/0/13762/coverbig.jpg?v=b46bf14ef55a319bf7fb9753cc07c04c)
Siera wanita yang cantik selalu mengangap dirinya tidak butuh pasangan, walau memiliki sahabat baik bernama roma, roma merupakan sahabat siera dari kecil hingga hal kecil apapun akan di lakukan roma untuk siera, sampai bosnya siera yang utama datang menghadiri perusahaan bernama Xavier pria dingin nan angkuh, yang selalu menang sendiri meleleh karena sikap siera yang sabar akan dirinya.
Tuk tuk tuk.
Langkah kaki yang jalan ke arah koridor besar yang membuka pintu untuk mengadakan konfersi pers, Siera yang menonton tv hanya bisa menghela nafas.
"Ugh."
"Kenapa sayang anaknya mama, kok gak suka sama Tuan Xavier."
"Yah, siapa juga yang suka dia, dimana-mana sekandal hidupnya apa gak capek ya skandal terus."
"Yah, namanya juga pria ganteng apa salahnya kalau pria ganteng, merasa dirinya hebat dan ada skandal terus."
Siera melihat ke arah mamanya, sontak Siera mendekap mamanya dengan erat dan mama bingung ada apa dengan anaknya.
"Ma, Siera janji bakal cari pria yang baik tapi gak kayak Xavier."
"Loh kenapa, mama berharap kamu bisa sama dia, dia ganteng,kaya, mapan apa yang kurang dari dia?"
"Gak ada sih, apalagi skandalnya yang selalu menyelimuti dia bikin aku tambah muak sama dia."
"Aduh Siera sayang, udah ah kamu makan dulu itu sarapan kamu jangan mikir macam-macam ya."
Siera hanya diam senyum sambil makan, selesai makan keluar dari rumah bertemu dengan Roma, Siera salah tingkah kepada Roma.
"Pagi Siera."
"Pagi Roma, kamu gak kerja?"
"Ini aku mau kerja, bareng ayo mau gak?"
"Benran ini? gak ngerepotin aku gak enak kalau repotin kamu, kamu bicara apa sih mana ada aku justru senang kalu di repotin sama kamu."
Siera yang mendengar itu sangat senang sontak naik ke motor Roma, dengan kesederhanaan Roma bisa membuat Siera merasa nyaman dengan sikap Roma yang kadang buat para wanita klepek-klepek akan dirinya, sampai di kantor Siera.
"Makasih ya Roma, aku benar-benar terimakasih banget kamu antar kerja, jadinya aku gak telat deh berkat kamu."
"Gak perlu makash Siera kan kita tetangga apa salahnya membantu tetangga ya kan, apalagi tempat kerja kamu sama aku gak terlalu jauh."
"Makasih ya Roma, kalau gitu aku masuk dulu ke dalam."
Roma hanya senyum begitu juga dengan Siera tanpa sengaja Siera menabrak orang, Xavier mendecik melihat ke arah Siera.
"Tunggu!"
Siera kaget saat mendengar suara itu gak lama Siera dan Xavier berdua di dalam lift, Siera merasa gak nyaman dan lift padam adanya arus pendek listrik yang kurang lebih dua jam.
Xavier merasakan oksigenya abis, Siera yang melihat Xavier merasa kasihan dan ternyata memiliki kelemahanya, Siera sontak mendekap wajah Xavier.
"Kamu liat aku ya jangan liat lain, tenang ada aku di sini aku gak bakal biarin kamu kenapa-kenapa yang penting kamu percaya aja ada aku di sisi kamu ya."
Xavier yang mendengar itu merasa tenang dan nyaman sontak Xavier mendekatkan dirinya kepada Siera, Siera bingung ada apa sontak Xavier mengecup Siera.
Siera merasa kaget dengan tindakan Xavier dan Siera mendorong pelan Xavier dan Xavier pingsan ke dalam dekapan Siera.
"Duh, ini cowo kurang ajar banget sih baru kenal aja udah begini, untung kamu lagi dalam keadaan begini kalau gak udah aku tinggal kali, asli mau marah tapi gabisa marah."
Gak lama lift terbuka mereka ketiduran di lift sontak di bawa ke rumah sakit terdekat, Xavier bangun dan mencari wanita itu.
"Kemana perginya wanita itu."
"Tuan cari siapa?"
Xavier tetap melihat sekitar gak lama wanita itu ada di sebelahnya, Xavier sontak bangun dari tempat tidur mengusap kepala Siera.
"Kenapa perasaan nyaman dan tenang ada di wanita ini siapa dia? kenapa baru kali ini bisa akrab dengan wanita sampai seperti ini."
"Tuan kenal dengan wanita ini? dia yang menyelamatkan tuan di lift tadi."
"Cari tau tentang dia dari sekecil apapun rahasia dia."
"Baik tuan Xavier."
Xavier terus menunggu Siera bangun gak lama Siera bangun melihat sekitar, kaget tadi ada di lift kok tiba-tiba dirumah sakit.
"Kamu udah bangun? makasih udah jagain aku di lift, aku Xavier nama kamu siapa?"
"Siera."
Siera berpikir orang seangkuh Xavier yang di kabarkan di berita bisa selembut ini di depannya, sontak Xavier mendekap tangan Siera.
"Kamu kalau butuh apapun bilang aja ke aku ya, aku akan siap bantu kamu karena kamu juga udah korbanin nyawa kamu untuk aku."
"Gak perlu gitu kok, aku gapapa ini aku juga udah bisa pulang lagian, aw kok sakit ya."
Xavier sontak mengecek dengan lembut tangan Siera, Xavier sontak mengangkat badan Siera dengan lembut sambil menatap dengan wajah yang dekat.
"Kamu mau kemana? aku antar."
"Aku cuman mau minum kok."
"Bentar ya, sini aku bantu duduk nanti aku ambilin air."
Siera masih gak ngerti kenapa cowo sebaik Xavier di anggap cowo angkuh dan dingin, ada apa yang salah ya.
"Ini minumnya."
"Makasih ya Xavier."
"Ya."
Siera sontak minum dengan air yang diberikan kepada Xavier dan gak lama Xavier merasa senang bisa membantu Siera.
Siera bingung apa ada yang salah dengan dirinya mengapa Xavier tersenyum, sontak Xavier mendekat kepada Siera.
"Ada apa?"
"Kamu emang dari lahir secantik ini ya."
"Hah, maksud kamu apa? aku gak ngerti."
Xavier hanya senyum mendengar perkataan Siera, gak lama mama Siera masuk ke dalam ruangan Siera, mama Siera kaget melihat pria yang dekat dengan Siera, Xavier tersenyum.
"Halo tante, aku Xavier tante pasti cemas sama Siera, aku tinggal ya tante."
Xavier keluar dari ruangan mama Siera menatap Siera dengan senyum mematikannya gak lama mendekat kepada anaknya Siera.
"Sayang, tadi pagi ada yang bilang kemama, kalau dia gamau sama cowo yang namanya Xavier tapi kok, tadi mama gak salah liat kan kamu berakhir sama dia."
"Ma, itu gak sengaja kok lagian kan mama tau dia bukan tipe aku jadi untuk apa juga aku sama dia."
"Humm, masasih sayang kalau emang sama dia juga gapapa kok mama mengerti."
Siera hanya diam dan memakai selimut sambil memejamkan matanya, mamanya tersenyum gak lama ada handphone berdering mama keluar dari sepengetahuan Siera.
Cklek.
Bunyi pintu terbuka, Siera hanya merasa bete dengan perkataan mamanya, gak lama Siera mencoba untuk melupakan tentang Xavier tapi gabisa.
"Ma, udah ah jangan bicarain Xavier lagi, aku gak suka dia dan dia juga bukan tipe aku mama kan tau, gimana rumor dia di berita masa mama mau anak mama sama pria yang kejam kayak gitu."
Xavier yang mendengar itu terdiam, Siera bingung kenapa mamanya gak ada respon apa-apa, saat melihat ke arah belakang Xavier mendekap Siera dari belakang, Siera kaget tidak bisa berkata apa-apa.
"Diam Siera kalau kamu berani gerak jangan salahin aku, aku bakal lakuin apapun ke kamu."
Siera merasa takut dan menanggis, sontak mama Siera masuk ke dalam dan mendorong Xavier dari hadpan Siera.
Amelia (25) seorang wanita yang sudah melajang lebih dari 4 tahun, ia merasa melajang adalah keputusan yang tepat, di karenakan tidak pernah ada pria yang serius melainkan main-main, sampai akhirnya ia bertemu dengan pria kaya raya yang masih muda Fred (27) seorang Ceo yang memiliki kekuasaan tinggi, sampai akhirnya Fred merasa tertarik dengan Amelia dan menawarkan menjadi istrinya apa Amelia beresedia.
Elia bekerja di kantor gedung tinggi tetapi tidak ada satupun yang tertarik denganya sampai ia bertemu dengan anak bos bernama Edward Elia dan Edward lumyan dekat,karena mereka memegang satu proyek yang sama apa yang di rasain Elia ke Edward,begitu juga dengan sebaliknya.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Awalnya, Krystal hanya meminta pertolongan pada Kaivan untuk meminjam uang demi mengobati adiknya yang sakit. Namun, semua niat Krystal tidak bisa gratis begitu saja. Ada harga yang harus dibayar. Menjadi istri kedua dari seorang Kaivan Bastian Mahendra adalah syarat utama yang harus Krystal lakukan. Hubungan rumit layaknya sesuatu hal yang tak mungkin, mampukah Krystal bertahan?
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"