amma mencerna apa yang b
ya yang mengeras, menahan
g tergeletak tepat di dekat ujung sepatunya. Kemudian, tat
ngan nista. Cowok itu berjalan cepat ke arah Rhea yang kini merasa
lempar sepatu ini?" tanyanya sarkas. Sudah jelas di antara manusia-m
igit bibir
memejamkan mata. "T-t
alisnya. Alasan
tidak mempercayai ucapanny
epatu ke si Galen!" tunjuk Rhea pada Galen yan
mma, memintanya
ang pernyataan yang sama. "Percaya sama gue. Kita sekelas dua
ho, G
ang sega
gara-gara sama cowok jangkung d
u lo pernah berani mac
siap
etianya yang dulu, katanya, merupakan inti dari geng Thunde
Keinan, cowok berkulit sawo matang dengan otot-otot lengan yang kekar dan kuat. Dan terakhir, cowok yang
kus menangga
em apaan,
enggerling jahil. "L
a. Kalau Tyo bukan teman Gamma, Rh
ngatkannya pada momen
sanggah Rhea, ketar-ketir karena orang-
ilah Tyo seraya merangkul Gamma. "Dua kali." Ty
da tahap ini, Rhea benar
a semakin panjang, Rhea memu
a maaf atas dosa-dosa
kok nggak tulus ba
apannya pada Tyo seolah mengatakan,
hea. Kali ini dia menyatukan dua telap
ok bermata elang itu berjalan melewatinya begitu saja setela
AH
*
i, dia telah sembarangan melempar sepatu di koridor yang banyak orang h
akui, sekali lagi. Rhea salah. Meski begitu, Gamm
elah sepatu? Belum lagi saat jam istirahat kedua. Bayangkan kaki Rhea yang tidak nyama
ah padang pasir. Gadis berambut panjang itu meletakkan gelasnya dengan
Hampir aja bakso gue
lo nggak kasian gue pake sebelah sepatu terus diketawain orang-orang?" Kemudian Rhea mend
mbuat sahabatnya lebih kesal. Rhea merengut. "Tapi mau gimana lagi? U
mulai overthinking. Apakah dia harus pulang
h. Ngapain juga Gamm
dibuang
dulu," ujarnya seraya menyuapi Rhea bakso. "Lagian tadi lo, gue ta
o mengembuskan napas kasar. "Lo
disita sam
las berisi jus alpukat kemudia
ak bisa
apasnya memburu. Kilat matanya menyira
i Gamma," tega
peringati. "Gamma loh, Rhe. L
engan lemas. "... g-gue, CUMA PE
bisa menghajar siapapun itu. Rhea bukan gadis dengan menta
ng berurusan dengan cewek super berani dan berakhir saling ja
lan. Bagaimana kalau saat menagih sepatu
asih harus se
*
at berharga bagi Rhea. Rhea membeli sepatu bergaris pink itu dari royalti karya pertamanya yang naik cetak. Demi bisa sukses menerbitkan buku Rhea harus men
membolos entah ke mana. Tasnya sudah diambil. Rhea tidak men
wok itu menyita sepatunya. Rhea haru
berbunyi, Rhea berkeliling. Namun, Gamma t
ni membolos de
ngintip lewat celah pintu besi dan menemukan empat orang bersera
aru tadi siang pelajaran olahr
ah menemukan sosok yang dicari-cari.
sa-sisa keberaniannya, Rhea membuka pintu kemudian
t menyadari seseorang masuk, kecuali Gamma yang masih mendribb
" pangg
gambil bolanya. Mendribble lagi. Mengabaikan Rh
rasanya dia melemparkan bola basket yang dipegan
engen
ea kemudian menarik satu sudut bibirnya, me
Mau dia
eraya mengibaskan tangannya.
. Dia melompat seraya mendoro
annya. Dia mengikuti
an, ba
ih mengab
" pangg
ulikan te
unggung cowok itu hingga suara pukulanny
bertepuk tangan tanpa suara
lotot. Kini dia ber
baru saja
awakan sepatu Rhea. Setelah Tyo memberikannya pada Gam
merebut sepatunya te
mang nyebelin ka
tidak tahan ingin melua
inderhea gara-gara setengah hari ini
gkan kedua tan
ake sebelah sepatu doan
an
epalkan t
h sepatu! Ngeselin tahu nggak, sih? Iya,
ntak. "L-l
kemudian memakaikannya sepatu hitam bergaris pink yang tadi mendarat di wajahnya. Selesai menyimpul talinya, Gamma
hah
muncul saat Gamma memasangkan sepatunya dan tersenyum dengan cara
g di dekat pintu lapangan indoor tengah menatapnya
*