img PPKM (Pelan-Pelan Kamu Menerimaku)  /  Bab 4 [4] | 44.44%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 [4]

Jumlah Kata:1612    |    Dirilis Pada: 12/04/2024

rinya memasuki rumah mewah Xena, di mana sahabatnya itu tengah menggendon

tak nyaman itu. Ia tak mau senyum serta keceriaannya hilang. Ia tak boleh egois. Hidupnya harus terus berjalan. Segalanya sudah selesai dan tak perlu lagi ada penyesala

Xena menggeleng sekilas. “Mending lo pe

ia bergegas pergi. Meninggalkan Jess yang kebingungan tapi sungguh, saat Jess

Penuh sayang ia memperbaiki gendongannya. Menyelipkan jema

dirinya tepat berada di dekat Jess. Yang mana Jess malah meninggalkannya begitu turun dari

erhatikan sekeliling. Mengetahui hal itu, Jess yakin sekali kalau Ica dilanda gugup juga takut. R

au ber

enangnya sudah

Ica berkunjung kala itu, dirinya tengah dilanda demam. Melihat kolam, inginnya bermain di sana tapi

ala Ica cepat. Ia tak mau mengambil risiko Gwen kenapa-napa di gendongannya.

i berjengit kaget. “Tapi sebelum

segera menyambut kedatangan mereka. Pun Mirah dan Hani. Mereka berdua pekerja baru

t, di mana Jess segera tenangkan dengan menepuk pelan bagian kakinya. Ia memilih duduk di salah satu bangku taman yang teduh. Semilir angin

akan Meli yang meminta Ica untuk berhati-hati, girangnya Ica menyentuh dan menaiki perahu dengan kepala

. membuat asisten Xena itu

, N

idur. Kita taruh

ss selalu menyukai kala dirinya diperbolehkan menggendong Gwen sepuas hati. Rasanya … tepat sekali. Membuat hatinya buncah akan arti bahagia juga … lubang tak kasat mata itu tertutup sedik

sudah d

angguk. “S

a dengan sebelah tangannya. Matanya tak pernah putus menatap Gwen yang kini asyik menyusu dengan b

da seseorang yang masuk ke dalam kamar penuh dengan gambar serta stiker princess juga berserak aneka mainan di sekitarnya.

nya mendadak menghangat juga sedih, tercampur rata karena seharusnya mereka bisa merasakan perasaan bahagia seperti ini. Di mana gadis itu menatap penuh cin

enggariskan takdir y

anpa berniat menoleh ke arah pria

u saya d

hati. Yang ia lakukan hanya mengangguk pelan. Lalu ia mendengar langkah kaki itu mendekat. Duduk di tepian r

g makin menghabiskan sisa susu dalam botolnya itu. Padahal hatinya tengah berperang karena kepala

tak bertemu dengan Arslan, untuk bersitatap. Sekadar memuaskan dahaganya akan

hingga marahnya keluar tanpa bisa ia kendalikan. Juga seringnya membuat bibir Jess

enghilang dari hidupnya, ada se

cium Gwen b

berani bangunin Gwen lagi t

, Lyn. Saya

n yang membuat pria itu mengaduh pelan. Meringis dan

-mana. Cuci tangan d

a ko

Sana pergi,” usir Jess s

saya ri

ium. Sekarang lagi tidur. Sana keluar.

Gwen, Lyn.

ter

indu ka

*

sebut adalah kunci. Dan ketika kualitas itu tak bisa ia raih lantaran kesalahan takar, sebanyak apa pun adonannya, sudah pasti berakhir di tempat sampah. Bukan ka

nisnya itu kadang membua

Cinta. Yang mana cinta itu katanya bisa tumbuh dan berkembang subur seiring waktu berjalan. Namun, ia tak bisa memungkir

dan rasa yang melambung. Seperti yang telinganya dengar kali ini. Di mana ada perdeba

melamu

au lamunnya barusan. Buru-buru ia menegakkan punggung

car

ng bukan untuk dipenuhi s

an. “Saya juga enggak pengi

daan lo itu bik

lembut? Sopan? Tutur kata

katanya punya wajah ganteng maksimal tapi menur

s lelah. “Lyn, enggak mungkin sa

lo enggak pergi, gue yang pergi.” Jess menggeser pelan kursinya. Mengambil ponsel yang tergeletak di meja

aget dan segera menepisn

sama kamu, Lyn. Apa p

menatap Arslan. Bahkan ia berani mencibi

ng mundur, ketika bibirnya sebentar lagi disapa olehnya. Persis seperti saat pertama kal

kakinya lunglai. Debar jantung Arslan kencang sekali menyapa pendengaran Jess. Berhubung tinggi mereka tak imbang di mana Arslan menjulang dengan

a memulai dar

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY