/0/3407/coverbig.jpg?v=9190896bfdd3df114e913e327fbbb303)
"Aku, nggak bisa menaklukkan hati Mas Giga? Ih, lebih baik jerawatan di sekujur tubuh. Kalau perlu, kalian jangan panggil aku dengan nama Prameswari lagi. Catat baik-baik ya, kalau sampai aku gagal mendapatkan cinta Mas Giga, kalian boleh memanggilku dengan nama Mytha, selama-lamanya." (Prameswari) "Jujur, aku mulai jatuh cinta sama Mytha. Tapi kan, aku sudah punya Peony. Kami sudah menikah dan sekarang sedang mengandung anak pertama kami. Apa nggak dosa, kalau aku menuruti langkah cinta ini menuju hati Mytha?" (Giga) "Apa, Mytha? Jadi, itu yang namanya Mytha? Kok, kayaknya aku nggak asing banget, ya? Siapapun dia, awas saja kalau sampai macam-macam sama Mas Giga. Aku nggak akan segan-segan untuk memberinya pelajaran berharga. Lagian, kenapa sih Mas Giga harus deket-deket sama dia? Sudah punya istri, juga. Nggak inget apa, kalau aku lagi hamil?" (Peony) PRAMESWARI, mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang puteri Kiai Sepuh di sebuah Pondok Pesantren yang kabur dari rumah, karena menolak untuk dijodohkan. Padahal, Abah menjodohkannya dengan Ustadz Rayyan yang mengajar Tahfidz Al-Qur'an di Pondok Pesantren abahnya. Ada apa dengan Ustadz Rayyan, mengapa Prameswari menolak perjodohan mereka? Apa karena Mas Eiden yang telah berhasil merenggut seluruh hatinya? Kepada siapakah akhirnya cinta Prameswari berlabuh? Seberapa lama dia mampu bertahan dengan kehidupan kota Yogyakarta yang pahit-pahit manis? Bagaimana dengan Abah dan Ummi? Apakah akhirnya mereka bisa menerima Prameswari kembali setelah dulu menyakiti hati mereka? Bagaimana dengan Giga? Apakah dia benar-benar jatuh cinta pada Mytha yang seorang Ladies Club? Jika benar, apa yang membuatnya jatuh cinta, sedangkan sudah ada Peony dalam hidupnya? Bukan hanya itu, bahkan mereka sedang menantikan kelahiran sang Buah Hati. Apakah tidak membahayakan rumah tangga mereka? Siapakah sebenarnya Peony? Mengapa dia merasa pernah mengenal Mytha dan bagaimana tanggapannya setelah tahu siapa Mytha yang sebenarnya? Apakah akhirnya dia rela, Giga membagi separuh hatinya untuk Mytha? Selamat membaca, ya? (Humairah Samudera)
Yogyakarta, di suatu hari yang terik.
Prameswari turun di terminal bus Giwangan dengan perasaan bercampur aduk menjadi satu. Marah, kecewa, benci, takut tapi juga sedih. Dalam benaknya yang sehancur Bantul seusai diguncang gempa tahun 2006 silam, berjejalan banyak pertanyaan tentang Abah dan Ummi yang telah sampai hati menjodohkannya dengan Ustadz Rayyan. Sosok yang selama ini menjadi bahan candaan di kalangan santriwati, termasuk dirinya sendiri. Mengapa begitu?
Karena Ustadz Rayyan masih belum menikah juga padahal umurnya sudah empat puluh lima tahun. Ustadz Lapuk. Begitulah Prameswari dan teman-teman memberikan label padanya. Siapapun orangnya, jika ketahuan berpapasan atau berdekatan dengannya, pasti habis, dibercandai. Bahkan, tak jarang juga jadi bahan olok-olokan di sepanjang hari. Oleh karenanya, tak seorang pun santriwati di Pondok Pesantren Al-Hidayah mau berurusan dengan Ustadz Rayyan. Termasuk Prameswari, meskipun kadang-kadang Abah atau Ummi menitipkan sesuatu untuk Ustadz Rayyan melalui dirinya. Sebisa mungkin, dia menciptakan alasan. Terlambat, tergesa-gesa atau apa saja, yang membuat mereka membatalkan untuk menitipkan sesuatu itu padanya.
'Apa sih, yang membuat Abah sama Ummi begitu?' tanya hatinya yang semakin remuk redam, 'Mereka kan tahu, Ustadz Lapuk sudah setua itu? Tega, tega, tega! Kenapa mereka setega ini padaku?' tanya hatinya lagi, kali ini sambil mengamati sekitar yang terasa asing baginya, 'Jahat, semua jahat!'
JOGJA - JAKARTA
JOGJA - SOLO
JOGJA - MAGELANG
Prameswari mengeja plakat bercat hijau dengan tulisan putih yang ada di depan sana. Sekitar lima puluh meter dari tempatnya berdiri. Sekeras mungkin, dia mengingat-ingat petunjuk yang diberikan Meyka, sahabat baiknya di facebook. Dia nggak berani mengeluarkan ponsel di keramaian---seperti yang diajarkan Meyka---jadi nggak ada jalan lain kecuali menggunakan ingatannya dengan baik. Ingatan yang sebenarnya tajam dan cemerlang jika bukan dalam keadaan sedarurat ini. Antara hidup dan mati.
"Kamu jangan sekali-kali ngeluarin hp di terminal ya, Ri? Bahaya!" begitulah pesan Meyka tadi malam sebelum dia benar-benar kabur dari rumah, "Dari terminal Giwangan, kamu ke luar. Sampai di luar, cari halte bus trans ...!"
Prameswari tersenyum tipis sekarang, karena sudah berhasil mengingat dengan baik apa yang dikatakan Meyka. Sekarang, tanpa berpikir panjang dan berliku-liku, dia berjalan ke luar terminal. Meskipun sudah mati-matian menguatkan hati, tetap saja langkahnya gontai. Oleng, seperti layang-layang yang baru saja putus dari gulungan benangnya. Ditambah dengan wajah yang pucat berkeringat, sempurnalah sudah penampilannya hari ini, kusut masai kuadrat. Untung, tengah hari. Kalau nggak? Bisa-bisa, dia jadi santapan preman jalanan!
Sesampainya di halte bus trans Jogja, Prameswari langsung bergegas menuju loket pembelian tiket. Napasnya naik turun setelah berjalan kaki cukup jauh dari terminal bus. Tak tanggung-tanggung, wajahnya sekarang sudah bukan pucat berkeringat lagi tapi biru banjir. Untung nggak terlalu banyak antrian, hanya tiga orang di depannya. Jadi, Prameswari bisa menghela napas lega untuk pertama kalinya setelah berhasil kabur dari rumah.
Sebenarnya, dia juga meneteskan air mata karena teringat Ummi. Dia berpikir, Ummi pasti sedih dan hancur dengan kepergiannya yang seperti ini. Tapi, apa boleh buat? Ummi juga nggak bisa membelanya di depan Abah. Nggak berdaya, untuk lebih tepatnya. Cara apa lagi yang bisa membuatnya selamat dari perjodohan yang sangat sangat sangaaat menyedihkan itu? Nggak ada lagi, hanya ini. Ya, yaaahhh, meskipun tadi sebelum berangkat, hatinya sempat digelayuti keragu-raguan.
"Maafkan Wari, Ummi." bisiknya lirih,"Tapi Wari harus pergi, Ummi. Wari nggak mau nikah sama Ustadz Rayyan, sampai kapan pun, nggak mau. Karena cinta dan harti Wari hanya untuk Mas Eiden."
"Apa, Mbak?" kata petugas dari dalam loket menyentakkan kesadaran Prameswari, "Tujuannya ke mana, Mbak?"
Malu dan gerapan, Prameswari menjawab, "Sa saya ma mau ke Condong ...?"
Kata-kata Prameswari terpotong begitu saja karena tiba-tiba bayangan Abah yang sedang murka muncul dalam benaknya dengan sempurna. Membara. Sementara Ummi hanya bisa berlinang-linang air mata di hadapannya.
"Oooh, Condong Catur?" tanya petugas dengan hangat, ramah dan sopan.
Prameswari mengangguk, tersenyum tipis lalu mengangsurkan selembar uang sepuluh ribu dan menerima selembar tiket bus untuknya. Sekarang, wajah pucat itu mulai terpulas warna lain, merah muda. Cantik.
***
Sejauh mata Prameswari memandang, yang ada di dalam benaknya hanya Ummi dan Abah. Marah sekali rasanya setiap kali teringat bagaimana tiba-tiba Abah mengatakan, "Wari, sekarang kan kamu sudah besar. Sudah saatnya kamu menyempurnakan ibadahmu dengan menikah. Siapkan dirimu Wari, karena besok malam, Ustadz Rayyan akan mengkhitbah kamu!"
Duaaarrr!
"Apa Bah, Ustadz Rayyan mau mengkhitbah Wari?" Prameswari bertanya dengan kemarahan yang berkobar-kobar hingga ke ubun-ubunnya, "Nggak salah, Bah?" tanya Prameswari lagi tanpa bisa dicegah, "Abah yakin, kalau Ustadz Lapuk bisa membahagiakan hidup Wari?"
Plaaakkk, plaaakkk!
Abah melayangkan tamparan mautnya ke pipi Prameswari, kanan dan kiri hingga meninggalkan bekas jari tangan di sana. Ummi yang menjerit tertahan di samping Abah, tak mampu menghentikan gerakan ringan telapak tangan Abah. Begitu juga dengan jerit tangis kesakitan Prameswari, sia-sia. Abah sudah terlanjur murka.
Tilulit, tilulit!
Ringtone chat di whatsapp memberai ingatan Prameswari tentang Ummi, Abah dan Ustadz Rayyan. Seketika konsentrasinya tertuju pada chat yang baru saja masuk. Harapannya membuncah, semoga itu Meyka. 'Eh, ya Meyka, lah. Siapa lagi? Dia kan satu-satunya yang tahu nomer whatsapp-ku?' batinnya mempertegas buncah harapan di hatinya.
Chats (11) Status Calls (7)
Ternyata, selain chat, Meyka juga voice call sebanyak tujuh kali. Karuhan saja nggak terangkat, benak Prameswari terlalu padat. Overload.
Meyka:
[Ri, km udh smpe mana?]
[Kabari ea kalo dah smpe?]
[Aku tunggu di halte bus trans concat]
[Jgn smpe slh turun ea?]
[Reply!]
[Aq dah di sini]
Dengan perasaan mengharu biru, Prameswari membalas chat Meyka. Dikatakannya kalau dia sudah di atas bus trans, seperti yang dipesannya kemarin. Dia juga cerita, kalau rasanya gemetar, hampir pingsan karena menahan lapar. Uangnya hanya tersisa tujuh ribu rupiah lagi.
Namanya juga Meyka, bukannya sedih atau bagaimana, malah mengirimkan emotikon senyum lebar sekali pada Prameswari. Kontan, Prameswari cemberut dan mengomel panjang kali lebar sama dengan luas persegi panjang, di chat room. Hehe. Dua sahabat baik di facebook itu sekarang saling balas chat di whatsapp dengan santainya. Dari hati ke hati. Eh, salah. Dari jari ke jari. Hehe. Iyalah, dari hati ke hati. Jari kan, hanya perantara hati?
Tilulit, tilulit!
Meyka:
[Ea udh ea Ri? Ati2]
[Aq tunggu ea? Bntr lg smpe kug!]
Lemas, gemetar dan pusing karena kelaparan, Prameswari mengetik chat balasan untuk Meyka, [Ya. Makasih banyak sebelumnya ya, Mey?]
Sayang sekali! Prameswari, gadis berumur delapan belas tahun dan baru saja menamatkan pendidikannya di SMU itu nggak tahu, kalau sebenarnya Meyka yang selama ini dia kenal dengan baik di facebook itu seorang laki-laki paruh baya. Dia, menggunakan aplikasi perubah suara setiap kali menelepon Prameswari. Sehingga yang dia tahu, Meyka benar-benar seorang gadis belia, sama seperti dirinya. Ah, sungguh disayangkan juga, Prameswari nggak begitu memperhatikan mengapa Meyka selalu menolak jiga dia Mengajaknya video call.
Apa yang akan terjadi setelah mereka bertemu nanti?
Apakah Prameswari kuat menghadapi semua kenyataan pahit ini?
Catherine dan Figo saudara sepupu dari Mama dan Mommy. Siapa sangka kalau Papa dan Daddy sudah menjodohkan mereka bahkan sejak masih SMP. Bukan hanya secara lisan, ternyata mereka sudah sama-sama membuat surat wasiat perjodohan sebelum mereka meninggal dunia. Padahal, tanpa sepengetahuan Mommy, Figo sudah menikah dengan Hakaci dan sekarang tengah mengandung Buah Cinta Mereka. Sedangkan Catherine, walaupun belum menikah tapi sudah bertunangan dengan Prima. Pertunangan yang dirahasiakan karena ingin memberikan surprise di hari ulang tahun Mama beberapa bulan lagi. Bagaimana kisah perjuangan Catherine dan Figo dalam menolak perjodohan mereka? Bagaimana juga dengan Hakaci dan Prima? Yuk, simak sampai tamat?
Sumpah! Jika tak mengingat Eiffel, aku pasti sudah menceraikan Yumiko. Bukan, bukan karena penyakitnya yang tak kunjung sembuh. Kalau masalah itu, aku masih bisa menerimanya meskipun berat dan sulit. Masih sanggup bertahan lah, jika dibandingkan dengan kenyataan pahit yang baru saja menamparku dengan sangat keras. Bayangkanlah! Aku tahu dari Fellicia, sahabat dekat Yumiko kalau ternyata dia itu adalah kupu-kupu malam. Wanita penghibur. Kalian tahu, kan? Ah! Rasanya seperti terkepung dalam kobaran api yang begitu besar. Mau menerjang ke luar, tak cukup nyali tapi untuk bertahan di dalam adalah sesuatu yang mustahil. Hei, suami mana sih yang tidak sakit hati jika dibohongi seperti ini? Bukan hanya itu, sejujur-jujurnya aku sangat kecewa. Marah, murka dan ingin mencabik-cabiknya sampai menjadi daging cacah. Selama ini, dia terlihat baik-baik saja, lho. Penyabar, penurut dan setia. Tapi kalau seperti itu kenyataan yang sebenarnya, untuk apa? Lebih baik tak pernah bertemu untuk selama-lamanya. Apa, apa dia pikir dengan penyakitnya yang semakin hari semakin parah itu aku akan iba? Tidak! Salah sendiri, siapa suruh menyemai benih luka? Satu lagi, kalau dia membohongi aku itu berarti juga membohongi Mama, Papa dan Mbak Galuh. Apalagi selama ini mereka sangat menyayangi Yumiko. Duh, sungguh tak berani membayangkan bagaimana reaksi Mama kalau tahu kenyataan ini? Pasti sangat terluka karena dia yang telah memperkenalkan kami untuk pertama kalinya dulu. Mama juga yang mendekatkan kami sehingga akhirnya membina rumah tangga seperti sekarang ini. Ah! Terlalu panjang ceritanya, tak bisa kutuliskan semuanya di sini. Yang jelas, jika apa yang dikatakan Fellicia itu benar, aku tak sudi lagi hidup bersamanya. Cukup sampai di sini saja. Titik.
Lenny adalah orang terkaya di ibu kota. Ia memiliki seorang istri, tetapi pernikahan mereka tanpa cinta. Suatu malam, ia secara tidak sengaja melakukan cinta satu malam dengan seorang wanita asing, jadi ia memutuskan untuk menceraikan istrinya dan mencari wanita yang ditidurinya. Dia bersumpah untuk menikahinya. Berbulan-bulan setelah perceraian, dia menemukan bahwa mantan istrinya sedang hamil tujuh bulan. Apakah mantan istrinya pernah berselingkuh sebelumnya?
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.