Buku dan Cerita Lisdayanti
Derita Seorang Gadis Desa
Alya, seorang gadis cantik berusia 19 tahun, sejak usianya baru menginjak dua tahun sudah menjadi yatim piatu. Sejak saat itu, ia hanya dibesarkan oleh neneknya yang kini sudah tua renta dan sakit-sakitan. Karena keterbatasan biaya, Alya hanya bisa menamatkan sekolah sampai jenjang SMP. Meski demikian, Alya tidak pernah berhenti berharap untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Suatu hari, ia memutuskan meninggalkan desanya dan pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Dengan tekad bulat, ia ingin mengubah nasibnya demi bisa membantu sang nenek. Tak disangka, keberuntungan seperti berpihak kepadanya. Ia bertemu dengan seorang wanita dermawan bernama Ibu Ratna, yang kemudian mempekerjakannya di rumah besar milik keluarganya. Alya pun merasa bersyukur, karena akhirnya ia memiliki tempat tinggal dan pekerjaan tetap. Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Ketika putra sulung Ibu Ratna, bernama Arka, pulang dari luar negeri, kehidupan Alya berubah drastis. Malam itu, sebuah petaka menimpa dirinya-kehormatan Alya direnggut secara paksa oleh Arka. Alih-alih menyesal atau bertanggung jawab, Arka justru bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Bahkan, dengan dingin ia merendahkan Alya dan menyuruhnya pergi dari rumah ibunya. Hati Alya hancur berkeping-keping, namun ia tahu, hidupnya tidak boleh berhenti hanya karena luka ini.
Ketika Suami Membagi Cinta
Di usia pernikahan yang menginjak tahun keenam, Arunika Selvara dipaksa menerima kenyataan paling menyakitkan bahwa suaminya, Davin Albrecht, pria dingin yang sejak awal tak pernah benar-benar memberinya cinta, kini jatuh hati pada wanita lain. Pernikahan mereka bukanlah hasil dari kisah manis yang penuh bunga, melainkan kesalahan masa lalu yang terlanjur berbuah menjadi ikatan. Namun dari kesalahan itu lahirlah sesuatu yang indah-Mireya, gadis kecil bermata bening yang dulu menjadi jembatan di antara mereka. Kehadiran Selina-wanita yang kini mengisi hati Davin-telah mengubah segalanya. Mireya lebih banyak menghabiskan waktu bersama ayah dan Selina, seolah Arunika tak lagi menjadi pusat semestanya. Rumah tangga yang sejak awal rapuh, kini nyaris runtuh sepenuhnya. Anehnya, Davin tetap bertahan. Ia tidak menggugat cerai. Tidak juga meninggalkan Arunika. Padahal hatinya jelas dimiliki oleh wanita lain. Dan di tengah hubungan yang membeku itu, Arunika pun berubah. Ia berhenti menuntut. Tak lagi melawan. Ia diam, menyimpan luka dan kecewa dalam senyap. Keheningan menjadi satu-satunya bahasa yang ia kenal. Namun seiring waktu, bahkan Mireya pun mulai menjauh. Kehadiran Selina telah mencuri perhatian gadis kecil itu. Justru di saat itulah, Davin menyadari sesuatu: ia tak siap kehilangan Arunika.
