Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Aku Istrimu, Bukan Bonekamu
Aku Istrimu, Bukan Bonekamu

Aku Istrimu, Bukan Bonekamu

5.0
28 Bab
476 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Ariana tak pernah menyangka dirinya akan dijebak dalam pernikahan yang tak diinginkannya. Ayahnya, dalam kondisi sakit keras, menerima permintaan sahabat lamanya untuk menikahkan Ariana dengan putra mereka-Daniel Aldrigham, pria yang bahkan tak pernah Ariana temui sebelumnya. Pernikahan itu digelar dalam kesederhanaan, tanpa kemewahan, tanpa cinta, dan hanya berlandaskan keinginan orang tua mereka. Namun, tak butuh waktu lama bagi Ariana untuk mengetahui kenyataan pahit: Daniel sudah memiliki wanita lain, dan mereka masih bersama di balik punggungnya. Namun, di balik perjodohan mendadak ini, tersembunyi rahasia yang lebih besar. Ayah mertua Ariana memiliki satu tujuan-menghancurkan hubungan Daniel dan kekasihnya. Ariana tidak hanya dijadikan istri, tetapi juga alat untuk menaklukkan hati Daniel dan memaksanya melepaskan wanita lain. Terjebak dalam permainan yang bukan pilihannya, Ariana dihadapkan pada dua pilihan: tunduk dan menjalani pernikahan tanpa cinta, atau melawan dan memainkan permainannya sendiri. Bisakah Ariana membuat Daniel bertekuk lutut padanya? Atau justru ia yang akan hancur dalam pernikahan tanpa hati ini?

Bab 1 Pernikahan Tanpa Cinta

Langit sore berwarna kelabu ketika Ariana duduk di depan cermin, mengenakan kebaya putih sederhana yang terasa asing di tubuhnya. Riasan tipis di wajahnya nyaris tak mampu menyembunyikan ekspresi kosong yang terpancar dari matanya. Ini bukan hari bahagianya. Ini bukan pernikahan yang ia impikan.

Di luar kamar, suara tamu yang datang terdengar samar. Hanya keluarga terdekat dan beberapa rekan bisnis ayahnya yang hadir. Tidak ada pesta besar, tidak ada kebahagiaan. Hanya sebuah akad nikah yang diatur terburu-buru, seolah pernikahan ini hanyalah transaksi, bukan ikatan suci.

Ariana mengepalkan tangannya di pangkuan. Ayahnya sedang sakit keras, dan inilah permintaan terakhirnya. "Menikahlah dengan Daniel Aldrigham," begitu katanya. Suara ayahnya yang lemah masih terngiang di kepalanya, membuat dadanya sesak.

Ariana tidak punya pilihan. Menolak berarti mengecewakan satu-satunya orang yang selalu mencintainya tanpa syarat. Namun menerima berarti mengikat diri pada pria asing yang bahkan tidak pernah ia temui sebelumnya.

Suara ketukan di pintu membuatnya tersentak. Ibu tirinya, Evelyne, masuk dengan ekspresi puas. "Sudah siap?" tanyanya dengan nada datar, seolah Ariana akan menghadiri pertemuan bisnis, bukan pernikahan.

Ariana menoleh pelan. "Apakah aku masih bisa mundur?"

Evelyne tertawa kecil, sinis. "Jangan konyol, Ariana. Ini bukan tentang kamu. Ini tentang keluarga kita. Ayahmu sudah memutuskan, dan kau tahu betapa buruk kondisinya sekarang."

Ariana terdiam. Tentu saja dia tahu. Itulah satu-satunya alasan dia masih duduk di sini, mengenakan pakaian pengantin dan bersiap menikahi pria yang bahkan belum pernah ia tatap sebelumnya.

***

Di ruang tamu besar yang dijadikan tempat akad, Daniel Aldrigham duduk dengan ekspresi datar. Pria itu mengenakan setelan hitam yang terlihat mahal, tetapi tak sedikit pun menunjukkan tanda bahwa hari ini adalah hari penting baginya.

Tatapannya kosong, rahangnya mengeras, dan tubuhnya tegang seolah ia ingin berada di mana saja selain di sini.

Ariana melangkah masuk, ditemani Evelyne. Sejenak, tatapan mereka bertemu. Mata Daniel dingin, tidak menyambut, tidak menolak. Hanya menilai.

Ketika penghulu mulai membaca akad, suasana semakin menegang. Daniel mengucapkan ijab kabul dengan suara yang tegas, tetapi tanpa perasaan. Semuanya berlangsung cepat, dan sebelum Ariana benar-benar bisa mencerna apa yang terjadi, ia telah menjadi istri dari pria asing itu.

Tidak ada ciuman di kening, tidak ada genggaman tangan hangat. Yang ada hanya keheningan canggung dan ekspresi datar dari pria yang kini menjadi suaminya.

***

Malam itu, Ariana duduk di tepi ranjang, menatap gaun pengantinnya yang sudah ia lepas dan tergantung di lemari. Daniel berdiri di dekat jendela, membelakanginya, satu tangan dimasukkan ke dalam saku celana.

"Aku harap kau tahu bahwa pernikahan ini tidak mengubah apa pun," katanya tanpa menoleh. Suaranya dingin dan tajam, membuat Ariana merasakan dorongan amarah yang tiba-tiba.

"Tidak mengubah apa pun?" Ariana mengulang kata-katanya dengan nada penuh ironi. "Aku sudah menjadi istrimu, Daniel. Bagaimana bisa itu tidak mengubah apa pun?"

Daniel akhirnya menoleh, matanya tajam dan menusuk. "Karena aku sudah memiliki seseorang. Dan tidak ada yang bisa mengubah itu."

Ariana membeku. Napasnya tersengal, matanya membelalak. Jadi, inilah alasannya kenapa Daniel tampak begitu enggan sejak awal.

"Aku tidak peduli bagaimana perasaanmu, dan aku harap kau juga tidak berharap apa pun dariku," lanjutnya, suaranya terdengar lebih rendah, lebih mengancam. "Kau mungkin istriku di atas kertas, tapi itu saja. Jangan coba-coba mengubah apa yang sudah ada."

Ariana menelan ludah. Jadi, inilah takdirnya? Menjadi istri tanpa diakui? Menjadi bagian dari sebuah pernikahan yang bahkan sejak awal sudah penuh kebohongan?

Namun, dalam benaknya, sebuah peringatan terngiang-kata-kata dari ayah mertuanya sebelum pernikahan tadi.

"Buat dia melupakan perempuan itu, Ariana. Buat dia bertekuk lutut padamu."

Ariana mengepalkan tangannya. Jika ini pertempuran, maka ia tidak akan kalah begitu saja.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY