/0/15240/coverbig.jpg?v=48ffe3ace48e4ef28c55bb358522e1e6)
Baru beberapa hari menikah Laras sudah ditinggal oleh suaminya untuk selama-lamanya membuat Laras menyandang status janda. Fitnah pun datang silih berganti menghampirinya. Akankah Laras sanggup menghadapi fitnah yang datang karena statusnya itu?
Baru beberapa hari menikah Laras sudah ditinggal oleh suaminya untuk selama-lamanya membuat Laras menyandang status janda. Fitnah pun datang silih berganti menghampirinya. Akankah Laras sanggup menghadapi fitnah yang datang karena statusnya itu?
Awan mendung semakin menggelap pertanda hujan akan segera turun, angin berhembus dengan kencang, cuaca semakin bertambah dingin, tapi tak juga membuatku beranjak dari area pemakaman. Sudah satu jam aku berdiam diri di sini, orang-orang pun sudah beranjak pergi dari tadi. Aku masih memandang hampa gundukan tanah di depanku, air mataku masih tetap luruh tanpa henti.
Aku sedang terduduk di samping makam Mas Haris, suamiku yang masih beberapa hari lalu menghalalkanku. Mas Haris meninggal karena kecelakaan saat kami akan pergi berbulan madu.
Aku masih mengingat jelas permintaanku kepada Mas Haris untuk berbulan madu di pulau Komodo, aku sangat ingin melihat pantai dengan pasir berwarna pink di sana.
***
"Setelah kita menikah, kamu mau pergi berlibur kemana, Ras?" tanya Mas Haris padaku ketika kami sedang makan siang bersama.
Kami baru saja pulang dari butik untuk mengambil kebaya yang akan kupakai di acara pernikahan kami, kebetulan di sebelah butik tersebut ada sebuah restoran, jadi kami memutuskan untuk makan siang di sana.
"Aku ingin pergi ke Labuan bajo, Mas. Aku penasaran dengan pantai Pink di sana," jawabku dengan wajah berbinar. "Aku ingin melihat pasir di sana yang berwarna pink itu, kata Winda pemandangan di sana sangat indah," tambahku. Winda adalah teman sekaligus rekan kerjaku.
"Baiklah, apapun mau tuan putri akan aku penuhi. Aku akan membawamu melihat pantai itu," sahut Mas Haris sembari tersenyum lembut.
"Benarkah, Mas?" tanyaku dengan wajah semringah. Tak dapat kusembunyikan bagaimana bahagianya hatiku ketika Mas Haris memenuhi permintaanku.
"Tentu saja, aku akan memenuhi permintaanmu, aku akan membuatmu menjadi wanita paling bahagia karena sudah mau menikah denganku," jawab Mas Haris.
Aku mengembangkan senyum mendengar jawaban dari Mas Haris. Pipiku merona karena ucapan Mas Haris yang sangat manis. Hatiku berbunga-bunga, aku sangat bahagia karena mempunyai calon suami seperti Mas Haris. Walaupun kami dijodohkan oleh orang tua kami, tetapi kami merasa sudah cocok satu sama lain.
Aku tidak menyangka kalau permintaanku saat itu malah membuatku kehilangan Mas Haris untuk selama-lamanya.
Tepat empat hari setelah acara pernikahan, kami pun akan berangkat berbulan madu. Aku sangat antusias menyambut keberangkatan kami, terbayang kami akan disuguhi pemandangan pantai yang sangat indah begitu sampai di sana. Aku menjadi tidak sabar menantikannya.
Aku menunggu kedatangan Mas Haris dengan tidak sabar. Mas Haris sedang pergi ke kantor karena ada keperluan yang mendesak. Padahal Mas Haris masih dalam masa cuti, tapi tetap saja ada urusan kantor yang harus dia tangani.
Aku melirik jam di pergelangan tangan, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang, tapi Mas Haris belum juga pulang. Padahal satu jam lagi kami harus segera tiba di bandara untuk keberangkatan kami.
"Mas Haris lama sekali, apa aku telepon saja untuk mengingatkannya?" Aku pun mengambil ponsel untuk menghubungi Mas Haris.
Namun, baru saja aku akan menelepon Mas Haris, ponselku sudah berdering terlebih dahulu. Aku tersenyum melihat layar ponsel yang berkedip ketika ada telepon yang masuk.
"Assalamu'alaikum, Mas."
"Wa'alaikumsalam, Ras. Maaf Ras, aku baru bisa pulang sekarang, aku tidak menyangka jika pekerjaanku banyak sekali," ucap Mas Haris membuatku sedikit lega akhirnya dia akan pulang.
Di saat seperti ini Mas Haris masih saja mementingkan pekerjaannya. Padahal tinggal sebentar lagi kami harus berangkat, tapi Mas Haris masih disibukkan pekerjaannya.
"Iya, Mas," jawabku singkat.
"Kamu marah ya, Ras?" tanya Mas Haris dari sambungan telepon.
"Nggak, Mas. Sekarang Mas Haris sedang di mana?"
"Bersiaplah, aku sedang dalam perjalanan pulang. Setelah aku tiba, kita langsung berangkat."
"Jangan menelepon di jalan, Mas. Fokus saja mengemudi. Aku akan sabar menunggumu pulang, Mas," ucapku khawatir dengan Mas Haris. Sejak tadi hatiku gelisah tak menentu.
"Jangan khawatir, Ras. Aku baik-." Suara Mas Haris terputus.
"Halo, Mas ... Mas Haris ada apa, Mas?" Aku memanggil-manggil Mas Haris, tapi tak berselang lama terdengar suara benturan keras. Aku semakin panik dan khawatir pada Mas Haris.
Kutatap layar ponsel yang masih menyala dengan gusar, panggilan telfon dengan Mas Haris masih tersambung, tapi Mas Haris tidak menjawab panggilanku.
"Ya Allah, Mas. Kenapa tidak menjawab panggilanku? Ada apa denganmu, Mas. Jangan membuatku khawatir." Netraku mulai berkaca-kaca. Ketakutan mulai menghampiriku.
"Halo ...." Terdengar suara dari sambungan teleponku dengan Mas Haris. Tapi bukan suara Mas Haris, aku mengernyit heran.
"I-ya ha-lo, maaf dengan siapa? Kenapa bisa ponsel suami saya ada pada anda?" tanyaku beruntun.
"Maaf, suami Ibu telah mengalami kecelakaan-."
Brak ....
Seketika ponsel dalam genggamanku jatuh ke lantai mendengar bahwa Mas Haris telah mengalami kecelakaan. Kurasakan dunia berputar, dan menggelap.
***
"Bagaimana kondisi suami saya, Dok?" tanyaku tidak sabar.
Dokter tersebut memandangku dengan tatapan sendu, "Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi suami Ibu tidak bisa kami selamatkan."
Netraku membulat mendengar ucapan dokter, aku bagai mendengar petir di siang hari, tubuhku seketika luruh ke lantai. Air mataku semakin luruh, aku menangis sejadi-jadinya karena kehilangan Mas Haris.
"Tidak ... Mas Haris ...!" teriakku di tengah tangis.
Nyawaku seolah ikut menghilang bersama kepergian Mas Haris, aku menangis meraung memanggil-manggil Mas Haris. Rasanya hatiku tidak percaya dengan kepergian Mas Haris yang begitu cepat.
Aku segera menghambur masuk ke dalam ruang UGD, setelahnya aku langsung memeluk tubuh Mas Haris.
"Mas, bangun. Kumohon jangan tinggalkan aku. Bukannya Mas berjanji untuk membawaku melihat pantai? Lalu kenapa Mas masih berbaring saja? Bangunlah, Mas. Tepatilah janjimu untuk membuatku menjadi wanita yang paling bahagia," lirihku pada Mas Haris yang tidak juga merespon ucapanku.
Hatiku bagai teriris melihat Mas Haris tidak meresponku sama sekali. "Bangun, Mas! Ayo kita berangkat, Mas. Kita sudah terlambat, pesawat kita akan segera berangkat. Kamu sudah janji untuk mengajakku melihat pantai, Mas. Jangan ingkari janjimu, Mas," lirihku sembari menangis tergugu.
Mas Haris masih tidak merespon tangisanku, aku melepaskan pelukanku, tanganku mulai mengguncang keras tubuh dingin Mas Haris untuk membangunkannya.
Tangisku semakin pecah saat tidak mendapat respon dari Mas Haris. Aku meraung berteriak histeris memanggil nama Mas Haris, dadaku sesak menahan perihnya kehilangan Mas Haris, hingga kurasakan pandanganku menggelap, aku tidak sadarkan diri karena tidak kuasa menahan kesedihan kehilangan suami yang baru beberapa hari meminangku itu.
Tak tahan hidup miskin membuat Mas Hilman tega mengkhianatiku, menghadirkan madu di pernikahan suci kami. Dengan teganya dia menikahi seorang putri dari keluarga kaya raya. Sanggupkah aku menahan kesedihan karena pengkhianatan suami yang sangat aku cintai itu?
Masa tua adalah masa di mana tubuhku sudah tidak mampu lagi untuk bekerja. Tapi anak-anakku malah membuangku ketika aku telah berhenti bekerja. Sanggupkah aku menjalani hari tuaku dengan bahagia di saat anak-anakku malah berperilaku buruk padaku?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Emalee tidak pernah membayangkan akan berakhir di ranjang dengan Jonny, apalagi menjadi istrinya melalui perjanjian kontrak. Namun, hati Jonny sudah menjadi milik orang lain. Ketika cinta sejati pria itu kembali, Emalee diliputi keputusasaan dan memilih untuk bercerai. Namun, pria yang biasanya jauh dan pendiam itu tiba-tiba tegas dalam penolakannya. "Emalee, saat kamu menikah denganku, hidupmu menjadi milikku! Di keluarga ini, seseorang mungkin menjadi janda, tetapi perceraian bukanlah pilihan!"
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
Nathan menjalani kehidupan barunya setelah menikahi Elira Devina, wanita yang telah lama mengisi hatinya. Hidup di tengah gemerlap kota metropolitan, pernikahan mereka terlihat seperti pasangan muda pada umumnya-penuh gairah, harapan, dan rencana-rencana masa depan. Namun, di balik senyum dan kebersamaan itu, ada satu sosok yang selalu hadir dalam bayang-bayang mereka: Seraphine, ibu mertua Nathan-seorang janda anggun yang masih memancarkan pesona misterius dari masa mudanya. Awalnya, Nathan hanya melihat Seraphine sebagai wanita kuat yang berhasil melewati duka kehilangan suami. Ia menghormatinya, mengaguminya, tapi hanya sebatas itu. Setidaknya begitu ia pikir. Namun seiring waktu berjalan, batas yang seharusnya tak terlihat mulai perlahan memudar. Tatapan mata yang tadinya biasa kini terasa menusuk. Sentuhan singkat di dapur berubah menjadi momen yang membekas terlalu lama. Ada percikan yang tak bisa Nathan abaikan-sesuatu yang seharusnya tidak pernah muncul. Di antara diam dan percakapan, dalam sunyi dan sorot mata, terbentuk rahasia yang tak layak tumbuh. Dan dari sanalah segalanya mulai berubah.
Hal terakhir yang dia harapkan adalah pertukaran jiwa akan terjadi padanya. Tubuh barunya adalah istri CEO terkenal, seorang gadis yang lahir dengan sendok perak di mulutnya. Dia pikir dia bisa mengambil kesempatan ini untuk menikmati hidup, tetapi yang dia dapatkan hanyalah ketidakpedulian suaminya. Ketika wanita yang dicintai pria itu kembali, pria itu meminta cerai dan dia setuju tanpa ragu-ragu. Namun, malaikat cinta punya rencana lain. Kisah mereka baru saja dimulai sekarang.
© 2018-now Bakisah
TOP