi
usi
ar. Aku bukan halusinas
a. Aku memindahkan barang-barangnya,
aku tidak akan membi
a sebagai lelucon, atau tan
ada hari
an Liana di sebuah acara
lu pernah kubeli, yang Arifin
a, tak terlihat. Mendengar b
Liana dengan erat, tepa
ri di sana, seperti han
Menunggu mom
a penghargaan, di ata
ngnya, menatapnya de
membelalak ketakutan. "
melihatku. Waj
mamnya, suara
eamanan! Keamanan
menangkapku. Tapi merek
dalah
iakku, suaraku bergema di seluruh rua
a menyembuny
an. "Baik! Aku akan tandatangan
ai yang kutaruh di sakunya, dan memb
annya. Kin
dih membanjiri diriku.
khir kalinya. Matanya masih d
ampai jumpa di kehidupa
aku

GOOGLE PLAY