img My Annoying Boss  /  Bab 7 Saya Makan Nasi, Pak! | 8.75%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 7 Saya Makan Nasi, Pak!

Jumlah Kata:1351    |    Dirilis Pada: 11/07/2022

Abra menggerakkan kedua

secara polos menc

i," tambah Abra

ikuti perintah Abra tanpa bertanya apa maksud bosnya. Padahal hobi Sina adala

walau bulat Sina lebih dekat. Perempuan itu malah menatapnya tanpa cang

ira-kira apa yang terjadi?" tanya Abra, menaha

sentuhan?"

bih deket

anya bergerak ke atas, kemudian

tu?" panc

da akhirnya perempuan itu memundurkan kepalanya hingga terantuk kaca

sesekali menggosoknya pelan. Abra masih sanggup menjawab ekspresi wajah

itolong, dibantu, minimal tanya apa kepala Sina bocor atau tidak, mau dibawa ke ru

ranya memperlakukan seorang perempuan. Mau jadi apa rumah tangga mereka nantinya? Baru didekati saja, belum memulai hubungan resmi, Sina sudah makan hati. Bayangkan, hidup dan tinggal bersa

au saya gegar otak, Bapak mau tanggungjawab?!"

a itu salah satu bentuk tanggungjawab? Daripada saya bikin kamu benjol

alau ngomong jangan yang ambigu. Ota

a kamu," timpal Ab

ruh energi, suasana hati berubah hanya dalam hitungan detik karena terus menerus tarik urat

ndangan ke salah satu kaca mobil. Dari lua

erseragam polisi menyapa Abra dan Sina sebel

ain kuda-kudaan di dalam mobil." Sina memelankan suara, lalu so

*

cara jelas obrolan antara Abra dan polisi tadi, sih. Abra hanya menjelaskan secara singkat kepada Sina. Dan Sina

bagaimana? Apa tidak sesak napas, ya? Sina cuma membayangkan saja tidak betah. Akan lebih baik m

k tirinya hingga kemari memakan waktu lumayan lama. Belum lagi Abra mengerjainya

ra sambil memeluk kantong bajunya. Kepalanya bergerak ke

at kamu," jawab Ab

uat saya?" sahut Si

jas abu-abu miliknya, kemudian

Sina melihat Abra duduk sendirian di sofa, kemudian melemparkan celetukan, "Kalau buat saya, seharus

lipat lebih bagus dari ini, setelah kamu terima lama

g terlalu percaya diri. Melihat bosnya sendiri memaksa ingin melamar, secara naluri, Sina bisa merasa sombong, atau Sina sebar

n, Sina bisa mendengar para perempuan membicarakan tentang Abra. Dalam hati Sina mengutuk para perempuan itu. Secara fisik, Abra b

t sendiri, ya. Sina bahkan berpikir menjadi menantu dari keluarga konglomerat tidak menjamin hidup bahagia. Bisa jadi malah t

n menikah dari keluarga biasa yang bisa menerima Sina apa adanya. Rasanya akan

Sina. perempuan itu terlalu lama banyak melamun

Abra dengan

menatap dirinya. "Pak Abra jangan bikin kaget dong! Kalau saya tiba-tiba mati, gimana? Saya belu

amu ngomong. Kamu mikiri

ah, saya malas kalau berurusan sama orang kaya kayak Bapak! Sombo

Abra memiliki tingkah percaya diri yang tinggi, berpikir akan mustahil ada perempuan yang menolak lamarannya. Haha, Abra pikir semua perempuan begitu, y

a ini atasan kamu, lho. Ngga

alu menunjuk arloji yang melingkari pergelangan tangan Abra. "Ini di luar jam kerja. Di sini, saya bukan bawahan Pak Abra. Saya bicara

itik dan koma, Sina berbicara sangat lancar, tidak gagap, bahkan Abra me

ina berbicara seperti kereta api. "Saya lebih mengutamakan kesehatan ment

mbungkam bibir Sina menggunakan tangan kanannya.

