img Ranjang Yang Ternoda  /  Bab 2 Ranjang | 100.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Ranjang

Jumlah Kata:1146    |    Dirilis Pada: 25/12/2023

ngsung terbuka. Ibu muncul sambil menggen

h cepat menghampiri mereka. "

nya polos, meme

eringat di pelipis. "Tadi pasang tira

ambil terkikik. "Tante, aku layak dapet boba

das dua ya, buat jasa bersih-b

ya dengan sistem cicilan, bilang ini investasi jangka panjang untuk keluarga k

Mas Aldo ingin kami punya rumah sendiri. Sempat ditawari tinggal di rumah o

belakang kecil buat Suci main, dan garasi cukup untuk dua mobil. Lokas

buat Suci, ya," ujar Ayah sambil

bersorak, "A

u erat. Hidup ini, meski tak

ada satu orang yang membuatku tak nyaman. Satpam brewokan, be

melipat baju, aku

ih sama satpam y

g tinggi besar

opan banget. Kayak-ya,

Pak Dedi. Orangnya baik kok. Mun

h. Rasanya gak

ang nggak biasa disapa suka bingung harus gima

pindah ke sini, aku memang belum ban

ewat pos, aku sempatkan

k," sapak

langsung tersenyum le

buat suasana lebih bersahabat. Apalagi, katanya Bang SaDedi duluny

mua petugas. "Kita tinggal di komunitas. Harus ru

umah yang bagus atau lokasi yang strategis, tapi juga tentang ba

mpleks, aku mulai membiasakan diri bertegur sapa

i, P

ikapnya lebih ramah sekarang, tapi pandangan m

inas ke luar kota. Kadang tiga hari, kadang se

nyi kerikil di atap. Langkah samar dekat

ucing," gumamku, beru

ah Ibu, lanjut ke kantor. Syukurlah kerjaan lagi longgar. Pulang pun

Akhirnya, Ma

u, buat Suci... buat Pak Dedi j

?" aku

b. Kita butuh ling

mengayuh seped

ldo, buat Bapak dan teman-teman,"

banyak, Bu. Wah,

Pak. Emang ud

Bu?" sapa y

a rewel kalau sama ayah

Pak Dedi mulai terasa leb

rumah, aku ceri

nitip sa

il tersenyum. "Orang tuh ngikutin

angat. Suci sudah lelap. Hanya kami berd

mendekap. Tapi baru saj

ek

dari j

berhenti. "Pa

engenakan celana

rumput di bawah jend

i sini barus

gera

-mana. Kunci p

nit kemudia

edi. Katanya dia akan

cara. Aku hanya memeluk Suc

rumah ini benar-benar jadi tempat y

eorang yang sengaja mengintip kami. Jejak rumpu

isa masuk kompleks yang tertutup tembok tinggi. Tapi saat suamiku melapor, Pak Dedi hanya bila

ragu. Benarkah i

r kota, tapi aku mulai merasa tenang. Pak Dedi pun terlihat lebih ram

warkan agar anak kami diasuh oleh istrinya. Awalnya aku enggan-aku belum

Sesekali, ia membawa anakku bermain ke rumahnya di balik tembok kompleks. Ia pendiam, penurut

dimadu. Istri kedua Pak Dedi, Indri, jauh lebih muda-hampir seusiaku-dan dulu sempat hamil sebelum menikah. Sejak it

lanja lebih untuk sekedar menambah uang jajan anaknya. Ketika membayar upahnya pun, aku tak keberatan membe

bantu-bantu. Keduanya laki-laki dan anaknya memang rajin-rajin, memilik paras wajah yang enak dipandang

*

Sebelumnya
Selanjutnya
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY