/0/7212/coverbig.jpg?v=a93a4ff531b7a044cca38de6c68b3f2e)
'Photophile' adalah sebutan bagi mereka yang menyukai cahaya. Dan 'Nyctophile' adalah sebutan untuk mereka yang menyukai kegelapan. Bara Ahava adalah laki-laki pertama yang kenalkan Lona pada istilah-istilah itu. Laki-laki yang berhasil buatnya jatuh cinta hingga tak tau apa itu luka. Tapi, penerbangan yang buat Hava tak mendarat, berhasil buat Lona rasakan reruntuhan dari puing-puing yang buat tubuhnya terhimpit, rasakan ngilu dan sakit. Dan tepat setelah itu, sosok Aanand datang, buat Lona menjerit kesakitan ketika tubuhnya ditarik pelan dari reruntuhan. Akankah Lona keluar pada akhirnya? Atau justru terjebak dalam gelapnya malam yang kelam?
'Phile' adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kesukaan seseorang atau kecintaannya terhadap hal-hal disekitarnya.
Cahaya, gelap, langit, senja dan beberapa hal lain yang ada di alam semesta sering disebut sebagai objek 'phile' pada laman pencarian digital.
Dan Aalona Xiomara adalah salah satu pecintanya.
Perempuan dengan rambut hitam sebahu, yang sekarang sedang duduk dengan kaki selonjoran di atas rumput itu adalah salah satu dari sekian banyak orang yang sangat menyukai cahaya.
'Photophile' istilahnya.
Lona suka, bagaimana ketika cahaya itu menyelinap di antara celah-celah tak terduga hingga tertangkap oleh matanya. Lona suka, ketika cahaya itu tampakkan cantik serupa pada setiap unsur yang disinari olehnya.
Sosok Hava adalah laki-laki pertama yang kenalkan ia pada istilah 'phile' itu. Awalnya, Lona begitu asing setiap kali Barra Ahava, laki-laki yang kini menjadi tunangannya, sebutkan istilah-istilah asing tiap kali mereka tatap satu objek dalam waktu yang lama.
Tapi, kini dia bahkan hapal luar kepala akan segala jenis 'phile' yang sudah pernah Hava tunjukkan padanya.
Tiba-tiba dia rindu laki-laki itu. Laki-laki dengan sejuta terang yang Aalona suka. Sikapnya, senangnya, diamnya, semuanya. Lona suka.
Lona bawa matanya untuk tatap langit di atas sana, pikirkan sudah sampai mana kiranya pesawat yang bawa raga Hava terbang menjauh darinya.
Lona kira, beberapa hari tanpa kehadiran Hava akan terasa biasa saja, tapi nyatanya dadanya dihimpit rindu tak berujung pada sosok laki-laki yang kini terbang ke Jerman untuk jemput adiknya itu.
Mata coklat terangnya masih setia tatap cahaya dari celah-celah awan. Perlahan, Lona bawa jari-jemarinya ke atas, lalu melihat cincin yang tersemat di jari manisnya. Melingkar apik dengan permata kecil diatasnya.
Lona jelas masih ingat, bagaimana khusyuknya acara pertunangannya dan Hava. Namanya dan Hava disebut dalam ikatan suci yang sebentar lagi terealisasi.
Sial ... rasanya seperti ada yang menggelitik perutnya, jantungnya bahkan masih saja berdegup kencang, seakan-akan semut yang berkeliaran di rumput bisa mendengarnya kapan saja. Semburat merah pun ikut menghiasi rona pipi Lona.
Jika harus menceritakan sosok Hava, maka Lona dengan lantang akan berkata, bahwa ia dapat mendiskripsikan laki-laki itu berjam-jam.
Hava adalah laki-laki yang berhasil runtuhkan egonya. Runtuhkan pertahanannya. Runtuhkan kemauannya.
Laki-laki itu berhasil buat Lona kenal apa itu yang namanya cinta. Apa itu bahagia. Apa itu rasa berbunga-bunga.
Tiap kali ia bersama laki-laki, tiada hari yang terlewat tanpa kupu-kupu terbang di perutnya. Hava dan segala yang dimiliki laki-laki itu adalah perpaduan sempurna yang akan selalu Lona puja.
Kulit kuning langsatnya, senyum yang dipunyainya dan apapun yang melekat pada laki-laki itu, Lona bersumpah, dia adalah fans nomor satu laki-laki itu.
"Kakak."
Suara bundanya yang mengalun lirih, berhasil tarik seluruh atensi Lona yang mengambang. Perempuan itu bawa matanya untuk menatap sang Bunda yang sedang berdiri di ambang pintu rumah mereka.
Lona beranjak dari duduknya, berjalan pelan dan menghampiri orang yang sangat berharga baginya itu. Matanya terkunci pada raut wajah was-was yang bundanya tunjukkan, membuat jantungnya ikut berdetak riuh di dalam sana.
"Kenapa Bunda?"
Satu tetes air mata tiba-tiba lolos dari mata cantik sang bunda. Jantung Lona bertalu kuat di dalam sana. Lona jelas tidak mati rasa, ia bisa rasakan kesedihan mendalam lewat mata bundanya. Kenapa? Ada apa? Semua pertanyaan tanpa jawaban berputar riuh dalam kepalanya.
"Bunda?"
"Sayang -" Lona dikejutkan dengan suara Bundanya yang bergetar. Kalimat itu terpotong, menggantung di udara tanpa Lona tau pasti apa alasannya.
Dan bukannya lanjutkan kalimat yang tersisa, tangan Bundanya justru terangkat, berikan benda pipih yang sedari tadi dipegang pada Lona.
Dengan hati-hati Lona menerimanya, degup jantungnya makin riuh dan Lona benci situasi itu.
Nampak sebuah kanal berita di sana. Dengan hati-hati, jari-jemarinya bergerak, menekan tombol play dan mendengar kata per kata dari pewarta yang bicara di kanal berita itu.
"Sebuah pesawat dari penerbangan Airness Asia hilang kontak dan masih di telusuri-"
Prang!
Peranti elektronik milik bundanya terjatuh begitu saja, membentur ubin yang jadi tumpuan kakinya. Rasa-rasanya Lona tuli, hanya terdengar dengingan keras yang memekikkan telinga.
Mata coklat terang itu menatap ponsel yang tergeletak di tanah, memperlihatkan pewarta yang masih saja berbicara meski suaranya tidak bisa ditangkap oleh telinga Lona.
Apa kata pewarta tadi? Pesawatnya hilang kontak?
Pesawat yang dinaiki oleh Hava, tunangannya, hilang kontak?
"Bunda?" Lirih, suaran Lona sangat lirih, terdengar pilu hingga menyayat hati yang kerungu.
Sang bunda yang melihat itu hanya mampu tarik tubuh ringkih sang buah hati dalam peluk hangat, didekap erat dan nyamankannya dengan kata-kata penenang.
Namun, bukannya tenang, Lona justru merasa berang.
Tangannya sama sekali tak membalas dekapan sang bunda. Penglihatannya buram, menatap tepat pada jari manisnya. Inisial 'H' tercetak jelas di sana. Seluruh kilas balik kebersamaannya dengan Hava berputar dikepala, buat hati Lona makin teriris, ciptakan perih tak terkira.
"Hava balik, 'kan, Bun?"
Tidak ada jawaban, hanya usapan-usapan lembut yang sedari tadi coba bundanya beri. Dan Lona jelas tidak bodoh untuk tangkap apa maksudnya.
Hava ingkar pada janjinya.
Katanya, laki-laki itu akan kembali, mengenalkan Rona, adik yang sedang mengemban ilmu di Jerman padanya.
Katanya, laki-laki itu akan membuatkan falscher hase, makanan khas Jerman usai mendapatkan resep dari koki di sana.
Katanya, laki-laki itu akan membawanya ke puncak Gunung Alpen untuk memperlihatkan secantik apa edelweiss leontopodium alpinum di tempat asli bunga itu.
Katanya, laki-laki itu akan membuat resepsi pernikahan dengan tema garden party seperti yang Lona mau.
Katanya, laki-laki itu akan selalu menjadi orang pertama yang bertanya tentang harinya, bertanya tentang suka-dukanya dan berdecak kagum padanya.
Katanya, laki-laki itu akan sematkan nama akhir miliknya pada nama Lona.
Katanya ... katanya ...
Katanya, laki-laki itu akan selalu berada di sisi Lona.
Benar, hanya katanya.
Apa makna lain dari kata jika tidak dibuktikan? Lona tidak mengerti akan eksistensi sebuah kata jika hanya sebatas kata.
"Kita ke bandara ya?" Suara lirih sang bunda yang tertangkap oleh telinga Lona sama sekali tak membuat perempuan itu rasakan kemauan. Lona bahkan sudah menyerah pada angan, sejak pertama kali telinganya menangkap suara si pewarta berita.
"Hava ingkar janji Bunda. Lona bahkan tidak yakin jika Hava akan kembali. Kosong. Rasanya hampa ... Lona tidak tahu harus melakukan apa."
Dan kalimat itu adalah kalimat terakhir sebelum tubuh Lona jatuh merosot, memberi unjuk jika dirinya memang tidak lagi punya harap yang terpegang erat-erat.
Beri tau dunia, bahwa ia tak akan pernah baik-baik saja.
Arkan, pemilik perusahaan yang bergerak di bidang perabotan adalah laki-laki yang sudah menikah secara sah dengan anak dari salah satu koleganya yang bernama Zoya. Namun, setelah dua tahun menikah, dia tak juga punyai keturunan dari istrinya itu. Oleh karenanya, Arkan memutuskan untuk menikah di bawah tangan (nikah kontrak) dengan anak dari pemilik perusahaan ekspor-impor yang hampir bangkrut, Sava. "Mas ... tega kamu?! Aku udah relain karir aku sebagai model dan kamu malah main belakang kayak gini?!" "Laki-laki sialan! Jadi selama ini yang jadi selingkuhan itu aku?!" Arkan lah sumber dari segala sumber masalah itu. Akankah ia yang kalah atau justru memenangkan hati kedua wanitanya?
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Pernikahan tiga tahun tidak meninggalkan apa pun selain keputusasaan. Dia dipaksa untuk menandatangani perjanjian perceraian saat dia hamil. Penyesalan memenuhi hatinya saat dia menyaksikan betapa kejamnya pria itu. Tidak sampai dia pergi, barulah pria itu menyadari bahwa sang wanita adalah orang yang benar-benar dia cintai. Tidak ada cara mudah untuk menyembuhkan patah hati, jadi dia memutuskan untuk menghujaninya dengan cinta tanpa batas.