Dengan langkah mantap, Mariana berbalik dan berjalan menuju pintu. Setiap langk
sudah membuat keputusan, dan
kenop pintu ketika suara berat
gan pergi," u
oleh ke belakang dan mendapati ayahnya b
i," lanjut Armand. "Kita sele
ih begitu jelas, tapi tidak ada lagi api kemarahan
lu melangkah mendekati pu
ayah merasa ini adalah keputusan yang tepat. Apa pun keputusanmu
rusaha ia tahan mulai pecah dalam diam. Sejak dulu, ayah
na terisak dalam kebisuan sebelum akhirnya menghamburkan diri memeluk ayahnya.
intu utama. Mariana menegang dalam pel
lembut. "Kamu tidak perlu memaksakan diri. Tapi ja
ra berdiri dengan wajah yang tampak suram. Armand tidak tahu apa yang pria itu rasakan sekar
titah Arm
ruang utama. Saat tiba di sana, ia melihat Mariana sedang duduk di sa
ra, namun Mariana ta
erang Mariana. Ia masih berusaha
ya ke seluruh ruangan lalu mengambil napas dalam se
dari arah kamar, dan tak lama kemudia
g belum sepenuhnya padam sejak pertemuanny
ah ke ruang utama mesk
diam dengan wajah tanpa ekspresi, Bara yang tampak tegang di kursinya, dan Bia
Aku tahu kenapa Mariana meminta cerai. Aku tahu apa yang sudah kalia
mendengar pernyataan itu. Rahangnya mengeras saat ia men
saya dulu-" Bar
ra. "Kamu mau cari alasan untuk berkhianat? Apa kamu pikir ada alas
manusia, Ayah! Saya punya kebutuhan, saya punya keinginan! Mariana terlalu s
syok. "Aku sibuk kerja buat bantu kamu bayar cicilan hutang ibu kamu, tapi aku yang salah? Aku yang
buatannya salah, tapi menurutnya semua itu terj
perhatian ke suaminya! Aku kesepian,
a menggeleng sambil tertawa getir. "Kalau kamu kesepian, kamu bisa bicara! Kalau kamu merasa aku terl
ni, Kak!" katanya ketus. "Kakak memang nggak pernah sadar diri! Kakak selalu jadi anak emas, kakak sel
tajam. "Aku muak mende
api kemarahan jelas
encoba menahan emosinya. Ia kemb
etulusan yang tersisa dalam dirinya. "Beri aku kesempatan kedu
, namun penuh ejekan. "Kalau kamu benar-benar menyesal, kamu nggak akan menyala
aku khilaf, Mariana! Kita bisa bicarakan in
tegas. "Aku nggak butuh suami yang menjadika
Jadi Kakak serius ingin berc
jijik dan penuh cemooh. "Kenapa? Apa ka
rga dirinya se
ria
emberinya kesempatan untuk bicara. "Lebih baik aku hidup sendiri daripada bersama pri
tong, tak ada seorang pun di ruangan itu yang berpihak padanya.
alam diri Bara
p Bara dengan suara berat. "Baik! Aku c