/0/7279/coverbig.jpg?v=cafedad332189ab41b083664223cdc61)
Sofia dan Alvin kini hidup dengan keluarga yang bisa menerima mereka apa adanya, tetapi semua itu ada perjanjian yang hanya berlaku selama dua tahun saja. Sofia harus bisa membuat Febri mencintanya dengan tulus sampai batas waktu itu saja. Kalau tidak, Alvin akan menjadi milik keluarga tersebut dan Sofia akan diceraikan. Febri bukan orang yang mudah jatuh cinta hatinya seakan telah membeku karena seorang wanita di masa lalu. Begitu juga dengan Sofia yang masih trauma dengan pernikahan yang gagal beberapa waktu ini. Tetapi Sofia melakukan semua ini agar bisa terus bersama Alvin. Ternyata cinta mulai hadir di keduanya tanpa mereka sadar, walaupun tidak bisa saling mengatakan. Kini malah orang di masa lalunya hadir. Apakah Sofia akan kembali ke masa lalunya? Febri akan memilih siapa, ya, untuk menjadi kekasih hatinya? Apakah mereka bisa bersama dengan segala ujian ini? Bagaimana kelanjutan kisahnya pastinya penasaran, kan?
"Aduh... Kepalaku sakit sekali." Sofia mengadu kepalanya berdenyut kencang.
"Ini minumlah," Febri memberikan segelas minuman. "Tenanglah aku orang yang membawamu ke Rumah sakit ini tidak mungkin sampai ingin bermaksud jahat kepadamu." kata tegas melihat raut wajah Sofia yang ketakutan.
Sofia hanya menggelengkan kepalanya lalu meraba perutnya yang sudah rata dan ada rasa nyeri saat menggesekkan tubuhnya. Dia pun menatap Febri seakan meminta penjelasan tentang yang terjadi pada dirinya sendiri. Febri yang seakan mengerti maksud dari tatapan itu hanya tersenyum sinis dan mendaratkan pantatnya di kursi sebelah Sofia.
"Aku tahu kamu pasti bingung dengan kondisi dan anakmu. Aku akan menjelaskan semuanya tapi sebelum itu aku ingin memberikan penawaran kepadamu dan harus ada jawabanya hari ini juga." Febri memberikan map kepada Sofia.
"Maaf sebelumnya kamu ini sebenernya siapa kita tidak saling mengenal tiba-tiba kamu memberikan aku penawaran seperti ini?" tanya Sofia.
Febri pun menatapnya lalu beralih ke map yang ada di tangan Sofia, tanpa bicara apapun Febri pun meninggalkan Sofia yang masih bingung dengan situasi yang aneh ini. Akhirnya dia pun membaca setiap kata yang ada di map itu sambil mulut yang terbuka.
"Apa maksud laki-laki itu? Aku semakin enggak mengerti, pusing banget nih kepalaku." Dia pun melempar map itu ke bawah ranjang.
"Berbaringlah saja, luka yang ada diperutmu itu belum kering" katanya lagi. Anita pun berbaring kembali dan menyadari sesuatu perutnya ada luka habis operasi. "Apa yang terjadi dan anakku dimana? Tanya Anita dengan kepanikan.
Sofia teringat dengan anaknya, dia pun mulai menggerakkan badannya tetepi masih merasa nyeri sekali karena tidak kuat menahan rasa sakitnya dia pun memutuskan untuk mencet panggilan kepada perawat di Rumah Sakit ini. Sofia ingin sekali melihat wajah anaknya yang selam ini selalu dia tunggu kehadirannya. Tiba-tiba perawat itu masuk dan mendekati ranjang tidur Sofia.
"Selamat Pagi Bu, Ibu sudah sadar dan Bagaimana keadaan Ibu sekarang?" tanya Perawat itu begitu ramah.
"Iya saya memang baru saja sadar beberapa menit yang lalu, saya hanya ingin tahu kondisi anank saya sekarang ini?" tanya Perawat itu.
Belum Perawat itu menjelaskan apapun masuklah Febri dengan raut wajah yang marah sebab itu dihempasnya dengan kerasnya. Lalu berjalan mendekati mereka, "Kamu bisa pergi sekarang kalau tidak kamu akan tahu akibatnya!" bentak Febri pada Perawat itu.
"Maafkan semua sikap saya, Pak. Saya mohon undur diri dulu Pak, Bu." Perawat itu langsung pergi meninggalkan mereka berdua dengan ketakutan.
"Kamu ini apaan sih! Masuk marah-marah begitu sampai membuat orang ketakutan begitu memangnya kamu ini siapa yang punya Rumah Sakit ya." balas Sofia dengan santainya.
"Iya ini Rumah Sakit aku kenapa emang? Aku bebas melakukan apapun yang aku inginkan, tadinya aku mikir kamu perempuan yang punya sopan santun ternyata aku salah. Sekarang kamu udah enggak punya pilihan lagi, tanda tangan berkas ini sekarang juga." Febri melempar map itu kearah Sofia.
"Aku tidak mau menikah denganmu Pria angkuh seperti kamu yang bisanya hanya marah-marah tidak jelas. Walaupun pernikahan ini hanya sementara seperti yang kamu katakan itu." kata Sofia mematap sinis kearah Febri.
"Aku sudah kehilangan kesabaran dengan wanita aneh kayak kamu, tanda tangan sekarang." Febri mendekati Sofia, "Atau kamu tidak akan pernah bertemu lagi dengan anakmu!" Febri tersenyum senang.
Sofia yang awalnya tidak ingin menandatangi perjanjian itu seakan tidak punya kuasa apapun lagi terlebih ini soalnya anaknya. Dia tidak mau jika harus dipisahkan dengan anaknya yang menjadi keluarga satu-satu yang dimiliki olehnya, dengan terpaksa dia pun mengikuti semua yang dikatakan Febri.
"Bagus kenapa enggak daritadi aja tanpa harus memakai urat begitu, oke kalau kamu mau bertemu dengan anakmu maksimal satu sampai tiga hari ke depan kamu harus bisa keluar dari Rumah Sakit ini. Setelah ini aku tidak mau kesini lagi semua kebutuhan akan ada yang mengurusnya nanti selamat tinggal Istriku." Febri langsung mencium kening Sofia.
Sofia hanya terdiam ketika Febri menciumnya tak menolak sedikit pun sepeeti ada yang menggetarkan hatinya. Dia pun memepis semua perasaaan itu apalagi saat dia tahu kalau laki-laki tadi hanya membutuhkan status dalam hidupnya bukan untuk mengisi hatinya.
"Kenapa hidupku seperti ini tidak ada yang benar-benar mencintaiku dengan tulus, mereka hanya memanfaatkanku sesuka hati mereka kalau kehidupanku semenderita ini kenapa kamu biarkan aku tetap hidup sih, Tuhan?" gumam Sofia.
"Ya Allah ampuni aku yang malah menyalahku akan semua yang terjadi kepadaku. Aku akan mencoba menerima semua takdir hidupku ini, ijinkan aku memberikan kasih sayangku pada anakku. Hanya dia harta yang ku punya saat ini." gumam Sofia lagi.
Sofia pun mengantuk karena merasa bosan dikamar tak ada seorang pun. Dia pun terbangun di sore hari, ketika terbangun dia melihat ada seorang perempuan yang duduk di sofa itu sambil menyusun makanan itu, sepertinya dia belum menyadari kalau Sofia sudah bangun dan memperhatikan dari tadi.
"Ya Allah." teriak wanita itu aku pun hanya tersenyum geli melihatnya kaget begitu.
"Non, bikin Bibi kaget saja. Oh iya perkenalkan saya Bibi Imah yang ditugaskan untuk menjaga Non selama di Rumah Sakit ini." katanya tersenyum.
"Saya Sofia Bi. Apakah Bibi sudah lama pekerja dengan laki-laki aneh itu dan Bibi sudah bertemu dengan anakku?" tanya Sofia.
"Saya pasti akan memjawab semua pertanyaan Non, tapi sambil makan ya saya suapin. Non jangan bergerak dulu biar jahitanya cepat kering." Sofia pun menurut, "Bibi udah lama kerja disana bahkan sejak Den Febri belum lahir juga. Non, Aden orangnya baik dan perhatian sekali loh tidak aneh seperti yang tadi katakan. Dia memang kalau dengan orang baru suka jutek gitu sih, kalau anak Non keadaan baik dia sudah diperbolehkan pulang sejak kemarin sedangkan Non baru sadarkan diri dua hari setelah operasi. Non harus cepat sembuh biar bisa pulang dan bertemu dengan anaknya.
Sofia yang mendengarkan penuturan Bibi Imah merasa lega setidaknya kondisi anaknya kini sudah baik, dia pun segera memulai untuk belajar untuk duduk dan berjalan agar bisa diijinkan untuk pulang rasanya dia tidak sabar bertemu dengan anaknya.
"Non, Bibi bersyukur kini Den Febri sudah menemukan cintanya kembali dan juga mendapatkan anak laki-laki yang sangat tampan dia mirip dengan Non. Sekarang dia dirawat dengan Nyonya, ibunya Den Febri. Anakmu disayang sekali dengan Nyonya bahkan tidak ada seorang pun yang bisa memegang anakmu hanya Nyonya yang merawatnya setiap hari. Dia begitu bahagia mendapatkan cucu." kata Bik Imah lagi.
"Hah, cucu..." Sofia kaget dengan perkataan Bik Imah.
"Maksudnya Bibi gimana ya? Cucu siapa?" tanya Sofia.
" Ih Non nih pura-pura ya, makanya kalau pacaran teh jangan berlebihan begitu ya. Tapi tidak papalah lagi pula semua juga udah terlanjur sayang dengan anak itu Non. Bentar lagi juga Non mau nikahkan sama Aden, saya bahagia sekali. Jangan buat Aden sakit hati lagi ya Non." kata Bibi Imah.
Bik Imah pun bercerita banyaak tentang keluarga Febri, walaupun agak sedih mengetahui kalau anak sofia dianggap anak diluar nikah padahal bukan seperti itu. Tetapi Sofia tidak ingin menjelaskan apapun takut salah bicara yang bisa menyebabkan Tuan Febri malah tentunya, Sofia hanya bisa tertawa dalam hati tahu namanya aja baru sekarang lalu bagaimana bisa Bik Imah bilang mereka berpacaran lucu sekali.
Telah melakukan pemeriksaan oleh Dokter akhirnya Sofia diperbolehkan pulang dan membawa obat yang harus diminum dengan teratur. Bik Imah pun sudah membereskan semua barang dan juga membantu Sofia berjalan. Sofia merasa takut ketika harus bertemu dengan Irana, Ibu Febri dan juga Tuan galak itu lagi. Dia tidak tahu harus berkata apapun pada keluarga ini, ternyata mereka sudah dijemput oleh sopir dengan mobil yang mewah. Selama diperjalanan Sofia merasa takut dan canggung dengan situasinya saat ini.
"Nanti apa yang harus aku katakan? Bagaimana ini?"
gumamku sendiri.
"Non, jangan khawatir dan tegang seperti ini. Nyonya perempuan yang berhati lembut saya yakin dia akan menerima kamu dengan sepenuh hatinya." Bik Imah memegang tangan Sofia seakan tahu yang dirasakan Sofia.
Sofia hanya tersenyum dan kembali melihat kearah arah luar jendela hingga tak sadar kalau dia sudah tertidur cukup lamanya. Tiba-tiba dia dibangunkan oleh bik Imah dengan menepuk lengannya.
"Non bangunlah kita udah mau sampai ini." kata bik Imah.
Sofia terbangun mulai merapikan baju dan rambutnya yang tampak berantakan, dia melihat ada sebuah bangunan rumah yang tampak sekali megahnya dan dikanan kirinya terdapat taman yang indah sekali. ada juga seperti garasi yang terdapat mobil mewah dan jadul yang saling berjejeran.
"Bik apakah Tuan Febri sekaya itu?" tanya Sofia.
"Bibi rasa begitu Non." kata Bik Imah.
Mobil pun berhenti seketika ada yang membuka pintu mobil dengan terpaksa Sofia pun harus keluar dengan begitu anggunnya. Dia hari ini menggunakan sepatu flat berwarna silver dan dress yang sedikit mengembang dibagian bawahnya. Tak lupa juga dia mempoles wajahnya dengan riasan yang ringan, wajahnya semakin cantik sekali.
Sofia melihat kearah depan ada seorang wanita berjilbab merah dengan gamis yang terlihat sederhana tetapi elegan tersenyum manis kearahnyaa sedangkan disampingnya ada kereta bayi berwarna hitam.
"Non, ayo kita masuk banyak angin nanti bisa masuk angin loh." kata Bik Imah memegang tangan Sofia.
"Sofia deg-degan Bik, sampai kakiku tak bisa bergerak." Bik Imah tersenyum dan memapah tubuh kecil Sofia.
"Kemarilah sayang, bagaimana keadaan kamu sekarang? Bik tolong bawa masuk cucuku kasihan terlalu banyak angin ini." kata wanita berjilbab itu lalu memelukku dan mengajaknya masuk ke rumahnya.
Rumah yang memiliki ruangan tamu yang sangat luas dan juga ada meja makan yang sangat besar ditambah lagi pernak pernik yang sangat beragam harganya pastinya mahal melihat semua ini Sofia tidak merasa heran sebab dia sudah sering melihatnya bukan hal yang baru.
Wanita itu masih terus menggandeng tangan Sofia dan tak berkata sepatah katapun hingga mereka masuk di dalam lift diikuti juga dengan kereta dorong itu Sofia bisa melihat bayi itu tersenyum dalam tidurnya, rasanya dia ingin mengendong dan memeluk bayi itu.
"Setelah nanti kamu bersih, baru bisa memegang bayi itu kasihan tahu kalau terkena kuman atau hal yang tidak baik dari luar rumah." kata Wanita seakan tau yang dipikiran Sofia.
Sofia pun hanya tersenyum hingga mereka pun keluar dari lift dan terlihatlah ruangan televisi yang sangat luas dan ada lorong dengan begitu banyak kamar disana. Tetapi dengan jelas Sofia bisa melihat ada laki-laki yang masih duduk dengan santai melihat kearah televisi.
"Hai jagoan, kamu masih tidurkah? Ayo kita ke kamar ya biar kamu lebih leluasa tidurnya" Febri mengendong anakku dengan mudahnya, "Dan kamu bisa ikut denganku ke kamar" Dia memilirik Sofia dengan tajam.
"Feb, kamu ini jahat sekali sih dengan Sofia. Bik kamu bisa melanjutkan tugasmu, sayang ayo ke kamarmu akan Mama tunjukan ya," Dia merangkulku, "Mulai sekarang anggaplah aku ini sebagai Mamamu ya." katanya sambil membuka pintu kamar.
Kamar yang luas dengan adanya tempat tidur yang besar di kanan-kirinya ada dua lampu tidur yang indah ditambah lagi ada tempat tidur bayi disana dan juga ada sofa yang terlihat cantik dengan warna pastel yang mendominasi kamar itu.
"Bagaimana kamu suka dengan kamar ini 'kan?" tanya Irana kepada Sofia.
"Udah pasti dia sukalah, ini warna kesukaan dialah. Udah minggir aku mau taruh jagoan kecil ini dulu." bentak Febri.