" keluh Abra. "Saya nggak tahu kamu ini makannya apa. Kayakny

mendorong tangan Abra. "Saya makannya nasi tah

udah ngomong jadi mirip reog, soalnya

img

Konten

Bab 1 Prolog Bab 2 Aura Mertua FTV Azab Bab 3 Sumber Masalah Baru Sina Bab 4 Sina dan Kesialannya Bab 5 Sampai Undangan Disebar! Bab 6 Mulut Ajaib Sina Bab 7 Saya Makan Nasi, Pak! Bab 8 Kertas Bungkus dan Sendok Nenek Bab 9 Cantik Mana Sama Saya Bab 10 Tolong Jangan Pergi Bab 11 Cara Melawan Sina
Bab 12 Hilang Tanpa Kabar
Bab 13 Titik Terendah Sina
Bab 14 Saya Capek, Pak!
Bab 15 Permintaan Sina
Bab 16 Penawaran Abra
Bab 17 Meminta Restu
Bab 18 Sina dan Kaca Beling
Bab 19 Cara Menangani Sina
Bab 20 Ketegasan Abra
Bab 21 Cara Sina Merayu
Bab 22 Jangan Halu, Na!
Bab 23 Pembalasan Abraham Prama
Bab 24 Permintaan Sulit Sina
Bab 25 Penyebabnya Kamu!
Bab 26 Rasa Takut yang Mendera
Bab 27 Suara Bapak Seksi
Bab 28 Bunga Favorit Dia
Bab 29 Pembalasan Sang Mentari
Bab 30 Masuk Perangkap Mentari
Bab 31 Lestari dan Mentari
Bab 32 Jatah Mantan
Bab 33 Menyempurnakan Rencana
Bab 34 Ini Aku, Cucumu!
Bab 35 Ketika Uang Berbicara
Bab 36 Di Hari Pernikahan
Bab 37 Rencana Sukses!
Bab 38 Ide Siapa
Bab 39 Kecurigaan Kara
Bab 40 Memberatkan, Nggak
Bab 41 Percobaan Pembunuhan
Bab 42 Mulai Luluh
Bab 43 Ampuni Saya, Sina!
Bab 44 Kesaksian Palsu Kara
Bab 45 Pertengkaran di Rumah Prama
Bab 46 Posisi Sulit Mentari
Bab 47 Keributan di Kelab
Bab 48 Menggali Kuburan Sendiri
Bab 49 Masalah Baru Mentari
Bab 50 Kamu Bukan Sina
Bab 51 Ancaman Dari Lembayung
Bab 52 Terkuaknya Rahasia Keluarga Tedja
Bab 53 Kebringasan Cucu Tedja
Bab 54 Pertanyaan itu Fakta
Bab 55 Ide Cemerlang Kara
Bab 56 Karma Untuk Sila
Bab 57 Jangan Pernah Berubah
Bab 58 Terbongkarnya Kejahatan Nyonya Prama
Bab 59 Perasaan Hancur Abra
Bab 60 Penyelidikan Ringga
Bab 61 Kebimbangan Kara
Bab 62 Pertemuan Sila dan Abra
Bab 63 Rahasia yang Dibongkar Ringga
Bab 64 Berakhirnya Sandiwara Mentari
Bab 65 Melindungi Mentari
Bab 66 Gugatan Perceraian
Bab 67 Dampak Perceraian
Bab 68 Datang Berkunjung
Bab 69 Janji Gaga
Bab 70 Melawan Mentari
Bab 71 Waktu yang Singkat
Bab 72 Janji Mentari Kepada Kara
Bab 73 Sila yang Menentang
Bab 74 Klien Tidak Terduga
Bab 75 Kesedihan Kamya
Bab 76 Curahan Hati Mentari
Bab 77 Merasa Menjadi Pengkhianat
Bab 78 Usaha Pertama Abra
Bab 79 Maaf, Pak Gaga
Bab 80 Ketahuan Jenaka
img
  /  1
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY