img Perjanjiaan Pranikah  /  Bab 4 Awal Bertemu | 57.14%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Awal Bertemu

Jumlah Kata:2700    |    Dirilis Pada: 20/07/2022

k membangunkan anaknya karena takut mengganggu tidurnya, sepertinya semalam dia tidak tidur karena menjaga

ara ngantuk banget.” Febri pun segera membersihkan bada

arus menunggu sofia selesai dulu barulah dia masak mie instan sepertinya. Saat Sofia berbalik dia kaget

ar ya kebetulan aku masak nasgor

nya tidak suka masakanmu tapi ya sudah ini karena kamu mem

senyum sambil memakan nasgornya yang dia bikin

da dengan Febri yang masih memikirkan Sofia yang sangat perhatian dan terkesan sangat lem

isku untuk mengkosongkan acara apapun di waktu weekendku. Aku pun juga harus menyiapkan men

u masih mencintaiku sampai dengan detik ini ak

sih? Tapi bukanya semua pesan itu sudah disaring oleh seker

melepaskan semua beban pikiran yang ada saat ini membuatnya mengalami banyak sekali tekanan, tetapi dia bersyukur sa

bri sudah bangun dan mulai kesibukannya yang mengantar Ibunya kesana-m

tuk melonggarkan persendian mereka, tak butuh waktu lama acara pijat selesai kami pun mengobrol dan bermain bersama dengan Alvin yang semakin g

a dijalan itu, bahaya tahu kalau kamu begitu.

tuh ke tanah yang lembab. Langit semakin gelap dan ada kilatan-kilatan cahaya. ‘sepertinya akan turun hujan, kemana lagi aku harus

m ini sayang’ batin Sofia . Sofia duduk di sebuah pos ronda, rasanya kakinya lelah dan perutku sakit karena terlalu lama berjalan. Tiba-tiba g

ni untuk menuju ke rumah sakit yang letaknya entah ada dimana. ‘Ya Allah, tolonglah aku ini selamatkan aku dan anakku ini’ batin Anita. Berjalan dan t

i tidak ada satu pun yang mau menolongnya. Dia merasa sudah tidak kuat, kepalanya pusing, kaki bergetar hebat, dan perut semakin

ng… saya, saya mohon.” Ucap Sofia dengan matanya tertutup. Yang Sofia dengar ban yang berdecit dengan kerasnya. “Anda sudah gila ya! Mau mati ya!” teriak laki-laki. Dengan cepat ada laki-lak

n bagaimana kamu bisa hadir da

nernya dia tidak senang menghadiri acara seperti ini. Tapi kali ini dia menghargai undangan sahabat. Rasa gelisah berada di keru

alu ada disampingmu.” kata ibu. Kata-kata ibu selalu mampu menghilangkan ketakutan dan kegelisahanku. Febri tersenyum da

mengenal beberapanya yang merupakan relasinya juga, kami saling menyapa dan berbincang sebentar. Di depan ada panggung yang dihiasi balon dan pita,

memeluknya. “Ya, kali gue enggak datang. Lo sahabat gue. Selamat ya bro… aku bareng nyokap nih.” Rio langsung menyalami ibu. “Terima kasih tan

Ibu tidak pernah berhenti menyentuh tangannya, seakan dia tahu apa yang dirasakan dan pikiran Febri saat ini. Ibu selalu memb

ada kilatan cahaya, pertandakan turun hujan. Febri segeara mengajak ibunya ke mobil, agar tidak kehujanan. Didalam mobil tidak ada yang pembi

an mobilnya melawan derasnya hujan. Jarak antara rumah dan tempat acara sahabatnya itu agak jauh butuh waktu saju jam untuk bolak balik. Ini membuat

t, bahaya juga terus begini.” seru ibunya. Tiba-tiba dari kejauhan, Febri melihat ada seorang yang berjalan ke tengah jalan. ‘mungkin dia ingin menyebrang. Tapi mengapa dia malah tetap dis

n langsung jatuh pingsan, dengan segera Febri memegangnya. Ibunya yang masih menenangkan diri, seketika melihat anaknya memegang seorang wanita. “Kenapa d

hamil gini. Masa kita tega meninggalkan dia.” seru ibunya. Febri tidak bisa bicara lagi setelah melihat tatapan tajam ibunya

mengandung, tapi di kakinya ada darah. “Lebih cepat lagi, Nak. Ada darah di kakinya, ibu takut terjadi sesuatu” kata Irana cemas. ‘Semoga tidak terj

ni dia, saya mohon!” seru Irana dengan cemas. “Kami akan melakukan yang terbaik ya, bu. Mohon bersabar.” kata dokter. Febri menenangkan ibunya dan mengajaknya duduk. “diakan baik-baik saja bu, tak

ter. Febri dan ibunya segera mengikuti dokter tersebut. “Bapak dan ibu apakah keluarga dari wanita tersebut? Wanita itu harus segera dioperasi untuk menyelamatkan ana

g jawab untuk ini?” tanya Febri pada ibunya. “Dok, tolong lakukan apapun untuk menyelamatkan keduanya. Saya mohon dok, anak saya yang akan menjamin semuanya.

tiba-tiba air matanya jatuh. Dia memengang tangan wanita itu dan mendekatkan bibirnya ke telinga wanita itu. “Kamu akan baik-baik saja, doaku sela

tertutupi selimut. Walaupun wajahnya tertutupi dengan selang oksigen, itu tidak bisa menutupi wajah c

keningnya. Febri melihat begitu sayangnya ibu kepada wanita ini yang tidak dikenalnya. Pintu operasi masih tertutup rapat, tanda operasinya bel

ata perawat rumah sakit. Irana langsung memeluk Febri dan bersyukur dengan keadaan wanita dan bayinya selamat. Febri merasa senang seperti yang dirasakan ibunya. Tiba-tiba pintu o

ak pucat, badannya kurus dan lemah tapi ada senyum indah di bibir pucat itu. “Mari, bapak kita ke ruangan perawatan” Febri mulai tersadar kembali dan memper

engang pipi bayi munyil itu. Tiba-tiba tangisan berhenti dan bayi itu tersenyum, mungkin dia merasa nyaman dengan Irana. Bayi itu masih di dalam

engirimkan pesan kepada asistennya. Tiba-tiba ada ketukan dipintu, Febri melihat ibunya masuk dengan senyuman di wajah cantiknya. “Kamu tahu, Nak. Anak wanita ini laki-laki

akan bikin perjanjiannya kalau kamu menolak semua hartamu akan menjadi miliknya oke kamu siapkan dengan resikonya,” kata Irana dengan mudah

dia sudah besar dan bisa melakukan sesuatu yang diluar batas. Bahkan kalau pulang telat sedikit saja dia sudah kena omelan habis

anya hidup berdua di rumah, yang pasti Ibunya ingin akan kembali pulang agar tidak lagi merasa kese

inya di depan mobil untung saja tadi aku tidak terlalu kencang. Bisa aja sekarang ak

inggalkan pekerjaannya. Irana yang sudah senang bisa pulang kerumah dengan membawa bayi itu dia merawatnya dengan telaten. Sudah lama dia

i selama di Rumah sakit, kamu itu harusnya berterim

menolong aku dan anakku bahakan sampai sekarang di

tidur dulu besok sepertinya adalah hari yang cukup beraat kita har

unjukan kalau dia mengantuk sama sekali. Sepertinya Alvin akan begadang dengan Ibunya. Terpaksa harus men

dur ya, Nak kenapa

siang kamu jadinya jam segini mesti bangun ya sayang.” Sof

lau hari acara pernikahan dan mereka harus sampai ditempat acara di pagii hari. Rasanya masih mengantuk padahal

acaranya.” Bik Imah membangunkan Sofia samb

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY