Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Gadis Terbuang vs Raja Bisnis
Gadis Terbuang vs Raja Bisnis

Gadis Terbuang vs Raja Bisnis

5.0
31 Bab
5 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Langkah Olivia terasa berat saat ia menyusuri trotoar dengan map coklat yang mulai lecek di tangannya. Matanya yang letih terus menelusuri setiap pos keamanan yang ia temui, berharap menemukan kesempatan kerja. "Permisi, Pak. Apakah ada lowongan di perusahaan ini?" tanyanya dengan suara lirih pada seorang satpam yang berjaga. Baru saja pria itu hendak menjawab, suara deru mesin halus menarik perhatiannya. Sebuah mobil hitam mengilap berhenti di depan gerbang utama. Dengan sigap, satpam itu segera meninggalkan Olivia dan bergegas membukakan gerbang. Dari dalam mobil, seorang pria melangkah keluar-tinggi, berwibawa, dengan aura yang membuat siapa pun menahan napas. Alexander Drake, pemilik perusahaan, bahkan tanpa sadar mengerutkan kening saat matanya menangkap sosok Olivia yang masih berdiri di dekat pos satpam. Tatapan mereka bertemu sekilas. Olivia segera menunduk, merasa tak pantas berada di tempat itu, sementara Alexander diam-diam mempertahankan pandangannya. Ada sesuatu pada gadis itu yang menarik perhatiannya-entah apa. Namun, tanpa kata, ia melangkah masuk ke gedung kantornya. Olivia menghela napas panjang, tak menyadari bahwa dalam hitungan detik, hidupnya akan berubah selamanya.

Bab 1 batu pualam

Olivia memandang kosong ke depan, langkahnya terhuyung-huyung di atas trotoar yang terbuat dari batu pualam. Sejak pagi tadi, perasaan cemasnya tidak juga mereda. Map coklat yang ia pegang terasa semakin berat, meskipun hanya berisi berkas lamaran kerja dan CV sederhana yang ia tulis dengan harapan tinggi. Kaki-kaki sepatu bututnya melangkah lambat, sesekali menginjakkan telapak kaki yang terasa lelah di jalanan kota yang sibuk. Di tengah hiruk-pikuk jalanan ini, dunia tampak begitu luas dan tak terjangkau.

Ia melirik ke kiri, melihat gedung-gedung tinggi yang menjulang, mencerminkan dunia yang berbeda. Dunia yang penuh kemewahan dan kekuasaan. Olivia sendiri berasal dari keluarga biasa. Keluarganya tidak pernah bisa memberikan apa yang ia impikan-pendidikan yang layak, kehidupan yang nyaman, atau bahkan peluang untuk mengejar impian yang lebih besar. Namun, ia memiliki tekad yang kuat, dan itu yang membuatnya terus berjalan meskipun tubuhnya lelah.

"Berapa banyak lagi yang harus aku coba?" gumamnya pelan, matanya menatap langkahnya sendiri yang terasa begitu berat.

Ia berhenti sebentar di dekat sebuah kafe, mengatur napas. Wajahnya yang cantik namun lelah dipenuhi dengan garis-garis keletihan yang tak bisa disembunyikan. Rambut hitamnya yang semula terikat rapi kini sudah terlepas sedikit, beberapa helai rambut menempel di wajahnya yang basah oleh keringat. Matanya yang biasanya cerah kini tampak kusam, refleksi dari perjuangan yang tak pernah berhenti.

Olivia selalu merasa dirinya berlari mengejar sesuatu yang tak pernah bisa dijangkaunya. Pekerjaan. Uang. Kehidupan yang lebih baik. Semuanya terasa seperti mimpi yang sulit diraih.

Dengan sebuah napas berat, ia melanjutkan perjalanannya. Langkahnya membawanya ke jalan yang tidak terlalu ramai, tepat di depan sebuah gedung perkantoran yang cukup besar. Di depan gerbang utama, ada pos penjaga yang biasanya dijaga oleh dua satpam. Mungkin ini adalah kesempatan terakhirnya, pikirnya. Jika kali ini pun gagal, ia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.

Ia menatap map coklat di tangannya, berisi berkas yang ia harap bisa mengubah nasibnya. Meskipun hanya perusahaan kecil, setiap kesempatan yang datang adalah peluang emas yang tidak boleh dilewatkan.

"Permisi, Pak. Apakah ada lowongan di perusahaan ini?" suara Olivia sedikit bergetar, meskipun ia berusaha menyembunyikan kecemasannya. Satpam yang duduk di pos itu menoleh dengan tatapan bingung.

"Lowongan kerja, ya?" Satpam itu menatap Olivia sebentar, sepertinya sedang berpikir. "Sebaiknya kamu langsung ke bagian HRD, di dalam gedung sana," jawabnya sambil menunjukkan arah dengan tangan.

Olivia mengangguk, berterima kasih dengan tulus. Namun, baru saja ia hendak berbalik, suara deru mesin mobil yang halus mengalihkan perhatiannya. Ia menoleh, melihat sebuah mobil hitam mewah berhenti tepat di depan pos penjagaan.

Mobil itu begitu mencolok-berkilau seperti permata, dengan desain elegan yang tidak bisa disangkal lagi. Olivia memandangnya dengan rasa kagum yang tertahan, meskipun ia tahu mobil seperti itu bukan untuk orang sepertinya. Dengan cepat, satpam yang tadinya berbicara dengannya berdiri tegak, lalu bergegas membuka gerbang dengan sigap.

"Ada apa, Pak?" tanya Olivia, sedikit bingung dengan sikap mendadak satpam itu.

"Maaf, Miss, saya harus membuka gerbang," jawab satpam itu sambil memberi isyarat agar Olivia menunggu. "Ini Bos dari perusahaan," tambahnya, tampaknya tidak berniat memberikan penjelasan lebih lanjut.

Saat satpam membuka gerbang, sebuah sosok tinggi keluar dari mobil tersebut. Olivia hanya bisa menatap sekilas-seorang pria dengan aura yang kuat dan tegap. Ia mengenakan jas hitam dengan ikatan dasi rapi, terlihat sangat sempurna dalam setiap langkahnya. Namun, yang paling menarik perhatian Olivia bukan hanya penampilannya yang sangat tampan, tetapi juga cara ia bergerak-dengan kepastian dan kekuatan yang bisa dirasakan oleh siapa pun yang ada di sekitarnya.

Pria itu melangkah menuju gedung, tanpa menyadari ada seorang gadis muda yang hanya bisa mengamati dari kejauhan. Namun, ketika ia melewati pos satpam, matanya secara tidak sengaja bertemu dengan mata Olivia. Hanya dalam hitungan detik, dunia terasa berhenti. Ada sesuatu dalam tatapan itu-sesuatu yang sulit dijelaskan, seperti sebuah koneksi yang tak terucapkan.

Olivia merasa seperti disambar petir, tubuhnya kaku sejenak. Namun, ia segera mengalihkan pandangan, merasa canggung dan tidak pantas berada di sana. Matanya menatap tanah, berusaha menghindari perasaan aneh yang tiba-tiba muncul di dalam dirinya. Dalam sekejap, pria itu sudah memasuki gedung, meninggalkan Olivia yang masih berdiri di sana.

Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Apa yang sedang aku pikirkan?" pikirnya dalam hati, merasa tidak percaya pada dirinya sendiri. Tidak mungkin pria seperti itu memperhatikan seseorang sepertinya.

Dengan langkah yang sedikit terhuyung, Olivia kembali berbalik, dan tanpa berpikir panjang, ia melanjutkan langkahnya menuju pintu masuk gedung. Hari ini mungkin tidak memberikan hasil yang diharapkannya, tapi ia tahu bahwa ia tidak bisa berhenti mencoba.

Namun, ada satu hal yang membuatnya tidak bisa mengusir perasaan itu: sekejap tadi, pria itu melihatnya. Dan dalam tatapan itu, ia merasa seolah-olah dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan keputusasaan ini mungkin bisa sedikit berbeda. Tapi hanya sedikit, dan itu cukup membuat hatinya berdebar kencang.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY