Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / YEARNING WOUND
YEARNING WOUND

YEARNING WOUND

5.0
5 Bab
13 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Revan tidak akan pernah menyadari sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan. Selama ini hidupnya cukup kerja, kerja, dan kerja. Untuk masalah hidup percintaan, tidak pernah sama sekali pada di benaknya. Tetapi, satu hal yang tidak bisa dia tinggalkan. Ketika terhubung soal kasus dan masalah, Revan selalu turun tangan untuk menyelesaikannya. Hal itu membuat dirinya sangat frustrasi. Revan harus melindungi dan menjaga seseorang yang sebenarnya bukan urusannya. Namun hal ini sangat penting dan harus diselesaikan sebaik mungkin. Menyangkut masalah seorang wanita. Revan tidak pernah ikut campur soal hubungan rumah tangga seseorang. Ketika sudah terjadi, Revan harus mengorbankan semua demi wanita yang memang bukan siapa-siapa. Apakah suatu saat nanti Revan bisa bertemu lagi dengan wanita yang sudah mengisi hidup dalam kekosongan?

Bab 1 Diary.

Seyakin apa kamu melakukan sesuatu yang bukan hak milikmu. Jikalau kamu yakin dan percaya itu ada, pertahankan dia. Kenapa harus mendiami, kenapa harus membiarkan dia melakukan seorang diri. Itu akan membuat kamu semakin menderita jika kamu memang sangat mengharap dia ada untukmu.

Kita tidak akan tau, kekuatan mana yang akan memberi kesempurnaan. Kita perlu melakukan satu meskipun perbedaan jarak tidak sama. Kita selalu mendapat perselisihan, bahkan perselisihan itu membawa sebuah faktor unsur yang sangat simpel.

Aku akui, kamu mencintainya, tapi bukan cara kamu membisu, dan melihat dia secara senyum yang hampa. Apakah bisa kamu seperti ini terus. Melepaskan dan merelakan dia, dimana janji yang kamu berikan untuknya. Sampai kapan kamu berdiri tegap di sini. Tetapi perasaanmu perlahan-lahan akan lenyap.

Kejar dia jika kamu merasa dapat berikan lebih dari kebahagiaan dia alami. Kejar dia, jika kamu tidak akan pernah lagi melepaskan dan merelakan semua yang bukan miliknya. Kejar dia, jika kamu ingin menggenggamnya meskipun terakhir kalinya.

"Sedang nulis apa, sih?" ke kepoan Sania mulai menjadi-jadi.

Selama ini Sania memang tergolong cewek paling acuh urusan kepribadian para laki-laki. Tetapi ini akan jauh berbeda. Sania belum pernah merasakan sikap seorang kakak laki-laki yang selalu dia panggil abang.

Sejak Anita melahirkan dan Anita dipulangkan ke mantan suaminya. Bukan mantan suami. Anita belum resmi bercerai. Hanya masalah biasa harus dibawa ke masalah serius.

"Cuma tulis laporan peraturan baru buat bos nanti," jawabnya segera dia menyudahi buku tulis yang sangat tebal.

Sania memasang kurang yakin dan kurang puas dengan jawaban dari Revan. "Laporan? Peraturan baru?"

"Iya, kemarin bos telepon gue, katanya ada peraturan buat anggota yang baru datang ke kota ini. Bos ingin buat peraturan agar gak ada kejadian-kejadian kayak tahun-tahun sebelumnya," kata Revan, memasukkan buku itu ke laci meja dan tidak menguncinya.

Sania memperhatikan meja itu, Sania masih bersikap biasa. Bertanya seraya seperti pembahasan kantor dan pekerjaan. Sania bukan cewek yang blak-blakan. Kadang blak-blakan itu juga tergantung suasana hatinya.

"Peraturan apa tuh? Bukannya peraturan kemarin lu buat masih berlaku? Belum kadarluarsa loh?" Revan tercegah. Dia mencoba mencari alasan lain.

"Kata bos itu uda gak berlaku lagi," ucapnya cepat.

"Masa?"

"Iya, uda, ah. Elu makin hari makin bawel," Revan beranjak dari duduknya dan segera ke kamar buat mandi.

"Elu gak rindu sama Anita?" tetiba Sania menyebutkan nama itu saat Revan baru mengangkat ke kamar mandi.

Revan kembali tercegah diam, Sania berjalan dan membuka isi laci yang masih terpasang kunci di sana. Dibukanya buku itu dimana Revan tadi tulis. Revan menoleh dan menatap Sania sangat tajam.

"Abang gak perlu menyimpan sendiri. Gua tau Abang sangat rindu padanya, kan? Kenapa gak kejar dia?" tutur Sania, berikan peluang untuk Revan.

Revan belum menyahut. Dia masih berdiri di sana. "Bang, bagaimana pun Anita uda bagian hidup kita. Bagaimana hidupnya? Saat dia melewati semua rintangan yang ada. Dia mempertahankan kandungan itu meskipun dia harus hancur. Gua tau, Abang memilih diam, memilih untuk menjaga perasaannya, melindungi atas perintah. Tapi gak salah Abang mengejar walau itu kesempatan, kesempatan gak akan bisa mengubah sedia kala," papar Sania.

Sania juga merasakan itu. Dia sangat menyayangi Anita seperti saudara kakak perempuan. Bahkan dia juga sangat mencintai Anita seperti kekasih atau sosok ibu yang kuat. Sampai kini Sania baru merasakan betapa kehilangan orang sudah anggap bagian hidup mereka. Merasa utuh. Penuh segala canda dalam suka duka.

Setelah Herbert dipulangkan pelukan keluarga sesungguhnya. Mungkin Sania ingin memohon kepada laki-laki itu untuk mempersilakan Anita menetap terus di sini. Itu tidak akan mungkin bagi Sania. Karena Sania tidak berhak memerintahkan itu semua. Sania bukan perempuan merebut kebahagiaan. Mungkin Anita memang sudah pantas kembali dipangkuan laki-laki yang benar-benar dia cintai dan untuk anaknya.

"Gua gak rindu dia. Dia sudah bahagia dengan laki-laki dia cintai. Gua hanya diperintah buat lindungi dan menjaganya. Bukan mengikatnya. Dia bebas untuk memilih bersama siapa. Dari awal semua sudah sepakat, gak ada hak untuk saling melukai dan menyakiti," ucap Revan, setelah dia lama diam.

Retakan itu mungkin akan menjadi sisa bekas yang tidak bisa dia sembuhkan. Revan tidak akan pernah menarik semua kalimat-kalimat yang pernah dia ucap. Mengingat itu semua mungkin dia tidak akan pernah menerima dan menyetujui kasus pada wanita itu.

Namun semua telah terlanjur, Revan sudah menganggap Anita adalah wanita yang pantas diberi kasih sayang. Kasih sayang bukan sekadar rasa dan perasaan saling mencintai.

"Yakin, lu gak rindu dia? Terus ini apa?"

Sania menunjukkan sebuah buku tebal dan juga sebuah kotak yang akan dia berikan kepada Anita. Revan tidak menjawab, dia memilih masuk ke kamar mandi. Sania yakin Revan sangat rindu pada Anita.

Beberapa menit kemudian, Revan ke luar dari kamar mandi. Segar rasanya, aroma shampo pun tercium oleh Sania, masih perhatikan buku penuh kalimat di sana. Sania memang tidak mengerti soal Kisi-kisi puisi seperti Revan buat seperti lagu ciptaan. Tetapi, anehnya Sania penasaran mulai sejak kapan si abangnya mulai menyukai tentang tulisan.

"Lu gak kerja? Mandi sana?!" Revan merebut bukunya. Kemudian dia masukan kembali ke laci meja tidak lupa dia kunci. Kunci yang tertempel di sana dia cabut.

Sania mengamati terus sikap abangnya. Sania memang sering suka bikin Revan kesal. Aneh saja, Sania bukan tidak kenal Revan. Seorang adik perempuan pasti sudah tau sifat abangnya gimana.

"Gua heran sama Abang. Mulai sejak kapan Abang suka nulis-nulis puisi? Perasaan ya, gua tau banget kalau Abang gua itu paling anti namanya kalimat puitis, apa jangan-jangan...."

Sania belum selesai ngomong, Revan sudah melempar handuk ke mukanya. Jadinya Sania terdiam. Walaupun Revan sudah selesai berpakaian. "Udah, mandi sana! Gue tinggalin elu tar!"

"Jawab dulu, sejak kapan Abang mulai suka ...."

"Gue tunggu elu di bawah, kalau elu gak kunjung turun gue tinggalin!" ancamnya, kemudian menghilang begitu saja.

Sania hanya bisa menjawab dengan pertanyaan dia tanyain ke Revan. "Sejak mengenal Anita."

Revan masih menunggu sambil mengisap sebatang rokok di tangan, sambil menunggu si adik perempuan yang belum juga keluar dari rumah kontrakan. Tak lama kemudian sebuah ponsel bergetar dari saku celana jins nya. Dia pun mengeluarkan ponsel itu. Dilihat nomor kontak tidak dikenal. Dia kembali mengabaikan nomor itu. Malahan dia menelepon orang lain.

"Sudah belum? Lama banget?!" gerutunya sambil membuang putung rokok dan diinjak hingga kempes tak berbentuk.

Sania keluar dia mengangkat telepon dari sang Abang yang tidak sabaran sekali. "Iya ini juga sudah keluar, sabar dong!"

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 5 Pantai.   08-24 13:45
img
1 Bab 1 Diary.
24/08/2022
2 Bab 2 Kenangan.
24/08/2022
3 Bab 3 Awal cerita.
24/08/2022
4 Bab 4 Khawatir.
24/08/2022
5 Bab 5 Pantai.
24/08/2022
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY