/0/17406/coverbig.jpg?v=ecdbd3b33f2e6747d9b6e81e9516ae3a)
"Aku hanya membelikan ahmad tempat pensil, Mas!" Nisa berusaha menjelaskan alasannya. "Alah ... memangnya nggak bisa apa pakai kantong plastik?" tanya Arman tajam. "Ingat Nisa! Jika ada uang lebih dari belanja, lebih baik kamu tabung! Agar saat kamu perlu sesuatu bisa kamu gunakan, nggak semata mata mengemis pada suami, paham!" "Iya Mas!" Nisa hanya menarik napas pelan. Lagi-lagi Nisa harus menahan kesal dengan segala perintah dan aturan yang diberikan. "Oh ya Nisa, jika nanti Ibu atau Bella datang, jangan lupa kamu layani dengan baik?" ujar Arman. "Aku nggak mau mereka ngadu tentang kamu, yang tak menghormati Ibuku!" ucap Arman lagi tanpa beban. "Ya Mas, tapi selama ini aku itu, sudah berusaha untuk selalu menghormati Ibumu, dan menuruti setiap perkataannya, lho! Aku juga selalu berlaku baik pada Adikmu kok!" jawab Nisa. "Kalau suami ngomong itu didengar Nisa bukan dibantah! Buktikan dong, jika kamu itu istri yang baik di mata keluargaku." Arman pun lantas berlalu begitu saja dengan raut wajah masam. "Iya Mas," jawab Nisa dengan suara lembut. "Bunda..Ahmad lapar!" Seorang anak laki laki berusia enam tahun berjalan menghampiri Nisa. "Ma'afin Bunda ya sayang, Bunda sampai lupa anak tampan Bunda belum makan siang! Ikut Bunda ke dapur yuk!" Nisa pun berjalan ke dapur sambil menggiring putranya. Saat sampai di dapur, kata yang tak pantas kembali terdengar keluar dari mulut suaminya. "Anak kecil itu nggak perlu makan makanan yang enak-enak, masa' sebagai Ibu, kamu nggak paham! Di usia mereka, hanya perlu gizi dan protein untuk pertumbuhannya, jadi biasakan saja anakmu itu makan sama tahu atau tempe." Setelah berkata, Arman pun berlalu masuk ke kamar. "Ya Allah! Ampuni hamba jika terlalu sering mengeluh dan mengadu! Hamba mohon, lunakkanlah hati suami hamba, dan buatlah ia menerima anak hamba, seperti janjinya saat ingin menikahi hamba dulu!" hanya do'a yang terucap dalam hati Nisa sambil menyiapkan nasi putranya. Ikuti kisahnya, dan mohon dukungannya dengan komentar yang membangun 🙏
"Kamu jangan terlalu menuruti kemauan anakmu itu, Nisa! Apa kamu nggak tau, jaman sekarang mencari uang itu susah!" ujar Arman.
"Aku hanya membelikan ahmad tempat pensil,
kok Mas!" Nisa berusaha menjelaskan alasannya.
"Alah ... memangnya nggak bisa apa pakai kantong plastik?" tanya Arman tajam.
"Ingat Nisa! Jika ada uang lebih dari belanja, lebih baik kamu tabung! Agar saat kamu perlu sesuatu bisa kamu gunakan, nggak semata mata mengemis pada suami, paham!"
"Iya Mas!" Nisa hanya menarik napas pelan.
Lagi-lagi Nisa harus menahan kesal dengan segala perintah dan aturan yang diberikan.
"Oh ya Nisa, jika nanti Ibu atau Bella datang, jangan lupa kamu layani dengan baik?" ujar Arman.
"Aku nggak mau mereka ngadu tentang kamu, yang tak menghormati Ibuku!" ucap Arman lagi tanpa beban.
"Belajarlah untuk menjadi istri yang baik di mata Ibu! Kamu bisa 'kan?" Arman sedikit melunakkan suaranya.
"Ya Mas..! Tapi selama ini, aku itu sudah berusaha untuk selalu menghormati Ibumu, dan menuruti setiap perkataannya, lho! Dan aku juga selalu berlaku baik pada adikmu, Mas!" jawab Nisa.
"Kalau suami ngomong itu didengar Nisa, bukan dibantah! Buktikan dong, jika kamu itu memang istri yang baik di mata keluargaku. Bukan cuma pajangan!" Arman pun lantas berlalu begitu saja dengan raut wajah masam.
"Iya Mas," jawab Nisa dengan suara lembut. 'Apa selama ini, aku hanya istri pajangan?' Nisa mengusap dadanya perlahan.
"Bunda..Ahmad lapar!" Seorang anak laki laki berusia enam tahun berjalan menghampiri Nisa.
Nisa yang tersadar dari lamunannya, segera bangkit, "Ma'afin Bunda ya sayang, Bunda sampai lupa anak tampan Bunda belum makan siang! Ikut Bunda ke dapur yuk!" Nisa berjalan ke dapur, sambil menggiring putranya.
Saat sampai di dapur, kata yang tak pantas kembali terdengar, keluar dari mulut suaminya.
"Anak kecil itu nggak perlu makan makanan yang enak-enak, Nisa! Masa' sebagai Ibu, kamu nggak paham! Di usia mereka, hanya perlu gizi dan protein untuk pertumbuhannya, jadi biasakan saja anakmu itu, makan sama tahu atau tempe." Setelah berkata, Arman pun berlalu masuk ke kamar.
"Ya Allah! Ampuni hamba jika terlalu sering mengeluh dan mengadu! Hamba mohon, lunakkanlah hati suami hamba, dan buatlah ia menerima anak hamba, seperti janjinya saat ingin menikahi hamba dulu!" hanya do'a yang terucap dalam hati Nisa, sambil menyiapkan nasi putranya.
"Nggak usah Bun, Ahmad bisa makan sendiri kok!"
Ahmad pun mengambil alih piring dan sendok dari tangan bundanya, yang ingin menyuapkan nasi kemulutnya dan mulai memakannya sendiri.
"Pintar...anak Bunda udah bisa makan sendiri ya?" ucap Nisa sambil mengusap kepala putranya.
Ada perasaan pilu, di saat melihat anak yang ia besarkan, kini telah tumbuh menjadi anak yang penurut dan pengertian.
"Bun, nanti jika Ahmad udah besar, Ahmad akan bekerja seperti Ayah, cari uang yang banyak untuk Bunda! Agar Bunda bisa beli apa saja yang Bunda mau!" ujar bocah enam tahun itu semangat.
"Terimakasih sayang, Bunda do'akan jika Ahmad udah besar nanti, bisa jadi orang sukses ya? Sekarang makannya dihabisin, biar cepat besar seperti Ayah!"
"Iya Bun!" Ahmad pun melanjutkan makannya dengan lahap.
Hati Nisa terasa perih, jika membayangkan pendidikan putranya nanti "Untuk sekolah dasar saja sekarang sudah perhitungan, apalagi nanti," ujar Nisa pada diri sendiri.
"Aku harus usaha mencari uang sendiri, agar bisa memiliki tabungan untuk membiayai pendidikannya nanti, tapi usaha apa?" kata hati Nisa.
"Nisa!" panggil Arman dengan pakaian rapi keluar dari kamar mereka, kebiasaan yang akhir akhir ini dilakukan Arman, keluar dan pulang larut malam.
"Ya Mas!" Nisa bergegas beranjak begitu mendengar panggilan suaminya.
"Aku mau keluar, mungkin larut malam baru pulang! Jangan keluar rumah jika nggak benar benar penting!"
"Dan ingat pesanku tadi, jika Ibu datang sambut dengan baik!" Lagi-lagi perintah yang diberikan Arman, tak ubah seperti majikan pada pembantunya.
"Iya Mas!" hanya itulah, kata yang selalu terucap dari bibir Nisa jika tak ingin berujung perdebatan.
Nisa menemani anaknya kembali, setelah selesai, Ahmad berjalan mengambil buku ke kamarnya dan duduk kembali di tempat semula.
Nisa melanjutkan kembali kegiatannya membersihkan rumah yang berkali lipat lebih besar dari rumah orang tuanya waktu di desa.
Lelah setelah membersihkan rumah dan juga menyelesaikan urusan dapur, Nisa istirahat di kursi sejenak sambil menikmati segelas teh.
"Huhh...! Capeknya!" Terdengar hembusan kasar napas Nisa, sambil memikirkan masa depan rumahtangganya.
Suara bel yang terdengar menyadarkan Nisa dari lamunannya, ia pun beranjak dari duduknya dan membukakan pintu.
Tampak dua orang wanita dua generasi yang tiada lain adalah ibu mertua dan adik iparnya.
"Buka pintu aja kok lama!" Tanpa mengucap salam,
Kedua wanita itu pun langsung memasuki rumah tersebut.
"Biasa Ma, palingan juga lagi tiduran dan menikmati pasilitas mewah di rumah ini!" komentar Bella.
Bella berlalu bersama ibunya menuju ruang keluarga, sambil sesekali tertawa ngakak.
"Ibu sama Bella mau minum apa?" Walau sering direndahkan namun sebagai tuan rumah, Nisa tetap berusaha ramah.
"Aku minuman dingin aja, ingat jangan pakai es! Aku nggak mau jika nanti perut aku jadi gendut!" ucap Bella sambil memainkan kuku lancipnya.
Mendengar request dari adik iparnya, Nisa menarik napas dalam.
"Apa! Kamu nggak mau aku perintah ya?" Mendengar hembusan napas yang mengandung keberatan, Bella langsung tak terima! Dan berkata kasar tanpa merasa bersalah.
"Udahlah Bell, namanya juga orang kampung dan nggak berpendidikan! Mana tau sopan santun cara melayani tamu!" kata bu Susy terdengar menghina dan merendahkan.
"Kamu siapkan makan, aku dan anakku lapar! Dan ingat! Masak itu, harus masakan kota jangan masakan kampung!" titah bu Susy.
"Cuci bersih bahan masakannya ya? Jangan terlalu pedas, dan jangan terlalu banyak minyak, semuanya harus higienis! Awas aja kalau aku sampai sakit perut!" lanjutnya sambil melambaikan tangan mengusir.
"Iya Bu." Nisa pun beranjak ke dapur meninggalkan tamunya.
"Ibu kenapa sih larang aku ngerjain dia!" protes Bella.
"Sudahlah, kamu tenang saja, ibu punya rencana baru buat ngerjain dia!" jawab Bu Susy tersenyum smirk.
Kisah dua anak yang sebelumnya saling menyayangi, karena dasar hubungan tali kekeluargaan. Mereka akhirnya dijodohkan, namun salah satu dari mereka mengingkari hubungan itu, karena ingin menjalin kisah asmaranya sendiri. Haruskah mereka saling menjauh, dan mencari kebahagiaannya masing-masing. sementara kekeluargaan di antara mereka, tetaplah terjalin, walau telah banyak keretakan. Pencarian cinta sejati terus berlanjut, walau segala ujian harus terjadi, tapi tekad mengingatkan mereka, bahwa kebahagiaan itu ada. Tapi takdir berkata lain, di saat cinta diketemukan di antara mereka, musibah terjadi. Duka dan airmata tak mampu menyurutkan keinginan. Di saat semua hampir terjalin, musibah terjadi. Apa yang akan terjadi.....? Simak kisahnya.. Kisah yang diangkat dari kisah nyata, tapi sudah direvisi oleh penulis, demi menjaga privasi narasumber dan kode etik. Kisah ini dibuat, hanya untuk mengenang para pemeran dalam cerita ini...Semoga diberi ketabahan... Aamiin.
(Cerita mengandung FULL adegan dewasa tiap Babnya Rated 21++) Bertemu di kapal pesiar membuat dua pasangan muda mudi memiliki ketertarikan satu sama lain. Marc dan Valerie menemukan sosok yang berbeda pada pasangan suami istri yang mereka temui secara tidak sengaja di kapal pesiar. Begitu pula dengan Dylan dan Laura merasakan hal yang sama kepada Marc dan Valerie. Hingga sebuah ide tercetus di pikiran mereka karena rasa penasaran yang begitu besar. “Sayang, hanya satu hari, haruskah kita bertukar pasangan dengan Valerie dan Marc?” ucap Dylan menatap sang istri. Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka? Apakah perselingkuhan ini akan berakhir atau membawa sebuah misteri kehidupan baru bagi kedua pasangan ini...
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Lenny adalah orang terkaya di ibu kota. Ia memiliki seorang istri, tetapi pernikahan mereka tanpa cinta. Suatu malam, ia secara tidak sengaja melakukan cinta satu malam dengan seorang wanita asing, jadi ia memutuskan untuk menceraikan istrinya dan mencari wanita yang ditidurinya. Dia bersumpah untuk menikahinya. Berbulan-bulan setelah perceraian, dia menemukan bahwa mantan istrinya sedang hamil tujuh bulan. Apakah mantan istrinya pernah berselingkuh sebelumnya?
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."
Sofia marwah wanita dengan hati yang tulus harus rela berbagi suami dengan sahabatnya Nurmala demi menolongnya yang kini hidup sebatang kara, dan juga lumpuh akibat kecelakaan yang telah merenggut dunianya dalam sekejap. Nizam suami Sofia terpaksa menikahinya karena terikat janji dengan almarhum Rifa'i sahabatnya untuk menjaga Nurmala. Dapatkah sofia meraih kebahagiaan setelah memutuskan untuk berbagi suami dengan wanita lain, atau malah penghianatan yang akan di dapatkan...