/0/20752/coverbig.jpg?v=2599ebe2e7824161600efc5febe0d9e9)
Noah Rudiart Alexander, 27 tahun, merupakan CEO di perusahaan besar Group Rudiart Company. Tidak hanya itu, Noah juga dikenal sebagai sang pemburu, karena sifat gila nya yang hobi melenyapkan seseorang. Bahkan, mantan istrinya pun telah tewas ditangannya sendiri akibat menghianatinya. Suatu hari, Noah dipertemukan dengan wanita yang melamar di perusahaannya, dan wanita itu ialah Veronica Anastasia. Noah yang tidak pernah tertarik pada wanita, dan hanya menganggap mereka mainan, kini benar-benar jatuh kedalam pesona Vero, dan itu membuat perasaan Noah berubah menjadi sangat ingin memiliki wanita itu seutuhnya. Noah yang jatuh cinta, terus menyatakan perasaannya, dan berkali-kali juga ia ditolak. Karena itu, perasaan yang dimiliki Noah berubah menjadi obsesi yang membuat Vero tidak bisa bebas dari jeratan atasannya. Bagaimana kelanjutannya? terus ikuti ceritanya yah...
Di ruang kerja yang diselimuti keheningan, seorang pria tampan berdiri elegan di depan jendela besar. Perlahan, ia merapikan jas yang dikenakannya sembari memandang refleksi dirinya yang tampak sempurna di kaca.
Di usianya yang ke-27 tahun, dengan wajah tegas dan mata yang tajam bagai elang, ia tampak seperti sosok yang tidak bisa diganggu gugat. Tangan kanannya yang kuat menggenggam erat secangkir kopi, sembari menikmati hangatnya uap yang tercampur dinginnya aliran AC. Senyum tipis tiba-tiba terbit di bibir lelaki itu, saat ia teringat akan ketakutan di wajah sekretarisnya sendiri yang baru saja ia bunuh untuk selamanya dari dunia. Pria itu Noah Rudiath Alexander, pria yang terkenal akan kegilaannya dalam membunuh orang-orang tidak bersalah secara acak.
Dikenal sebagai 'pria iblis', Noah memiliki reputasi yang menakutkan di kalangan masyarakat. Dia adalah sosok yang tertutup, tidak suka berbicara banyak, dan lebih memilih untuk bertindak langsung.
Sikapnya yang dingin dan tegas membuat Noah tidak pernah menyesali perbuatannya, seolah setiap pembunuhan yang dilakukannya adalah sebuah karya seni yang harus diapresiasi.
Noah hidup dalam bayang-bayang ketakutan yang ia ciptakan sendiri, menjalani hidupnya dengan penuh ketenangan namun penuh dengan tindakan kekejaman yang tidak termaafkan.
"Ke ruang kerja ku, sekarang!" Perintahnya pada asisten pribadi, Aldrich Mahendra.
Aldrich Mahendra, yang kerap disebut Aldrich, adalah sosok yang tidak terpisahkan dari Noah. Mereka berdua bagaikan dua sisi mata uang yang sama; Aldrich adalah bayangan gelap yang selalu menemani Noah dalam setiap aksi pembunuhan mereka.
Sebagai bayangan gelap Noah, Aldrich memahami setiap gerak dan pikir Noah hingga ke detail terkecil. Keduanya berbagi rahasia gelap yang tidak bisa diungkapkan kepada siapapun.
Hubungan mereka lebih dari sekadar pertemanan, mereka adalah saudara dalam ikatan kejahatan. Aldrich selalu ada untuk Noah, mendukungnya tanpa syarat dan selalu siap sedia membantu dalam situasi apapun.
Dalam hubungan yang seintens ini, Aldrich tidak hanya menjadi sahabat tetapi juga pelindung bagi Noah. Dia adalah bayangan yang selalu ada, siap untuk bertindak kapan saja demi menjaga keselamatan Noah. Aldrich dan Noah, dua sosok yang tak terpisahkan dalam dunia gelap yang mereka pilih bersama.
"Ada apa memanggilku?" Tanya Aldrich, begitu tiba di dalam ruang kerja Noah.
"Ada sesuatu yang menunggumu di balik pintu itu," kata Noah sambil menunjuk ke pintu toilet.
"Ada apa di sana?" Tanya Aldrich, penasaran.
"Bukan kejutan namanya, jika aku memberitahukan nya padamu." jawab Noah, sambil tersenyum miring.
Mendengar itu, Aldrich menghela nafas panjang dan segera melangkah untuk membuka pintu toilet. Ia sedikit tersentak kaget ketika melihat pemandangan yang terhampar di kedua matanya. Yaitu, mayat seorang wanita yang tewas bersimbah darah dan tanpa kedua bola mata.
"Sekretarismu lagi? Kamu sudah membunuh hampir semua sekretaris yang aku pilih, Noah!! Satu nyawa lagi, totalnya dua puluh." ucap Aldrich, dia sungguh kesal pada Noah yang selalu membunuh sekretarisnya sendiri.
"Kalau begitu, carikan aku sekretaris wanita baru yang lain. Agar aku bisa mengumpulkan hingga dua puluh nyawa." Noah menjawab, wajahnya tidak menunjukkan penyesalan sama sekali.
"Kamu gila, Noah Rudiath Alexander! Aku capek harus terus mencari sekretaris baru untukmu. Jangan berpikir mencari sekretaris itu semudah kamu membunuh mereka semua." Ucap Aldrich.
"Sejak kapan kau mulai berani berdebat denganku, Aldrich Mahendra?!" bentak Noah, tangannya terulur untuk mencengkeram kerah kemeja Aldrich.
"Baiklah, maafkan kelancangan saya, Tuan Noah ! Saya akan mencarikan sekretaris baru untuk anda, dan saya harap wanita ini bisa membuat anda gila." Kata Aldrich, dia lebih memilih mengalah saja dibandingkan berdebat dengan Noah.
"Tidak, aku tidak akan pernah tertarik pada sekretarisku sendiri. Bahkan, aku akan tertarik untuk membunuhnya." jawab Noah.
Tidak ingin menjawab ucapan Noah lagi, Aldrich pun melangkah keluar dari ruang kerja Noah untuk menghubungi bawahannya. Tanpa menunggu lama, kedua bawahannya itu telah tiba dan menghadap langsung padanya.
"Apa yang bisa kami lakukan, Tuan?" Tanya salah satu bawahan.
"Ada mayat wanita di toilet ruang kerja, Pak Noah! Bawa mayat wanita itu ke markas dan pisahkan bagian tubuhnya. Karena semua bagian itu sangat berguna untuk dijual." ucap Aldrich dan kedua anak buahnya mengangguk patuh.
Setelah anak buahnya pergi, Aldrich melangkah kembali ke ruang kerjanya, meninggalkan anak buahnya untuk membawa jenazah wanita itu ke markas.
Di dalam ruang kerja Noah, ia hanya menatap bawahannya yang kini tengah membungkus mayat wanita tersebut tanpa bergidik ngeri sekalipun, seolah-olah mereka sudah sangat terbiasa bungkus-membungkus mayat.
"Panggilkan Aldrich kembali ke sini, aku belum memerintahkannya pergi tapi dia sudah pergi." Perintah Noah.
"Baik, Tuan! Kalau begitu kami permisi." Pamit kedua bawahan tersebut dan dibalas deheman oleh Noah.
Tanpa menunggu waktu lama, Aldrich pun kembali lagi memasuki ruang kerja Noah dan langsung duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan CEO perusahaan tersebut.
"Ada apa lagi memanggilku kemari?" Tanya Aldrich.
"Carikan aku sekertaris baru lagi, Aldrich Mahendra! Atau kau yang akan mengurus semua pekerjaanku disini." ancam Noah.
"CK, sekertaris seperti apa lagi yang harus ku bawakan untukmu, hah?!"
"Semua sekertaris yang sesuai kriteriamu telah ku bawa kehadapanmu. Tapi lihat yang terjadi, kau bahkan telah membunuh mereka semua." Lanjut Aldrich, matanya memancarkan kekesalan.
"Mereka semua memang sesuai dengan kriteriaku, tapi aku tidak suka sekertaris yang selalu suka menggoda CEO nya. Itulah kenapa, aku membunuh mereka semua." Ucap Noah.
"Lain kali, jika kau mencari sekertaris jangan mencari wanita yang bertingkah seperti seorang jalang. Kau harus menyeleksi mereka secara ketat, Aldrich." Lanjut Noah, matanya tidak kalah tajam menatap Aldrich, sahabatnya.
"Baiklah, aku mengalah! Aku janji tidak akan membuat hal ini terulang kembali." ucap Aldrich dan diangguki oleh Noah.
"Apa jadwalku hari ini?" Tanya Noah mengalihkan pembicaraan, seraya melirik arlojinya.
"Kau ada pertemuan dengan klien dari Kanada, mereka menanti di restoran trevil, dan pertemuan itu dilaksanakan satu jam lagi." jawab Aldrich.
"Baiklah, kau boleh pergi sekarang." Perintah Noah, dan Aldrich pun bergegas kembali memasuki ruang kerjanya.
Setelah kepergian Aldrich, Noah pun kembali melanjutkan pekerjaannya. Hingga tanpa terasa, satu jam telah berlalu dan Noah kini mempersiapkan diri untuk bertemu dengan kliennya.
Tanpa ditemani oleh siapapun, Noah bergerak menuju tempat mobilnya terparkir dan segera melajukannya ke tempat yang akan dituju.
Setibanya di restoran Trevil, Noah memasuki restoran tersebut dengan langkah pasti dan ekspresi wajah yang datar. Restoran mewah yang biasanya dipenuhi suara dan tawa, sejenak terdiam seakan menghormati kedatangannya. Mata-mata wanita yang duduk di berbagai sudut restoran seolah terpaku padanya, memperhatikan setiap gerakan yang dibuat Noah. Namun, Noah seakan buta terhadap tatapan-tatapan yang mengarah padanya itu dan langsung berjalan menuju area VIP, tempat kliennya sudah menunggu.
Tanpa ragu, Noah menarik kursi dan duduk di hadapan klien tersebut.
"Maaf membuat Anda menunggu," ucap Noah, dengan suara rendah namun jelas.
Kliennya, seorang pria paruh baya dengan raut muka serius, hanya mengangguk sebentar dan kemudian mereka mulai membahas agenda bisnis yang telah direncanakan. Pria paruh baya tersebut segera mengeluarkan dokumen-dokumen penting dari tasnya, menyajikan setiap detail dengan tenang dan terkendali di hadapan Noah.
Pria paruh baya itu seketika berdiri tegap di depan Noah, matanya berbinar dengan harapan.
"Bagaimana, Tuan? Apakah perusahaan saya bisa bekerja sama dengan perusahaan Anda?" katanya dengan nada penuh antisipasi.
Noah mengamati pria itu dari atas ke bawah, lalu dengan tangan terlipat di dada, ia mengernyitkan dahi, "Dan apa keuntungan yang saya dapat, jika saja menerima kontrak kerja sama ini?"
Tuan paruh baya itu tampak sedikit terkejut, tetapi ia cepat menenangkan diri dan duduk kembali dengan postur tegap.
"Kerjasama ini akan membuka peluang pasar baru bagi perusahaan Anda, dan tentu saja, keuntungan yang akan kita bagi bersama," jawabnya dengan tenang, matanya menatap tajam ke arah Noah, mencari tanda-tanda persetujuan.
Noah masih belum tergerak, alisnya berkerut, seolah mempertimbangkan setiap kata.
"Dan bagaimana dengan risiko yang mungkin timbul?" Tanya Noah, suaranya tetap datar namun tajam.
Tuan paruh baya itu menghela napas, seakan sudah mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan Noah.
"Kami telah menyiapkan strategi mitigasi risiko yang komprehensif. Kami juga siap untuk menanggung sebagian besar risiko finansial yang mungkin terjadi," jelasnya, semakin yakin dengan setiap kata yang diucapkannya.
Dengan tanpa aba-aba, tangan Noah terulur mencengkram kuat leher paruh baya dihadapannya tersebut.
"Kau sedang mencoba untuk menipuku, hm?" Tanya Noah, tatapannya mematikan bagi siapapun yang melihat.
"Sa-saya, saya tidak sedang menipu anda, Tuan!" jawab pria paruh baya tersebut berusaha melepas cengkraman tangan Noah dari lehernya.
"Aku sangat tidak menyukai sampah tidak berguna seperti perusahaanmu itu, semua yang bekerjasama dengan perusahaanmu itu pun sudah banyak yang melepas kontrak kerjasama mereka. Dan sekarang, kau mencoba menarikku ke dalam jeratan mu itu? Jangan bermimpi, karena aku bisa saja membuatmu bermimpi untuk selamanya." ucap Noah, ia pun melepas cekikan nya di leher pria tersebut lalu merapikan kembali jaz kerjanya.
Pria paruh baya tersebut ketakutan setengah mati karena ternyata ia telah salah sasaran. Dengan sesegera mungkin, ia berlari meninggalkan Noah dari restoran tersebut untuk menghindari amukan. Noah sendiri hanya menatap kepergian pria paruh baya tersebut dengan senyuman menyeringainya. Setelahnya, Noah pun menutup semua agenda kegiatannya hari ini dengan pulang kembali ke mansion untuk beristirahat.
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Cerita Khusus Dewasa... Banyak sekali adegan panas di konten ini. Mohon Bijak dalam Membaca. Basah, Tegang, bukan Tanggung Jawab Autor. Menceritakan seorang pria tampan, bekerja sebagai sopir, hingga akhirnya, seorang majikan dan anaknya terlibat perang diatas ranjang.
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.