rti mengapa tatapan pria tadi masih membekas di pikirannya. Tatapan itu bukan sekadar sekilas pandang,
ukan waktunya untuk memikirkan hal-hal yang tidak masuk akal. Fokusnya adalah mendap
di luar. Di dalam, lobi luas berkilauan dengan lantai marmer mengilap, dinding kaca yang tinggi, dan lampu gantung kristal yang memancarkan cahaya lembut. Oran
a resepsionis, tempat seorang wanita berusia sekitar akhir dua puluhan duduk dengan rapi di balik meja kayu berlapis kaca.
sa saya bantu?" tanyanya de
ingin menanyakan apakah ada lowongan kerja di perusahaa
yum tipis. "Anda bisa meninggalkan berkas lamaran
ancara langsung. Tidak ada kesempatan untuk meyakinkan mereka dengan kata-katanyima kasih,
gema dari arah belakang. Suara yang begitu berwibawa,
engannya di depan gerbang-melangkah masuk ke lobi.
sempurna dengan sedikit gelombang alami. Wajahnya tajam, dengan rahang tegas dan sorot mata yang menusuk, seolah dia selalu mengamati seg
dalah caranya berjalan-penuh kendali, seol
egang. Pria itu tidak menghindari pandangannya, tidak seperti sebelumnya
erapa detik yang terasa l
yang langsung terbuka saat ia mendekat. Beberapa pegawai yang berada di lo
enyadari
. Dia adalah seseorang yang memil
berdegup kencang, Olivia b
engan suara pelan
esi sedikit terkejut, lalu tersenyum ke
ke," jawabnya. "CE
ander Drake. Pria yang baru saja meliriknya dua k
an aneh itu semakin menguat, ses
wal dari sesuatu. Sesuatu yan