Buku dan Cerita suyono
Suamiku Memilih Maduku
Arlisa meminta suaminya, Radwan, untuk menikah lagi-sebuah keputusan yang ia ambil hanya demi mendapatkan perhatian yang sudah lama hilang dari pria itu. Ia berharap dengan adanya orang ketiga, Radwan akan kembali menyadari keberadaannya, kembali menoleh dan menyentuh dirinya seperti dulu. Namun kenyataan berbalik menyakitkan. Radwan justru larut dalam kemesraan bersama istrinya yang baru. Senyum, tatapan lembut, hingga sentuhan penuh gairah yang dulu Arlisa rindukan, kini hanya ia saksikan berpindah kepada madunya. Arlisa hanya bisa menelan pahit, menahan sesak di dada setiap kali melihat kebahagiaan yang tak lagi menjadi miliknya. Mampukah Arlisa bertahan dalam badai gairah yang semakin tak tertahankan? Ataukah ia akan memilih jalan yang berbeda-mencari pelukan hangat di luar rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman?
Suami Yang Menolak, Hati Yang Hancur
Almira terpaksa menikahi ayah dari murid les privatnya, Adrian Elvano, setelah sebuah insiden tak terduga membuat mereka kedapatan tidur bersama dalam satu kamar hotel. Kejadian itu murni salah paham, namun Mami dan nenek Adrian bersikeras bahwa satu-satunya cara untuk menjaga nama baik keluarga adalah dengan menikahkan mereka. Adrian awalnya menolak mentah-mentah. Ia menegaskan bahwa peristiwa itu hanyalah kesalahpahaman belaka. Namun, di bawah tekanan keluarga, pernikahan tetap dilangsungkan, dan Adrian terpaksa mengucap janji yang tidak pernah ia inginkan. Sejak awal, penolakan Adrian tak pernah berhenti. Setiap sikap dingin dan tatapan acuhnya membuat Almira harus menahan pedih yang perlahan menggerogoti hati. Ia sendiri tak pernah menginginkan pernikahan ini, namun keadaan memaksanya. Tinggal di rumah besar milik Adrian terasa seperti menapaki lorong sunyi-penghuninya bahkan tak pernah menganggapnya ada. Bagi Adrian, Almira hanyalah guru les anaknya yang secara kebetulan tinggal di rumah tersebut, bukan seorang istri. Trauma masa lalu bersama istri pertamanya membuat Adrian menutup rapat pintu hatinya. Ia sama sekali tak berniat menikah lagi, apalagi mencintai seseorang. Kehadiran Almira dianggapnya sebagai beban yang harus segera ia lepaskan. Di tengah rasa terasing dan tidak diakui, muncul tawaran pertukaran pelajar ke luar negeri. Almira mulai mempertanyakan: apakah ia harus menerima kesempatan itu demi keluar dari rumah yang tak pernah menerimanya, atau bertahan meski hatinya terus terluka?
