Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Suamiku Mafia Mendunia
Suamiku Mafia Mendunia

Suamiku Mafia Mendunia

5.0
7 Bab
232 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Kehilangan kedua orang tuanya, membuat seorang pria tampan dengan kecerdasaan di atas rata-rata, yang dulunya dia adalah sosok yang baik hati dan ramah. Namun, kini ia berubah menjadi sosok yang keji di mata masyarakat. Dia adalah Dewa, terkenal sebagai seorang mafia yang mendunia. Ternyata di balik kekejamannya, ada rasa sakit dan dendam yang tidak dapat dilupakan. Namun, takdir justru membawanya kepada Era, seorang gadis yang merupakan anak dari musuhnya sendiri. Gadis itu begitu lugu, dan penuh keceriaan. Sayangnya, ia tinggal dengan Om dan Tante yang gila akan harta. Lalu bagaimana jika keduanya saling jatuh cinta?

Bab 1 The Beginning Of Everything

Pukul 12 malam.

Di sebuah klub mewah dan berkelas terdapat seorang wanita dengan pakaian super sexy-nya berbaring di atas ranjang besar berseprei putih bersih. Wanita berbibir sensual dengan lipstik pink bertekstur matte itu sedang menanti seseorang pria dari dalam kamar mandi. Ya, hari ini seperti biasa dia bersenang-senang sembari melakukan pekerjaan tiap malamnya. Wanita itu adalah Claudia Easter Fergie.

Pintu kamar mandi VVIP klub pun terbuka, menampilkan seorang pria tinggi berotot yang berjalan ke arah wanita yang sudah siap melayaninya malam ini. Dewangga Ardino Miller, sosok pria tampan, pintar, keji dan senang bermain dengan para pelacur itu tidak akan segan-segan membunuh semua orang yang ingin menghancurkan hidupnya.

Wanita dengan pakaian super sexy-nya bergelanyut manja di tangan kekar Dewa. Karena malam ini ia akan dimanjakan olehnya.

“Baby, malam ini kau tidur bersamaku lagi kan?” tanya Claudia, wanita pelacur itu kepada Dewa.

Dewa menyunggingkan senyuman tipis tampannya sebagai jawaban. Merasa senang akan ditiduri oleh Dewa, wanita pelacur itu langsung menyambar bibir Dewa dengan sangat rakus. Dewa mencoba menyeimbangi kerakusan wanita pelacur itu.

“Baby, aku suka bibir manis ini,” ucap Claudia, di sela-sela pergulatan bibir mereka.

Dewa tidak menanggapinya, dia asik mempermainkan wanita pelacur sampai wanita itu menikmati setiap inchi sentuhan yang diberikan oleh Dewa.

Ketika Claudia ingin membuka beberapa kancing baju Dewa dan ingin membuat Dewa asik bercumbu bersamanya, tiba-tiba ponselnya berdering. Dewa menghentikan aktivitas bercumbunya dan melihat siapa yang berani meneleponnya malam-malam begini. Ternyata telepon itu dari anak buahnya. Dewa memberikan isyarat kepada Claudia untuk menunggu. Tak lupa, ia juga menghidupkan sebatang cerutu sembari menerima telepon itu. Dewa menyesap cerutu yang ada di jarinya sesekali saat berbicara dengan anak buahnya melalui telepon.

“Bereskan dia! Saya akan sampai di markas lima belas menit lagi!” Telepon tertutup. Dewa kembali ke ranjang untuk mengambil jasnya, setelah itu ia akan pergi ke markas tanpa melanjutkan malam yang indah bersama pelacur itu.

“Kau mau ke mana, Babe? Kita belum selesai bercumbu.” Dewa tergesa-gesa karena ada beberapa hal yang harus segera ia tangani.

“Kita lanjutkan lain kali, Sayang,” ucap Dewa.

Sebelum ia pergi, Dewa ingin mematikan cerutunya, namun ditahan oleh Claudia. Wanita itu merebut cerutu dari jari Dewa. Kemudian, ia menyesapnya dan menghembuskan asap cerutu ke wajah tampan milik Dewa. Claudia tersenyum.

“Setidaknya cerutu bekas bibirmu ini sebagai obat, karena tidak jadi bercumbu denganmu malam ini.”

Dewa terkekeh, ia tidak peduli apa yang dikatakan oleh pelacur itu. Meskipun terlihat menggoda, tapi baginya pelacur tetap pelacur.

Malam ini rasanya sangat gelap dan dingin dibandingkan dengan malam-malam sebelumnya. Seorang pria terlihat dari kejauhan turun dari mobil alphardnya sembari membawa dua pistol di kedua tangannya yang sedang diputar-putarkan. Siapa lagi kalau bukan Dewa.

“Di mana si bajingan itu?” tanya Dewa kepada anak buah penjaga markasnya.

“Sudah berada di dalam kerangkeng, Tuan.”

Dewa tidak menjawabnya dan langsung masuk untuk menemui pria tua bermasalah itu. Di penjara bawah tanah sana, tempat para musuhnya di kerangkeng –dia sosok pria yang berusia kurang lebih empat puluh tahun itu berteriak minta dibebaskan.

“Dewa! Bebaskan saya dari sini! Atau kamu tahu akibatnya!” Pria separuh baya itu berteriak ke arah Dewa sembari memberontak minta dibebaskan dari dalam ruji-ruji kerangkeng itu.

“Diam anda!” Salah satu anak buah Dewa mencoba memperingatkan pria separuh baya itu agar nyawanya tidak terancam.

“Saya tidak akan diam sebelum kalian lepaskan saya!” Dewa yang jengah melihat perilaku pria separuh baya itu berteriak terus-menerus minta dibebaskan, akhirnya tanpa basa-basi Dewa langsung mengarahkan pistolnya ke badan pria itu tanpa permisi.

DORR DORR!!

Dua kali tembakan mengenai tubuh pria separuh baya itu dan artinya dua peluru juga yang bersarang di tubuhnya. Semua tawanan Dewa terperangah kaget dan langsung beringsut memundurkan dirinya ke belakang. Mereka tidak mau tewas seperti pria paruh baya tadi.

Dewa tersenyum smirk dan menatap semua tawanan yang berada di selnya malam ini.

“Kalian tidak diam akan bernasib sama seperti pria tadi! Paham!!!” ucap Dewa sarkas dan duduk di kursi hitam miliknya.

Tiba-tiba datanglah salah satu anak buah Dewa yang merupakan anggota dari black Gengster. Black Gengster sendiri yaitu team yang dibentuk untuk mencari musuh terbesar dari Dewa. Termasuk mencari Jonas Javankes –salah satu musuh bebuyutannya.

“Apa kau sudah menemukan di mana keberadaan Jonas Javankes, Raille?” tanya Dewa, pria keturunan Eropa asli itu kepada tangan kanan kepercayaanya. Mata Dewa menatap tajam ke sosok pria jangkung yang ada di hadapannya saat ini. Dia –Raille Vernandoz, pria asal Amerika yang mengabdikan diri sebagai pengganti ayahnya yang sudah meninggal itu untuk keluarga Miller. Sudah kurang lebih sepuluh tahun Raille mengabdikan dirinya untuk Dewa. Selama sepuluh tahun juga Dewa mempercayai kinerja dari Raille.

“Maaf tuan Dewa, sampai saat ini Tuan Jonas belum bisa dilacak keberadaanya ada di mana,” jawab Raille berhati-hati. Karena sosok tuan yang ada di hadapannya saat ini memiliki kepribadian yang temperamental –yang artinya gampang berubah-ubah. Raille tidak bisa menebak sifat tuannya itu.

BRAKK!!

Dewa menggebrakkan kedua pistolnya di atas meja dengan sangat keras, yang membuat semua orang yang berada di markas terkejut mendengarkannya.

“Berani-beraninya kau Raille membawa kabar kosong itu!” Dewa gampang sekali marah kepada siapapun.

"Cepat pergi dari sini! Sebelum peluru pistol ini bersarang di otak mu!” Dewa mengarahkan pistolnya ke hadapan Raille –tangan kanan kepercayaanya itu.

Raille yang tidak mau mengambil resiko tinggi, akhirnya keluar dari markas dan segera mencari keberadaan Jonas Javankes. Dia mengerahkan bawahannya untuk melacak lagi keberadaan Jonas sebelum tuannya bertanya lagi kepadanya dan hanya jawaban kosong lagi yang diberikannya, maka tamatlah sudah hidup Raille. Dia akan dibunuh oleh Dewa termasuk semua anggota bawahannya juga.

Dewa yang sudah sangat emosi, mengepalkan tangan kirinya. Sedangkan tangan yang satunya meremas gelas yang ada di hadapannya dan siap untuk dibanting ke bawah.

PRANGG!

Akhirnya gelas yang tadi dipegang Dewa dipecahkan juga olehnya. “Cepat katakan kepada Raille! Temukan pria bajingan itu sampai dapat atau nyawa semua bawahannya yang akan terancam termasuk nyawa dirinya!” Salah satu anak buah yang berada di markas pun mengangguk dan langsung berlari keluar menyampaikan pesan kepada Raille.

Sialan kau pria bajingan! Berani-beraninya kau bersembunyi begitu lama! Lihat saja, ke mana pun kau bersembunyi Raille akan menemukanmu! Sampai kau mati pun, kau tidak akan tenang karena telah berurusan sama keluarga Miller!

Sedangkan di sebuah kota, terdapat sebuah rumah kecil yg letaknya di pinggir jalan terlihat sangat kumuh adanya. Seperti rumah susun, akan tetapi bukan rumah susun karena di sana rumah-rumah tidak bertingkat melainkan kecil berjejer-jejer satu sama lain dan jangan lupa rumah-rumah itu tampak sangat kumuh.

Di dalam rumah kecil nan kumuh, tinggalah seorang gadis berusia kurang lebih dua puluh tiga tahun. Ia tinggal bersama om dan tantenya yang gila akan kekayaan. Kenapa ia bisa tinggal bersama om dan tantenya? Yup, karena dia kehilangan ibunya saat masih kecil, sedangkan ayahnya? Dia ditinggalkan sesudah ibunya tiada dan dia tidak tahu keberadaanya ada di mana sampai sekarang. Sosok gadis itu bernama Aera Alvaretta Javankes. Dia biasa dipanggil dengan sebutan Era. Dia sosok gadis yang penuh semangat dan enerjik. Selain enerjik, ia juga gadis polos yang sangat ceria.

Era bekerja disalah satu restauran yang ada di tengah-tengah Ibu kota Jakarta. Di sana, dia bekerja sebagai waitress. Memang gajinya terbilang cukup untuk makan sehari-hari bersama om dan tantenya. Namun, mereka –om dan tantenya, selalu kekurangan dan merasa tak cukup. Pasti mereka meminta lebih banyak dari gaji yang Era dapatkan.

“Cuma segini doang Era gaji yang kamu dapatkan?” cerca tantenya yang bernama Maria Kaliana. Mungkin saat ini tantenya sudah mengambil ancang-ancang untuk memarahi Era karena tidak puas dengan gaji yang Era beri padanya di setiap harinya.

“Iya tan.” Era mengucapkan kata-kata itu seraya menganggukkan kepalanya. Meskipun tante dan omnya setiap hari memarahinya, namun rasa sayang Era kepada mereka lebih besar daripada rasa kesal Era, karena dimarahi setiap hari oleh tantenya. Bagi Era, tante dan omnya adalah pengganti orang tua gadis itu. Mereka yang membesarkan Era sampai seperti sekarang, jika tidak ada om dan tantenya, ia tidak tahu masih adakah dia yang sekarang ini atau tidak. Era selalu bersyukur akan hal-hal kecil yang ia dapatkan hingga kini.

“Uang segini doang nggak cukup Era. Kamu tahu kan om kamu saja tidak bekerja. Jadi mulai sekarang, kamu harus cari tambahan pekerjaan baru lagi! Atau kamu tidak akan makan sama sekali nanti!” Kata-kata itu keluar dari mulut Maria. Memang kejam. Era hanya dimanfaatkan saja untuk kehidupan om dan tantenya. Mereka tidak perduli dengan gadis itu, yang mereka perdulikan hanyalah uang, uang dan uang!

“Iya tan.” Era menunduk seraya pergi meninggalkan tantenya yang sibuk menghitung uang gaji miliknya. Maria memiliki keuntungan karena sudah merawat Era. Karena Era sumber uang baginya, kalau tidak ada Era mungkin saja Maria sudah menjadi orang yang paling miskin dan tidak berduit sama sekali.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 7 Melaksanakan Rencana   11-21 10:38
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY