Unduh Aplikasi panas
Beranda / Miliarder / Penuh Luka Penderitaan
Penuh Luka Penderitaan

Penuh Luka Penderitaan

5.0
31 Bab
53 Penayangan
Baca Sekarang

Gadis itu menunduk, menyembunyikan raut ketakutannya. Malam ini, ia terpaksa kembali pulang lebih larut untuk membersihkan ruangan CEO baru. Ia harus menurut perintah atasannya demi menghindari ejekan dari rekan-rekannya. Biasanya, tugas ini bukan hal baru bagi Valeria, namun entah kenapa malam ini terasa sangat berbeda. Valeria sedang memoles meja kaca di ruang kantor CEO ketika tiba-tiba sebuah tangan kuat menariknya ke dalam sebuah ruangan tersembunyi. Ruangan itu jauh lebih besar dari yang ia duga, dengan kasur king size di tengahnya. Tubuh kecil Valeria terdorong dengan keras ke atas kasur, diikuti oleh tubuh tinggi dan kekar seorang pria yang menjepitnya dengan tangan besar, menahannya dengan cengkraman yang tak terelakkan. Seseorang yang tak ia kenali, namun sepertinya dia bagian dari dunia yang sangat berbeda-sebuah dunia yang kini menuntutnya untuk menjadi bagian darinya.

Konten

Bab 1 tempat ia bekerja

Malam itu terasa lebih kelam dari biasanya, dengan langit yang dipenuhi awan gelap dan hujan yang turun tanpa ampun. Valeria berjalan dengan langkah ragu menuju gedung tinggi tempat ia bekerja, lampu jalanan yang temaram hanya menambah kecemasan dalam hatinya. Ia tahu bahwa hari ini, seperti biasa, ia akan menjadi orang terakhir yang meninggalkan kantor. Namun, ada sesuatu yang berbeda. Entah mengapa, perasaan takut itu menyelimuti dirinya lebih dalam malam ini.

Valeria adalah seorang asisten di perusahaan besar yang bergerak di bidang teknologi. Meskipun sering kali dipandang sebelah mata oleh rekan-rekannya, ia berusaha untuk tetap menjalani pekerjaannya dengan baik. Namun, ia tahu bahwa ada harga yang harus dibayar. Banyak dari seniornya yang suka mengejek dan membuatnya merasa tidak berharga, namun itu sudah menjadi bagian dari rutinitas yang harus ia jalani demi mempertahankan posisinya.

Setiap malam, setelah semua orang pulang, Valeria akan mengambil tugas untuk membersihkan ruang CEO yang baru. Tidak ada yang pernah menawarkan bantuan, dan ia terpaksa melakukannya sendirian. Meskipun ia merasa lelah dan tertekan, ia tak punya pilihan selain menurut. Namun malam ini, ia merasa ada yang aneh. Tugas itu seolah menjadi lebih berat, dan jantungnya berdebar lebih cepat.

"Tak ada jalan lain, Valeria," gumamnya pada diri sendiri, mencoba menenangkan hati yang gelisah.

Ketika akhirnya ia memasuki gedung, suasana sepi menyelimuti ruangan yang luas dan dingin. Lantai marmer yang berkilau memantulkan cahaya dari lampu-lampu yang redup. Valeria melangkah ke ruang utama, menuju ruang CEO baru yang terletak di lantai atas. Pria itu baru saja dipromosikan beberapa minggu lalu, dan meskipun ia belum pernah bertemu langsung dengannya, namanya sudah cukup terkenal di kalangan pegawai perusahaan.

Tangan Valeria menggenggam lap mikrofiber dengan erat. Setiap langkahnya terasa semakin berat, seolah beban yang harus ia tanggung makin menumpuk. Saat ia tiba di pintu ruang CEO, ia menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan keberanian. Ruangan itu begitu besar, hampir seperti sebuah istana kecil dengan perabotan mewah yang tidak pernah ia impikan sebelumnya. Dindingnya dipenuhi dengan lukisan-lukisan abstrak, sementara furnitur yang ada tampak sangat mahal dan canggih. Valeria bergegas membersihkan meja besar yang ada di tengah ruangan. Ia tidak menyukai pekerjaan ini, tetapi ini adalah cara untuk memastikan dirinya tetap memiliki pekerjaan.

Namun, saat ia sedang membersihkan permukaan meja, sesuatu yang tak terduga terjadi. Pintu ruang CEO terbuka tanpa ada suara. Valeria terkejut, melompat mundur, hanya untuk menemukan seorang pria berdiri di ambang pintu, matanya tajam menatapnya dengan ekspresi tak terbaca.

"Siapa...?" suara Valeria serak, terhenti saat ia menyadari siapa yang berdiri di depannya.

Pria itu mengenakan jas hitam yang pas dengan tubuh tegapnya. Wajahnya tampak dingin, dengan garis-garis tajam yang memberi kesan tak kenal ampun. Itu adalah pria yang selalu dibicarakan di kantor, Dmitri, CEO baru yang baru saja diangkat menggantikan atasan lama mereka. Semua orang mengatakan bahwa ia adalah sosok yang tidak bisa dipahami, penuh dengan rahasia, dan memancarkan aura kekuasaan yang menakutkan.

"Valeria, kan?" Suaranya dalam, tegas, dan sedikit mengintimidasi. "Ada yang harus saya bicarakan denganmu."

Valeria terdiam, tubuhnya kaku di tempat. Semua pikiran dan kata-kata yang biasanya ada di kepalanya seperti lenyap begitu saja. Hanya ada satu hal yang ia tahu, dan itu adalah rasa takut yang semakin mencekam.

"Apakah... ada yang bisa saya bantu, Tuan Dmitri?" Valeria mencoba berbicara dengan tenang, meskipun suaranya bergetar.

Dmitri hanya memandangnya dengan tatapan tajam, seolah menilai setiap gerakan kecilnya. Lalu, dengan satu gerakan cepat, ia melangkah maju, dan dalam sekejap, tangan besar itu meraih pergelangan tangan Valeria dan menariknya dengan kekuatan yang mengejutkan.

"Bukan kamu yang akan membantu, Valeria," katanya dengan suara yang menggetarkan. "Kamu yang akan saya bantu."

Valeria terkejut, namun ia tidak sempat berteriak. Dmitri menariknya lebih dalam ke ruang yang lebih gelap di dalam gedung-sebuah ruangan tersembunyi yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Begitu pintu ditutup dengan suara keras, Valeria merasa dunia di sekitarnya semakin sempit. Ruangan itu terasa asing, jauh lebih intim dan menakutkan daripada ruang CEO tempat ia bekerja.

Ruangan itu luas, dengan perabotan yang tampaknya lebih pribadi, dan di tengahnya, sebuah kasur king-size dengan tirai gelap yang menutupi sebagian besar ruangan. Tidak ada jendela, hanya lampu remang-remang yang mengalirkan cahaya dingin ke seluruh ruangan.

Valeria merasa tubuhnya terdorong ke kasur dengan kasar, sebelum dirinya terjatuh di atasnya. Jantungnya berdegup kencang, dan ia hanya bisa menatap Dmitri yang kini berdiri di atasnya, dengan wajah yang tak menunjukkan sedikit pun belas kasihan.

"Apa... apa yang kamu inginkan?" suara Valeria hampir tak terdengar, suaranya tersendat. Ketakutannya membuatnya kesulitan untuk bernapas dengan baik.

Dmitri membungkuk, dan Valeria bisa merasakan hembusan napasnya yang panas di wajahnya. "Aku tahu kamu merasa takut, Valeria. Tapi itu adalah bagian dari permainan ini."

Apa yang dimaksudnya dengan permainan? Kenapa harus seperti ini? Pikir Valeria, meskipun rasa takut dan kebingungannya menguasai pikirannya. Ia mencoba untuk melawan, tapi tubuhnya terasa seperti dibekukan, tidak dapat bergerak sedikit pun.

"Jangan khawatir," kata Dmitri pelan, "Aku hanya ingin memastikan bahwa kamu tahu posisimu di sini."

Valeria mengerjap, berusaha memahami maksudnya. Tapi kata-katanya itu semakin membingungkan, dan ia hanya bisa terdiam, tidak tahu harus berbuat apa.

Tiba-tiba, Dmitri melepaskan cengkeramannya. Namun, ia tetap berdiri di dekat Valeria, matanya tidak pernah lepas darinya.

"Ini bukan ancaman, Valeria," katanya dengan nada datar, "Ini adalah kesempatan."

Valeria merasakan dada yang sesak. Apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh pria itu? Bagaimana ia bisa keluar dari situasi ini tanpa terluka lebih dalam? Semua yang ia tahu adalah bahwa hidupnya tidak akan pernah sama setelah malam ini.

Dmitri kemudian berdiri tegak, menatapnya sekali lagi, dan berkata dengan suara rendah dan berbahaya, "Kamu akan tahu apa yang aku maksud, tetapi hanya jika kamu mau bermain sesuai aturanku."

Dengan kata-kata itu, ia berbalik dan meninggalkan ruangan, meninggalkan Valeria yang terbaring bingung di kasur, dengan jantung yang masih berdegup keras.

Dalam kesendirian yang mencekam itu, Valeria hanya bisa terdiam, memikirkan apa yang baru saja terjadi. Ada sesuatu yang besar yang sedang dimainkan, dan ia merasa bahwa dirinya tidak bisa menghindarinya.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY