yang terasa asing di tubuhnya. Riasan tipis di wajahnya nyaris tak mampu menyembunyikan ekspresi
ekan bisnis ayahnya yang hadir. Tidak ada pesta besar, tidak ada kebahagiaan. Hanya sebuah ak
ah permintaan terakhirnya. "Menikahlah dengan Daniel Aldrigham," begitu katany
rang yang selalu mencintainya tanpa syarat. Namun menerima berarti meng
masuk dengan ekspresi puas. "Sudah siap?" tanyanya dengan nada data
lan. "Apakah aku
ukan tentang kamu. Ini tentang keluarga kita. Ayahmu sudah
dia masih duduk di sini, mengenakan pakaian pengantin dan bers
*
ekspresi datar. Pria itu mengenakan setelan hitam yang terlihat mahal, tetap
s, dan tubuhnya tegang seolah ia ing
ak, tatapan mereka bertemu. Mata Daniel dingin,
dengan suara yang tegas, tetapi tanpa perasaan. Semuanya berlangsung cepat, dan sebelum Ar
gan hangat. Yang ada hanya keheningan canggung dan
*
ng sudah ia lepas dan tergantung di lemari. Daniel berdiri di dekat j
pa pun," katanya tanpa menoleh. Suaranya dingin dan tajam
ya dengan nada penuh ironi. "Aku sudah menjadi istrim
menusuk. "Karena aku sudah memiliki seseo
ya membelalak. Jadi, inilah alasannya ken
n dariku," lanjutnya, suaranya terdengar lebih rendah, lebih mengancam. "Kau mungkin
i istri tanpa diakui? Menjadi bagian dari sebuah per
gatan terngiang-kata-kata dari ayah
puan itu, Ariana. Buat di
Jika ini pertempuran, maka i