Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Obsesi Sang Pewaris
Obsesi Sang Pewaris

Obsesi Sang Pewaris

5.0
97 Bab
2.9K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Ambar Tri Handayani berpikir jika pernikahan adalah hal terakhir yang akan dia pikirkan selepas lulus sekolah. Kuliah, dan mencari kerja adalah agenda utama yang selalu menjadi penggerak hidupnya dalam setiap melangkah. Tapi keselamatan dirinya berada di ujung tanduk, dan pernikahan adalah harga yang harus Ambar tukar untuk keselamatan mereka. Dan pernikahan itu harus dilakukan dengan Diraja Sakala Sudibyo. Orang asing yang terus saja berkelindan masuk dalam kehidupan Ambar. Diraja Sakala Sudibyo fokus 100% dalam membangun warisan bisnis Sudibyo Corporation. Beberapa orang mengatakan, ‘workaholic is his middle name.’ Namun semua rencananya berubah ketika ayah memberikannya ultimatum. Nikahi Ambar Tri Handayani, atau hengkang dari posisimu! 'Pernikahan kontrak, apa hal terburuk yang akan terjadi?' begitu pikir Diraja penuh pertimbangan dingin. Ambar dan Diraja dipaksa untuk mengubah strategi dan rencana hidup mereka masing-masing demi ambisi yang terpatri dalam hati. Tapi, hidup tak selalu sesuai dengan rencana, bukan?

Bab 1 Prolog

Ultimatum.

Betapa Diraja membenci kata tersebut. Terlebih lagi sekarang.

Di hadapannya, ayah dan ibu duduk berseberangan setelah memberikan ultimatum keras kepada dirinya.

Posisi duduk mereka pun tersirat menunjukkan di mana posisi mereka dalam pengambilan keputusan absurd ini.

“Tapi Ayah! Aku menolak perjodohan ini! Ini skema pernikahan gila! Kita masih bisa selamatkan Sudibyo Corporation tanpa pernikahan bisnis ini!” tolak Diraja dengan tegas.

Rahangnya mengeras dan dia menggerutukkan gerahamnya penuh amarah.

“Bagaimana kamu mau tanggung jawab setelah ada insiden penembakan salah satu karyawan kita di Royal Ruby dengan keluarga Ong dari Singapura, huh? Mau ditaruh di mana muka kita jika bertemu kembali dengan keluarga Arka kelak?” Ayah bersuara keras memotong penolakan Diraja.

Kejadian dua minggu lalu di Hotel Royal Ruby kembali terngiang di ingatan Diraja. Saat itu mereka sedang meeting di hotel milik salah satu korporasi terbesar di Indonesia, Danudihardjo Enterprise membicarakan masalah IPO atau Initial Public Offering perusahaan mereka demi mencari modal tambahan untuk ekspansi bisnis mereka.

IPO tersebut akhirnya batal karena ternyata salah satu partner bisnis mereka, keluarga konglomerat Ong dari Singapura berniat menghancurkan Sudibyo Corp dan menjadikan perusahaan mereka sebagai boneka untuk kepentingan mereka di Indonesia.

Berangkat dari temuan tersebut, Diraja berhasil membujuk ayahnya untuk menolak rencana IPO dan tertarik dengan ide merger dan akuisisi dari Danudihardjo Enterprise.

Di tengah-tengah pembicaraan dengan Darius tempo lalu, ayahnya tiba-tiba mengajukan proposal pernikahan dengan keluarga Darius demi menjaga kekuatan Sudibyo dalam diskusi tersebut. Ide yang tentu saja ditolak oleh Darius, karena Amir mengusulkan adik ipar Darius–Ambar sebagai ‘tumbalnya’.

Meski sudah ditolak, ayahnya masih bersikeras dengan ide perjodohan sebagai balasan tawaran merger dan akuisisi dari Darius Danudihardjo demi melindungi perusahaan ayahnya–Sudibyo Corporation dari ambang kehancuran karena terseret intrik dari keluarga konglomerat Ong yang berbasis di Singapura.

Pertemuan di hotel tersebut dilakukan bersama penasihat terpercaya mereka, Mas Arka untuk mencari opsi terbaik bagi perusahaan mereka. Dan sepertinya Mas Arka juga setuju untuk menerima proposal merger dan akuisisi yang ditawarkan oleh Darius.

Danudihardjo Enterprise tidak akan menjadi majority shareholder mereka, dan mereka menjanjikan first option untuk keluarga Sudibyo dalam right of first offer untuk membeli kembali saham mereka jika Danudihardjo Enterprise ingin exit strategy dari perusahaan mereka.

“Ayah, aku akan cari cara supaya deal dengan Danudihardjo dapat memberikan win-win solution bagi semua pihak yang terlibat! Tapi aku menolak opsi perjodohan dengan anak yang bahkan masih belum lulus SMA!” ujar Diraja penuh frustasi.

Dia tak bisa memungkiri kalau dia melakukan banyak langkah yang salah ketika membantu ayahnya memimpin perusahaan yang menyandang nama mereka.

Tapi perjodohan? Pernikahan bisnis? Dengan bocah SMA pula?

Itu adalah garis yang tak akan Diraja lewati sampai kapanpun!

Ayahnya tetap menatap tak senang ke arahnya. Amir Sudibyo masih menganggap kalau pernikahan antara dirinya dan Ambar adalah hal terbaik untuk Diraja dan juga eksistensi perusahaan mereka.

Konsolidasi dengan salah satu keluarga konglomerat di Indonesia yang mana silsilah dari pihak ibu Darius bahkan bisa ditelisik hingga beberapa generasi ke atas karena mereka keturunan ningrat sejak jaman penjajahan.

Ambar Tri Handayani adalah satu anomali dalam business deal Diraja kali ini. Batu sandungan yang membuat Diraja sulit bergerak dan bahkan harus beradu kepala seperti ini dengan ayahnya sendiri. Sosok yang begitu Diraja hormati karena etos kerjanya yang tinggi dalam membangun perusahaannya sendiri.

“Pasti ada cara lain, Ayah!” ujar Diraja keras kepala. Setengah memohon agar ayahnya melunak dan mencari pilihan lain.

Ibu yang duduk di samping ayah hanya terdiam, meskipun tangannya secara tak sadar mengusap lengan sang suami agar pria paruh baya itu tetap tenang dan tidak terpancing emosinya.

Rumah mereka yang biasanya hangat mendadak menjadi seperti neraka bagi Diraja. Sudah beberapa bulan ini dia merasa tidak betah jika berkunjung ke rumah dan memilih untuk tinggal di kondominium apartemen dekat kantor.

Ketika ibu menanyakan kenapa Diraja jarang pulang, dia selalu berkilah kalau banyak kerjaan dan akan menyita waktu jika dia bersikeras untuk kembali ke kediaman orang tuanya setiap malam.

“Bagaimana caranya, huh? Kemarin waktu kita mau IPO, kamu bersikeras untuk menghentikannya karena kita tak ingin terseret dengan kegiatan kriminal keluarga Ong! Lalu ketika Darius datang dan menawarkan merger dia memberikan penawaran yang tak bisa kita terima karena terlalu memberatkan!”

“Maka pernikahan adalah jalan tengah terbaik supaya kepemilikan saham kita tetap turun kepada keturunanmu kelak!” Ayah menjelaskan panjang lebar.

Pernikahan bisnis demi menjaga kekayaan dan aset agar tidak berpindah tangan dan kepemilikan. Harta dan garis keturunan adalah sesuatu yang bisa ditukar guling dalam lingkungan Diraja.

Diraja mengerti tentang konsep pernikahan bisnis seperti itu di luar kepala. Kakak perempuannya, Rengganis juga mengalami nasib serupa, dan kini dia harus melakukannya demi menyelamatkan Sudibyo Corporation dari ambang stagnasi bisnis yang bisa berlanjut pada kemunduran dan tak menutup kemungkinan–kebangkrutan.

Sudibyo Corporation adalah pengejawantahan darah, keringat, dan air mata Amir Sudibyo dan Larasati Sudibyo, kedua orang tua Diraja. Mereka membesarkan perusahaan ini dari nol hingga akhirnya seperti sekarang.

“Sekarang kamu pilih, Diraja. Kamu cari cara untuk menikahi Ambar, atau turun dari jabatanmu dan biarkan sepupumu Bian yang naik dan mengambil alih tanggung jawab keluarga ini!”

Itu adalah ultimatum terakhir yang ayah berikan kepada dirinya.

Diraja duduk mematung di kursi kulit mewah berwarna coklat yang senada dengan warna meja jati Jepara yang membatasi jarak antara sofa dirinya dan kedua orang tuanya.

“Ayah!” Diraja tak percaya dengan apa yang baru saja ayahnya ucapkan.

“Ayah yakin Bian tak keberatan memikul tanggung jawab ini, kalau kamu memang tidak tertarik membangun Sudibyo Corporation dan menanggung beban. Ya sudah! Berarti kamu memang tidak cocok untuk posisi tersebut. Ayah akan berpikir ulang untuk mencari penggantiku kelak kalau hal seperti ini saja tak bisa kamu hadapi, Diraja!”

Ayah bangkit dari sofa dan menggelengkan kepalanya penuh kekecewaan.

“Kamu tahu, berdiri di atas itu memang penuh dengan pengorbanan. Sampai mana kamu mau berkorban dan bertanggung jawab bukan hanya untuk keluargamu, tapi juga ribuan karyawan yang menggantungkan nasib di atas pundakmu itu,” ujar Ayah dengan nada suara berat.

Tak lama ayah dan ibu beranjak dari ruang keluarga. Ibu menghampiri dirinya dan meremas bahunya penuh empati sebelum akhirnya menyusul suaminya masuk ke dalam.

Sunyi menghampiri ruang ini setelah mereka meninggalkan Diraja yang diam terpaku sendiri. Suara penuh ritme dentang jam besar antik peninggalan Belanda yang terpajang rapi di ruang tamu kediaman keluarga Sudibyo membantu Diraja menjernihkan pikirannya yang sempat kalut setelah konfrontasi dengan ayahnya tadi.

Diraja memejamkan matanya sejenak. Berpikir langkah selanjutnya yang harus dia ambil ke depannya.

Menikah dengan orang asing yang tidak dia cintai, atau turun jabatan dan membiarkan kerja kerasnya diambil alih oleh sepupunya, Biantara?

Diraja menghembuskan napas beratnya, dan menarik ponsel dari saku celananya.

“Hey Tito, maaf mengganggu malam-malam. Saya mau minta tolong bisa?” Diraja menelepon asisten pribadinya di malam seperti ini. Pria itu tentu saja sudah terbiasa dengan permintaan Diraja yang seperti ini.

“Ada apa, Pak Diraja?” tanya Tito dengan sigap.

“Bisa cari nomor telepon adik ipar Darius yang bernama Ambar? Saya butuh teleponnya.”

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 97 EPILOG   01-08 09:26
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY