/0/9312/coverbig.jpg?v=21d9bc4ea5347318d4e102094147b4c7)
Tuntutan keluarga Anita Artemio agar wanita itu segera memiliki anak membuatnya mengambil jalan pintas. Dengan menyuruh Julian Narendra, sang suami menikahi wanita lain. Reyna Anindira menjadi wanita pilihan Anita. Gaya hidup glamor serta gengsi yang tinggi membuat Reyna setuju untuk menikah dengan Julian dan melahirkan anak untuk mereka. Namun perasaan lain justru timbul di hati Reyna, di mana dia tidak hanya menginginkan harta Julian dan Anita namun juga ingin memiliki Julian seutuhnya. "Aku ingin kau menjadi suamiku seutuhnya!" bentak Rey. "Tapi aku hanya mencintai Anita. Tolong mengertilah," bujuk Julian.
Happy reading....
Hembusan napas yang terlontar dari mulut wanita itu terdengar sangat berat. Pikirannya melanglang buana entah ke mana membuatnya sampai terperanjak saat tangan besar seorang pria melingkar dengan sempurna di pinggang rampingnya. Wanita itu mengangkat dua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.
Kepala wanita itu menunduk dengan tangan kecilnya mengusap lembut tangan yang lebih besar itu seakan mengisyaratkan bagaimana dia sangat merindukan sosok yang tengah memeluknya dengan intens.
Kecupan basah yang mengantar rasa geli menjalar di tubuh wanita itu. Desahan lembut pun terdengar dari kedua belah bibirnya yang terbuka. Dia bahkan tidak sadar memejamkan mata untuk menikmati sensasi itu.
Namun pertanyaan lain yang tidak sesuai dengan isi hati justru terlontar begitu saja.
"Kenapa kau di sini, Julian?" tanya Anita Artemio dengan susah payah karena pria yang baru saja ia sebut namanya itu terus memberikan kecupan di sekitar lehernya. Tidak bisa dikatakan kecupan juga karena lidah pria itu bermain di sana. Menggoda Anita.
"Aku merindukanmu," lirih Julian Narendra melanjutkan aktifitasnya.
Kata yang tak perlu penjelasan lagi. Anita menghela napas lalu melepaskan tangan Julian dari tubuhnya dengan pelan. Berbalik untuk menatap pria yang telah menjadi suaminya hampir lima tahun itu.
"Kenapa, Sayang? Apa kau tidak merindukanku?" tanya Julian dengan wajah memelas. Kemeja yang sedikit terbuka di bagian dada dan tataan rambut yang biasanya sangat rapi kini terlihat berantakan.
Sial! Itu malah membuat Julian terlihat sangat seksi.
Pria dengan tinggi 180 cm itu meraih tangan Anita namun lagi-lagi wanita itu menghempasnya cukup kuat.
"Jika kau terus di sini, lalu kapan kita akan punya anak?" tanya Anita membuat raut wajah Julian berubah. Mata elang pria itu menatap tajam.
Haruskah sang istri membahas hal itu dalam situasi ini? Sungguh Julian sangat muak seakan tidak ada lagi pembahasan lain yang bisa mereka bicarakan saat bertemu.
Tanpa basa basi, Julian menarik tubuh Anita untuk merapat dengan tubuhnya. Dia mencium bibir Anita dengan brutal. Walau sempat mendapat perlawanan, pada akhirnya wanita bersurai panjang itu pasrah dengan apa yang dilakukan sang suami padanya.
Lagi pula dia sendiri tidak bisa berbohong. Anita merindukan Julian. Merindukan semua sentuhan Julian yang membuat darahnya berdesir kuat.
Anita menerima segala apa yang diperbuat Julian pada tubuhnya. Menerima segala afeksi yang diberikan oleh suaminya tersebut sambil mendesah menyebutkan namanya.
"Eugh ... aahh ... Julian ...."
Julian benar-benar lelaki yang hebat karena bisa membuatnya melayang hanya dengan sentuhan tangannya.
"Julian ... kau sangat hebat, sayang ...."
Bahkan untuk sekedar bernafas saja Anita sampai kepayahan. Selihai itu Julian memainkan segala titik paling sensitif ditubuhnya.
Julian sendiri pun sangat menikmati setiap momen yang hanya Anita yang bisa menciptakannya. Mendengar wanita itu memanggil namanya dalam balutan kenikmatan adalah hal yang membuat Julian tak bisa mengontrol dirinya lagi untuk segera mengunjungi wanita itu.
Dengan tergesah, Julian melepaskan semua yang ada pada tubuhnya dan Anita. Hingga mereka tak berbalut apa-apa lagi. Sejenak Julian tertegun seraya menelan salivanya berat melihat sang istri. Sudah bertahun-tahun berlalu namun Anita masih sama seperti saat mereka pertama bertemu. Masih wanita yang membuat Julian tergila-gila.
Kecupan kembali Julian berikan di bibir tipis Anita lalu berbisik, "Kau sangat cantik, Sayang," puji Julian membelai wajah Anita.
Anita membuka matanya. Tersenyum penuh arti namun itu hanya bertahan beberapa detik. Saat dua jari Julian dengan lihai mengobrak-abrik di bawah sana, Anita kembali hanyut dalam kenikmatan.
"Sssthhh ... ahh ...." Anita terus meracau tak karuan hingga dia hampir mencapai puncaknya, Julian berhenti.
"Kenapa kau berhenti?" tanya Anita dengan raut wajah kecewa.
"Tidak sekarang, sayang," kata Julian beralih menindih tubuh wanita itu.
Namun bukannya segera menuntaskan hasrat, Julian malah dengan sengaja menggoda Anita.
"Eugh ... Julian! Jangan menggodaku seperti itu!" geram Anita.
"Memohonlah!" Terkadang Julian bak seorang dewa yang ingin dipuja.
"Julian ... aku moh---akh!"
Namun belum sempat Anita meneruskan ucapannya Julian sudah menembus pertahanannya. Mata Anita terpejam kuat. Rasanya panas, sesak dan penuh.
Gerakan yang semula lambat beransur semakin berantakan. Suara yang tercipta dari penyatuan mereka pun membuat hawa panas semakin terasa. Cucuran keringat membahasi tubuh keduanya.
"Bahkan kau tahu jika hanya kau yang bisa membuatku gila seperti ini, Anita," kata Julian tanpa menghentikan gerakannya.
"Akh ... Julian. Tapi aku menginginkan anak dari wanita itu," balas Anita merasa dirinya benar-benar hancur di bawah kendali sang suami.
Julian menghentikan sebentar kegiatannya menatap sang istri yang sudah kepayahan berada di bawah kuasanya.
"Aku tidak perduli dengannya, Anita. Yang kuinginkan hanya kau!" kata Julian penuh penekanan.
Julian memejamkan matanya erat seiring dengan dia membenamkan miliknya lebih dalam lagi di inti tubuh sang istri.
Dalam hati dia menjerit, kenapa dia harus terjebak dalam situasi seperti ini? Bercinta dengan wanita lain tidak akan bisa membuat Julian merasa puas. Hanya Anita. Bahkan saat bersama wanita itu, Julian akan membayangkan Anita yang melenguh di bawahnya.
Tak pernah bisa ia lupakan saat dipaksa menikah dengan wanita yang sama sekali tidak dicintainya. Namun kenapa Anita malah terlihat senang bahkan tersenyum paling lebar saat itu?
Hatinya sakit.
Hancur.
Semakin hancur saat menghadapi kenyataan kalau istrinya tidak dapat mengandung anaknya. Alasan yang mendasari dia harus rela menikahi wanita itu.
Julian makin mempercepat gerakannya hingga putihnya tiba. Mereka berdua sama-sama berteriak saking nikmatnya penyatuan tersebut.
Julian jatuh di samping Anita yang sama-sama terengah. Hening untuk beberapa saat hingga Julian bangkit dari tempat tidur dan memakai kembali pakaiannya. Menyelimuti tubuh telanjang Anita dengan selimut lalu menegecup keningnya.
"Aku hanya mencintaimu, Anita. Ingat itu," kata Julian membuat wanita yang masih terlihat sayu itu tersenyum manis. Tangannya terangkat untuk mengelus pipi Julian.
"Aku tahu. Jadi segera buat wanita itu hamil agar kita segera lepas darinya," kata Anita.
"Apakah itu membuatmu bahagia?"
Anita menggeleng seraya masih mempertahankan senyumnya. "Bukan hanya aku, tapi kita akan bahagia bersama, Julian."
Julian menghadiahi bibir tipis Anita dengan sebuah kecupan singkat. Mengambil kemejanya lalu segera memakainya.
