Buku dan Cerita Imam Heru Darmawan
Aku Menikah dengan Pria yang Masih Mencintai Mantannya
Begitulah cara Alika berkali-kali menenangkan dirinya sendiri, membulatkan tekad untuk mengakhiri biduk rumah tangga yang selama hampir setahun ini ia jalani bersama suaminya. Setiap kali pikirannya kacau, Alika mengulang kata-kata itu dalam hati, seolah memaksa dirinya menerima kenyataan yang pahit. Dan hari ini, dengan suara tegas dan lantang, wanita itu akhirnya menuturkan kata-kata yang sejak lama ia simpan rapat-rapat-kata-kata yang membuat Daffa Ardhana, suaminya, terdiam membeku sejenak. Keheningan itu begitu panjang, seolah menegaskan beratnya permintaan yang baru saja tersampaikan. Akankah Daffa mengabulkan permintaan Alika dan membebaskan keduanya dari ikatan yang selama ini terasa membelenggu? Ataukah justru ada jalan lain yang akan diambil Daffa untuk mempertahankan rumah tangga mereka, walaupun hati Alika tampak sudah lelah menanggung semua itu?
Aku Tidak Akan Pernah Diam Saat Keluargaku Terancam
Adikara, pria tampan berstatus duda tanpa anak dan memiliki pengaruh besar di balik layar politik dan bisnis, harus menelan pil pahit ketika dokter menyatakan dirinya tidak mampu memiliki keturunan. Dunia yang ia bangun, kesuksesan, dan kekuasaan, terasa hampa saat mimpi menjadi seorang ayah musnah begitu saja. Dalam kekalutannya, Adikara menyalurkan amarah dan rasa frustasinya dengan cara yang salah-menjalin hubungan singkat dengan wanita-wanita dari kalangan atas, termasuk beberapa publik figur ternama. Namun, rencana destruktifnya justru menimbulkan masalah besar ketika ia tanpa sengaja terjerat dengan Alara, seorang gadis belia berumur 19 tahun yang tengah meniti karier sebagai model. Alara, yang merupakan anak dari bawahannya sendiri, kehilangan keperawanannya tanpa disengaja kepada Adikara. Selisih usia mereka yang mencapai 15 tahun membuat situasi semakin rumit. Sekeping surat medis yang terselip di tangan Adikara menjadi saksi pahit atas kenyataan yang tak bisa ia hindari-mimpi untuk menjadi ayah kini hancur. Satu bulan kemudian, Alara kembali dengan kondisi yang mengejutkan: ia hamil. Ia menuntut Adikara, yang juga bos dari ayahnya, untuk bertanggung jawab atas masa depan anak yang dikandungnya. Akankah Adikara menelan ego dan menerima tanggung jawab? Atau justru ia akan menolak mentah-mentah, menambah luka dan skandal yang bisa menghancurkan karier Alara?