"Kamu itu kenapa sih marah-marah aja sama Sofia, apalagi sebentar lagi kamu akan menikah dengannya jadi bersikaplah yang sopan gitu loh, Sofia kamu bisa mandi dulu disana ada yang harus Mama bicarakan denganmu. Mama tunggu disini ya." kata Irana.
"Baik Nyonya." kata Sofia meninggalkan Ibu dan Anak itu masih aja berdebat.
Sang anak hanya bisa terdiam ketika Ibunya mulai berbicara banyak hal, tanpa sekalipun dia membantah perkataan Ibunya dan pada akhirnya dia pun mengalah pada Irana. Sofia yang didalam kamar mandi pun dia tersenyum senang mendapatkan pembelaan dari Irana, dengan cepat Sofia menyelesaikan acara mandinya tanpa harus berlama-lama di kamar mandi.
Sofia membuka pintu kamar mandi dengan rambut yang dicepol keatas dan baju daster merah yang terlihat indah dipakainya. Lalu diduduk di sebelah Irana.
"Makanlah ini supaya ASImu bisa keluar dengan banyak ya." Irana memberikan camilan kepada Sofia.
"Aku tahu ini mungkin terlalu cepat buat kamu, Tapi sejak aku melihatmu dan anak itu rasanya hatiku ini tersentuh dan ingin menjadikan kamu bagian dari keluargaku. Aku melihat anak itu langsung menyanyanginya seakan tidak ingin dia pergi dari hidupku, begitu juga denganmu aku ingin melindungimu, Sayang." kata Irana mematap Sofia.
"Akulah memaksa Febri untuk menikahmu dengan perjanjian kontrak tersebut, tapi aku yakin kalau kamu dan anakku itu sangat serasi dan akan saling mencintai satu sama lain. Sayang kamu tidak perlu khawatir dengan sikap Febri seperti itu. Aku cepat atau lambat dia akan bersikap manis kepadamu." Irana mendekati anak Sofia yang menangis.
"Peluklah dan berikan ASI kepadanya, aku akan mengajarimu," Irana memberikan cucunya kepada Sofia, "Baik Nyonya" kata Sofia.
"Jangan memanggilku begitu, panggil dengan sebutan Mama ya sayang." Irana membantu Sofia menyusui anaknya.
Tak terasa Sofia menangis menatap anaknya yang begitu tampan dan gendut, kulitnya putih bersih dengan hidung yang mancung. Irana yang melihat itu langsung memeluk Sofia dan mengelus rambutnyaa.
"Percayalah sayang, akukan menjagamu dan anakmu ini. Kami disini untuk kalian, jangan ada kesedihan lagi ya." Irana mengecup puncak kepala Sofia, Sofia hanya bisa menangis dan mengganggukkan kepalanya.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Semua orang terkejut ketika tersiar berita bahwa Raivan Bertolius telah bertunangan. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pengantin wanita yang beruntung itu dikatakan hanyalah seorang gadis biasa yang dibesarkan di pedesaan dan tidak dikenal. Suatu malam, wanita iru muncul di sebuah pesta dan mengejutkan semua orang yang hadir. "Astaga, dia terlalu cantik!" Semua pria meneteskan air liur dan para wanita cemburu. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa wanita yang dikenal sebagai gadis desa itu sebenarnya adalah pewaris kekayaan triliunan. Tak lama kemudian, rahasia wanita itu terungkap satu per satu. Para elit membicarakannya tanpa henti. "Ya tuhan! Jadi ayahnya adalah orang terkaya di dunia? "Dia juga seorang desainer yang hebat dan misterius, dikagumi banyak orang!" Meskipun begitu, tetap banyak orang tidak percaya bahwa Raivan bisa jatuh cinta padanya. Namun, mereka terkejut lagi. Raivan membungkam semua penentangnya dengan pernyataan, "Saya sangat mencintai tunangan saya yang cantik dan kami akan segera menikah." Ada dua pertanyaan di benak semua orang: mengapa gadis itu menyembunyikan identitasnya? Mengapa Raivan tiba-tiba jatuh cinta padanya?
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!