"Aku akan pergi sekarang!" kata Julian.
"Julian, tunggu!" tahan Anita bangun dari tempat tidur seraya menahan selimut tadi untuk tetap menutup tubuhnya.
Pria itu berbalik menatapnya. "Ada apa, Sayang?" tanyanya lembut.
"Aku mencintaimu." Ucapan yang begitu spotan dari mulut Anita.
Julian terkekeh kecil. Mendekati Anita lagi. Lagi dan lagi ciuman yang menciptakan suara kecapan terdengar.
"Aku lebih mencintaimu, Anita," kata Julian. Bahkan pancaran matanya tidak pernah bisa berbohong bagaimana dia sangat mencintai Anita.
Ucapan cinta yang diiringi dengan perlakuan manis terus dilakukan pasangan suami istri itu. Melupakan sosok yang sejak tadi berdiri di depan pintu yang entah sengaja dibiarkan. sedikit terbuka atau tidak. Agar dia bisa menyaksikan pemandangan yang membuat hatinya berdenyut sakit.
Sosok itu menyapu kasar air matanya. Mengepalkan tangannya kuat kemudian berlalu dari sana. Hal yang seharusnya dia lakukan sejak tadi.
To be continue.....
Hera Altezza harus rela terjebak dalam sebuah perjodohan bersama Jayden Xavier. Menikah tanpa cinta membuat Hera merasa jika pernikahannya tidak akan bertahan lama. Namun perhatian dan kebaikan Jayden membuat Hera luluh dan jatuh cinta pada pria itu. Tapi siapa sangka jika semua kebaikan yang dilakukan Jayden semata-mata bentuk balas dendamnya pada Hera. Karena perjodohannya dengan Hera membuat Jayden tidak bisa menikah dengan Elena Darwin, kekasihnya. Balas dendam Jayden bukan hanya membuat Hera kecewa dan sakit hati namun juga membuatnya terjebak dalam pernikahan penuh derita. Diduakan, diperlakukan tidak adil bahkan dianggap tidak ada. Hingga Hera bertemu dengan Haidar Pratama. Seorang pria yang bersedia membantu Hera. Tapi kembali lagi, bantuan Haidar tidaklah cuma-cuma karena ada alasan di balik itu yang berkaitan dengan masa lalu Hera. "Aku ingin lepas darinya, namun akan banyak yang terluka karena perpisahan ini," Hera Altezza. "Jika kau ingin tetap bersamaku ... ceraikan Hera secepatnya," Elena Darwin. "Hal itu tidak bisa kulakukan sebelum balas dendamku selesai, lagi pula aku butuh dia untuk kepentingan bisnisku," Jayden Xavier. "Aku akan membantumu lepas dari pria itu ... namun sebagai imbalannya kau harus jadi milikku, bagaimana?" Haidar Pratama.
Kupejamkan mataku, dan kukecup bibirnya dengan lembut, dia menyambutnya. Bibir kami saling terpaut, saling mengecup. Pelan dan lembut, aku tidak ingin terburu-buru. Sejenak hatiku berkecamuk, shit! She got a boyfriend! Tapi sepertinya pikiranku mulai buyar, semakin larut dalam ciuman ini, malah dalam pikiranku, hanya ada Nita. My logic kick in, ku hentikan ciuman itu, kutarik bibirku mejauh darinya. Mata Nita terpejam, menikmati setiap detik ciuman kami, bibir merahnya begitu menggoda, begitu indah. Fu*k the logic, kusambar lagi bibir yang terpampang di depanku itu. Kejadian ini jelas akan mengubah hubungan kami, yang seharusnya hanya sebatas kerjaan, menjadi lebih dari kerjaan, sebatas teman dan lebih dari teman.
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Rubby sudah merasakan berbagai jenis cinta, sekaligus berbagai jenis ranjang dan desahan, namun akhirnya dia tersudut pada sebuah cinta buta dan tuli yang menjungkir balikkan kewarasan dia, meski itu artinya... TABU, karena seseorang yang dia cintai, adalah sesorang yang tidak seharusnya dia kejar. Ruby hanyalah gadis di pertengahan tiga puluh tahun. Meski begitu, tubuhnya masih terawat dengan baik. Pinggangnya masih ramping tersambung oleh lengkungan indah pinggul yang tidak berlebihan meski kentara jelas.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.