/0/31211/coverbig.jpg?v=c8939994647cac030a92407421f68b8c)
ngin. Elara duduk mematung. Di hadapannya, sebuah kue tart kecil dengan lilin angka tiga yang sudah meleleh hingga mengenai lapi
mereka yang ketiga. Dan seperti dua tahu
gar tidak perlu pulang dan melihat wajahnya. Elara menarik napas panjang, mencoba mengusir rasa sesak yang mulai merayap di dadanya. Ia sudah terbiasa, buk
au ia harus menelan semu
sebuah reaksi tubuh yang masih saja bodoh setelah tiga tahun disakiti. Ia segera berdiri, merapika
nya tersampir di lengan, dasinya sudah dilonggarkan. Wajahnya yang tampan terlihat
suara Julian re
gatan pernikahan kita," jawab Elara lembut,
dengan gerakan kasar. "Peringatan? Maksudmu peringatan tiga tahun sejak kau menjebakku dal
Aku memasak makanan kesukaanmu. Hanya sebentar saja,
ai ujung kaki. Tatapannya penuh penghinaan. "Kau dandan seperti ini hanya untuk memamerkan betapa ka
ku hanya ingin kita mencoba lagi. Tiga tahun sud
reka sampai Elara bisa mencium aroma alkohol tipis dan parfum pria yang mahal dari tubuh suaminya. Julian menarik kotak
ian mengangkat kotak itu dengan uju
suka mengoleksi jam tangan," kata
n saja uangmu, Elara. Aku tidak butuh barang-barang yang dibeli dengan rasa bersalah. Kau tahu apa yang
ali mendengar kata cerai keluar dari mulut Julian, setiap kali pria itu me
gan suara bergetar. "Aku mencintaimu sejak kita
si gila. Kau menghancurkan hubunganku dengan wanita yang kucintai, kau mengancam masa depan keluargaku, dan kau menyeretku ke sini hany
lalu membuangnya ke lantai. "Kuenya hambar. Sama seperti pernikahan ini
i. Air mata yang sejak tadi ditahannya akhirnya tumpah juga. Ia melihat kue yang berantakan di
a yang sesak. Selama tiga tahun ini, ia selalu percaya bahwa dengan kesabaran, Julian akan luluh. Ia percaya bahwa jik
hwa ia telah membohongi dirinya sendiri. Ia terlalu percaya diri dengan kekua
tidak sedang membangun rumah tangga. Aku sedang membangun p
nita di sana terlihat cantik, namun matanya kosong. Tak ada lagi sisa-sisa kesombongan putri konglomerat yang biasanya ia bangg
ntai dapur yang dingin, bersama sisa-sisa perayaan yang hancur, men

GOOGLE PLAY