Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Istri Kelima Sang Presdir
Istri Kelima Sang Presdir

Istri Kelima Sang Presdir

5.0
161 Bab
54.1K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Warning! Mature content! Bagaimana rasanya menjadi istri dari seorang Presdir kaya raya yang sangat tampan? Rasanya pasti menyenangkan. Tapi tidak dengan Cassandra, wanita itu dijebak dengan siasat licik yang dibuat oleh laki-laki bernama Bardolf Konstantino. Hanya dalam hitungan detik setelah menandatangani surat perjanjian, Cassandra resmi menjadi istri kelima! Dia langsung direndahkan dihari pertamanya menjadi seorang istri, kenyataan pahit lainnya adalah ketika dia diwajibkan melahirkan seorang anak agar bisa bertahan hidup. Awalnya Cassandra memberontak. Namun dia tidak bisa melakukan apapun saat keluarga Konstantino mengancam akan menghancurkan masa depan adiknya. Pada akhirnya Cassandra hanya perlu mengikuti permainan keluarga ini, hal pertama yang dia lakukan adalah mengambil cinta dari suaminya. Tapi apakah lelaki dingin yang tidak punya hati itu memiliki cinta?

Bab 1 Terjebak siasat licik

[Anda ditangkap atas dugaan kekerasan dan pelecehan seksual, dengan surat penangkapan ini anda boleh diam sampai di kantor polisi dan memanggil pengacara anda]

Itulah kata-kata yang terus mengusik pendengaranku sejak dua hari yang lalu.

Ahhh! Nasib yang sangat buruk.

Seorang polisi membuka sel tahanan dan berkata padaku. “Nona Cassandra, silahkan ikuti saya.”

“Kemana lagi? Apakah saya sudah mendapatkan pengacara? Kapan saya dibebaskan dari sini?" Aku berkata dengan penuh harapan.

"Kasus anda masih berlanjut." Dia berkata dengan sangat tenang, lalu membuka pintu ruangan interogasi.

“Interogasi lagi?!” Aku hampir berteriak sangat kencang karena merasa tidak terima dengan keadaan yang terjadi.

Aku sudah diinterogasi selama lima kali, dengan semua pertanyaan-pertanyaan aneh yang tidak pernah aku lakukan.

“Silahkan masuk Nona,” Ujarnya.

Aku yang sudah lelah berdebat pada akhirnya melangkah masuk, aku melihat tiga orang laki-laki yang dua diantaranya sangat asing, sedangkan satu lainnya adalah perwakilan detektif untukku.

“Duduklah Nona Cassandra.” Detektif yang seingatku bernama Herald itu berucap sangat lembut. Aku langsung duduk di bangku yang dia sediakan.

Mataku melirik sekilas kearah dua orang asing yang di depanku. Perawakan yang sangat menyeramkan dan menawan itu membuat bulu kuduk berdiri.

“Nona Cassandra, dua orang di depan anda adalah korban dari kasus anda saat ini. Apakah anda mengingat mereka?” Pertanyaan yang cukup mengejutkan itu membuatku diam beberapa saat.

“Mereka korban? Tidak salah? Apakah detektif Herald tidak melihat perbandingan tubuh mereka dengan saya? Mata yang sehat pasti bisa membandingkan mana korban dan mana tersangka. Dan saya adalah korban disini!” aku bersungut-sungut saat mengatakan hal tersebut.

“Nona Cassandra, ini beberapa video yang memperlihatkan dengan jelas bahwa anda melakukan kekerasan dan pelecehan seksual pada korban." Herald mengarahkan layar laptop kedepanku, mau tak mau aku melihat apa yang coba dia tunjukkan.

Video di dalam sana memperlihatkan bagaimana aku bertindak seperti orang aneh.

Tunggu dulu? Ini kapan? Ini aku? Bagaimana bisa aku?

Kulihat tanggal kapan dibuatnya video ini.

30 Desember.

Berarti tiga hari yang lalu. Tepat sehari sebelum aku ditangkap.

Coba kuingat-ingat..

Astaga!

Saat itu aku mabuk karena baru saja putus cinta.

"Maaf, sepertinya ada kesalahan. Saat itu aku sedang mabuk dan…"

"Jadi secara tidak langsung anda mengakui bahwa sedang mabuk saat melakukan hal tersebut?" Detektif Herald sepertinya bukan orang yang berpihak padaku, dia sepertinya berpihak pada orang yang menjebak diriku saat ini.

"Bukan, maksudku…" Aku tak mampu membalas ucapannya.

Bagaimana sekarang? Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku bahkan tidak ingat apapun yang terjadi pada malam itu. Apakah aku benar-benar melakukan tindakan bodoh?

"Tuan-tuan, mohon dengarkan penjelasanku. Aku benar-benar tidak sengaja melakukan hal seperti itu pada kalian. Aku mengaku salah, saat itu aku sedang putus cinta dan baru pertama kali minum minuman beralkohol. Jadi aku langsung mabuk begitu saja. Jadi ini sebuah kesalahpahaman." Ujarku dengan sangat yakin.

"Tidak ada kesalahpahaman dari video yang terlihat saat ini Nona Cassandra. Ini bukti yang konkret untuk membuat anda mendekam di penjara selama beberapa tahun." Sekali lagi ucapan Detektif Herald benar-benar menyudutkan diriku.

"Apakah aku bisa mendapatkan keringanan? Maksudku, apakah kita bisa bicarakan masalah ini baik-baik? Tidak mungkin saya dipenjara hanya karena video ini kan? Aku benar-benar minta maaf, tolong maafkan aku dan berikan aku jalan keluar terbaik." Aku berusaha tersenyum semanis mungkin di depan dua orang yang katanya adalah 'Korban'

Namun di mataku mereka bukan korban, tapi seperti pemangsa.

"Nona Cassandra?" Salah satu korban bermata biru mulai berbicara padaku.

"Ya!" Kataku dengan cepat.

"Saya Aaric, apa yang bisa Nona tawarkan pada kami untuk membicarakan masalah ini baik-baik? Kami mengalami banyak kerugian, baik itu dari sisi harga diri maupun mental. Jadi kami harus tahu penawaran seperti apa yang bisa anda janjikan pada kami." Aaric berkata dengan begitu santai, entah kenapa sikapnya yang begitu santai malah membuatku semakin takut.

"Aku, aku punya dua puluh dolar untuk ganti rugi. Apakah itu cukup?" Ujarku penuh harap.

Dua orang korban di depanku saling berpandangan, salah satu dari mereka menaikan sebelah alis seperti meremehkan. "Dua puluh dollar?"

"Ya, bagaimana?" Aku berusaha percaya diri dengan penawaran yang aku lakukan saat ini.

"Apakah anda sedang bercanda? Kami tidak butuh uang, tawarkan hal yang lebih menguntungkan untuk kami." Ujar Aaric.

"Apa? Aku tidak punya apa-apa! Apa yang kalian inginkan untuk ganti rugi selain uang?" Aku mencoba untuk berkompromi, tapi apakah dia punya saran yang tidak akan merugikan diriku?

"Tubuh anda." Ujarnya.

Jantungku langsung berdegup kencang saat mendengar kata-kata Aaric. "Tubuhku? Apakah kalian akan menjual organ dalamku?"

"Tidak, kami mau membuat perjanjian. Baca kontrak ini baik-baik dan langsung tanda tangan." Dia berucap tanpa basa-basi.

Aku hanya melirik sekilas ke arah kertas yang dia banting di depanku. 'Kontrak kerjasama?'

"Jika aku tak mau?"

"Maka saya pastikan anda akan dihukum gantung, tanpa melakukan persidangan apapun." Ujarnya dengan nada sangat serius.

"Aku tidak takut mati." Aku masih mencoba untuk bertahan hidup, apapun yang dia katakan, ini terasa seperti lelucon konyol!

"Maka saya akan menghancurkan adik anda." Setelahnya dia tersenyum dan berusaha mengambil berkas di depanku, namun aku langsung menahan berkas tersebut dengan cepat.

"Kenapa kau membawa-bawa adikku dalam masalah ini! Aku tidak segan-segan merobek wajahmu jika kau menyentuh adikku!" Mataku menatap lekat ke arah matanya, dan dia hanya tersenyum sinis.

"Tanda tangan!" Hanya itu yang dia katakan. Namun aku hanya diam saja sambil menahan berkas tersebut.

"Tanda tangan!" Lelaki di sebelah Aaric sudah menginterupsi keadaan saat ini. Dia bahkan memperlihatkan sebuah foto dimana kepala adikku sedang ditodong dengan pistol.

Dia benar-benar menculik adikku?!

Siapa dia? Dia belum memperkenalkan dirinya sama sekali dan sudah berani mengancamku?

"Apa yang kau lakukan pada adikku?!" Aku menelan ludah susah payah saat melihat foto tersebut.

"Tanda tangan dan aku pastikan adikmu selamat! Apakah kami harus mengatakannya berulang kali?!" Aaric sudah menekan suaranya dengan sangat dalam, hal itu membuatku langsung mengambil pulpen dan membubuhkan tanda tangan secepat mungkin

Bahkan otakku masih belum bisa memproses keadaan saat ini. Aku hanya bisa mengikuti alur yang mereka mainkan, karena mereka memegang kelemahanku.

"Bagus! Sekarang ikuti kami dan jangan banyak bertanya." Aaric berucap pelan. Dia baru bangun dari tempat duduknya setelah lelaki di sampingnya bangun lebih dulu.

Lelaki bermata coklat, itulah dia.

Sepertinya dia pemimpin disini, melihat bagaimana sikapnya yang begitu dingin dan menyeramkan.

Aku menghela nafas panjang, mengikuti mereka keluar dari kantor polisi untuk masuk ke dalam mobil yang sangat mewah.

"Silahkan istriku, masuklah dan duduk di dekatku." Aku hampir tersedak air liur karena mendengar lelaki bermata coklat berkata 'Istriku?' apakah dia sedang mabuk?

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY