an Rhea semakin benci hari Senin setelah masuk kelas 12. Ma
Seolah tidak dibiarkan bernapas dengan tenang atau ... entah ada dendam kesumat macam apa pembuat jadwal pada anak kelas 12 IPA
ang buruk, Rhea masih harus dihantui
Editor Aks
e
Classmate' kapa
bulan le
sulitan bole
itu. Gadis itu membuang napasnya kasar. Kalau sudah pusi
a di sekolah ini. Dia duduk di pinggir lapang diikuti Rhea
? Lo 'kan tahu gebetan gue gepeng,
. "Makanya, ca
ma dia nggak suka g
tentu saja Rhea tidak mau jadi antisosia
perlu mendapatkan solusi segera untuk nasib naskahnya yang sudah
ucap Rhea seraya membuka
merespon setel
guk sambil m
?" tanya Haura, paham betul pembahasan mas
lihat cowok-cowok dari kelasnya sedang mempersiapk
m selesai emang?" H
a juga bukan tipe orang yang tidak mematuhi deadline. Rhea cukup gigih dan
Rhea me
ada masalah?
ada. Mas
ian dua bulan lalu, tepat
iba-tiba menghubunginya. Sebagai pihak yang menyukai seseorang dala
bagaimana awal mula
arash adalah sosok cowok yang simple, humoris, dan agak
embuat kerajinan tangan. Rhea kebetulan satu kelompok dengan Farash. Kelo
il disusun dan direkatkan dengan lem. S
oleskan lem di kursi temannya. Namun, Rhea malah sembarangan mengambil kurs
mi menelannya saja saat itu. Dia juga s
'benci jadi cinta'? Itula
ri tiba-tiba menyukainya karena Farash te
ket sehabis pulang sekolah. Dia juga membelikan Rhea batagor yang antrenya berdesakkan. Lalu,
dan Rhea pun berteduh di halte. Melihat Rhea yang ketakutan mendengar petir yang menyambar dengan ganas, Farash
bayangkan akan terjadi dalam hidupnya. Rhea jadi tahu bagaimana rasanya sensasi kupu-kupu terbang di perutny
kali sering lost contact walaupun masih dalam satu sekolah. Rhea selalu mencuri pandang k
i-kali sudah berganti pacar sementara dia sendiri masih memegang g
itu harus berakhir d
li bertemu lagi setelah sekian lama. Faras
jika tidak memandang Rhea sebagai perempuan, Farash merindukannya sebag
ucapan Farash, "Temen lo, maks
mnya hampir terjatuh. Iseng, Rhea bert
. suka
dia. Boleh gue
ea tahu apa yang menjadi hobinya. Karena Farash, dia bisa menulis dan ada di titik ini, menjadi seorang
ir karena ... Farash tidak me
mengangguk untuk menan
. Gue izin du
ka
gkan dirinya, Haura memang l
ggemaskan. Tidak seperti Rhea, kulitnya memang putih tetapi tidak seputih Haura, hidungnya malah disamakan seperti kucing Persia milik tetangga oleh ibunya sendi
ak seperti Rhea yang hanya mampu masuk 10 besar. Haura berbakat da
u, Rhea sadar kenapa F
sah cinta pertamanya. Rhea akan mel
hilangan sahabat sebaik Haura
anya, Rhea selalu membayangkan tokoh fiksi buatannya seolah itu adalah Farash. Rhea mendeskrips
membayangkan rasa sesak ketika mengetahui bahwa
he
depan wajah Rhea. "Kok, ngelam
? Lagi writer's block?" Rhea tidak akan pern
ngarkan den
e ngerasa tulisan gue hambar
el gimana? Jok
, bu
gat menebak. "Lo bikin sce
gue kalau nulis yang se
lai menyerah. Namun, dua detik kemu
ain banget rom
ya?" Rhea meng
annya. "Gini, Rhe. Lo, tuh, ngeh nggak sih? Lo yang jomblo ini nulis tentang kisah percinta
ain pacaran gitu?" tanya Rhea tidak
gguk. "Bingo!" s
epuk pahanya, kebiasaan saat sedang t
ak habis pikir. "Lo pikir karena gue jomblo, bikin
ngangguk
an bunuh-bunuhan, bacok-bacokan, lo mau gue
mosi, dong." Hau
i pandangannya. Dia berkacak pinggang sambil
ada yang mau sama g
a mencibir. Kadang Haura kesal sendiri kalau Rhea sudah kumat i
u kali!" Kalau nggak, Farash
t sakti Pak Jeki, guru olahraga, ditiup. Kemudian, P
dasar permainan bola basket. Buat dua baris. Pertama, lak
ola menuju sisi lainnya kemudian dari sisi lain diteruskan kembali ke sisi sebelumny
t, Rhea mendribble bola dengan jalur menyilang. Dia memusatkan fokusnya hanya pada bola basket, sampai te
ras
leh cepat ke sumber suara. Tak jauh dari sana di
n secerah matahari pagi dan menyejuk
enak banget, Rhea belum
Farash akan pergi sampai dia lupa kini
dirinya dari pesona Farash. Saat menole
merasakan sendiri adegan klise ke
it berharap dia nanti akan pingsan kemudian Farash yang melihatnya akan mengge
gan itu yang ter
malah merasa tubuhnya ditarik ke dalam sebuah dekapan kemudian
gan kekar yang melin
a
jang satu kelas dengannya, bisa terhitung jari dia ngobrol dengannya ka
irgamm
apa detik tatapannya terkunc
n itu melepas pelukannya segera. Dia m
l bola basket. Kemudian cowok itu berlari ke tengah lapa
*