samar-samar tercium dari seprai sutra di sekelilingnya, tetapi kehangatan y
ukan tempat itu kosong. Tidak ada tand
tu
suami dalam a
marmer yang dingin. Ia meremas jari-jarinya, mencoba menenangkan di
pi kelelahan emosional sejak pernikahan
di pintu membu
ta paruh baya dengan seragam pelayan berdiri di depan pi
dah disiapkan di ruang makan. T
menela
nuju kamar mandi. Tidak peduli seberapa tidak nyamannya ia dalam
an, ia kembali dibuat terdiam o
enis makanan. Roti segar, buah-buahan, daging panggang, dan berba
embaca surat kabar sambil s
u sebelum berj
a sapaan. Tidak ada senyuman. Seolah kehadiranny
dan Raine hanya bisa menatapnya sejenak se
sta malam ini," suara L
at wajahnya, menatapnya den
. "Ya. Pesta untuk rekan-rekan bisnis dan beberapa
udah. Ia tidak
pi.
nnya tajam. "Tidak ada tapi, Raine. Kau adalah
jelas. Ini
a menjadi istrimu yang sempu
Leon, tetapi tidak sampai ke
stasi mulai menyelimutinya. "Bagai
menatapnya sebentar sebelum ke
tidak akan
di balik kata-katanya, tetapi ia tidak
mbungkuk hormat ke arah Leon. "Tu
membuat Rai
rnya dengan bunyi kecil di atas piring. Ia bangkit,
ap bertemu dengan
i kepalanya saat langkah
an kecantikan sempurna berdiri di ambang pi
dra Ca
nya dengan anggun. Rambut hitam panjangnya tergerai, wajahnya
sa mengalihkan
ng ke dirinya. Ia tidak melihat ke arah Leon, tidak b
a ia baru saja melihat wanita la
tetap teratur saat Alexandra akh
uara lembut namun
i istri b
rkendali, tapi ada sesuatu yang
elan luda
atakan apa pun, Leon
. Mulai sekarang, dia
nyum kecil terukir di bibirnya. Senyum yang
tuskan untuk membawa ist
membuat perut
ya dengan ekspresi tak terbaca sebel
rtawa pelan.
, senyumnya masih ada, t
lamat datang di r
ar ramah. Tapi di telinga Raine,
g harus ia perankan dalam r