sar rumah barunya, mata menatap kosong ke pemandangan kota yang terbentang di luar jendela. Di luar san
lapar. Semua itu terasa tidak lebih dari sekadar formalitas. Semua yang terjadi, sejak dari saat ia menandat
emecah kesunyian, menari
ng selalu ia miliki. Zariel bukan pria yang mudah dibaca, dan itu yang membuatnya semakin membingungkan bagi Alayna.
anpa emosi, meskipun ada kesan bahwa
rsi, menatapnya dengan tatapan yang tid
dak tersentuh. "Jangan biarkan dirimu terperosok dalam kebiasaan b
aku inginkan, kan?" balasnya, suaranya
diki ekspresinya. "Itu memang benar. Tapi, hidupmu sekara
terus bertahan dalam dunia yang keras, penuh aturan yang tidak ia pilih. Tidak ada ruang untuk im
an bahwa aku akan membiarkanmu terpuruk. Ini pernikahan yang ter
ang akan tumbuh seiring waktu? Semua itu tampaknya jauh dari kenyataan. Zariel bahkan tidak pernah menganggapnya sebagai seo
"Kau benar. Aku harus bertahan." Suaranya terden
a. Mungkin dia tidak peduli, atau mungkin dia hanya terlalu terluka untuk memberikan sedik
ar tidur mereka yang besar, nafasnya terasa sesak. Segala hal terasa begitu tidak nyata, seperti dunia yang berp
r. Ia mengenakan pakaian santai, namun aura ketegasan yang biasa dia tunjukkan tetap terpancar kuat. Al
tanya Zariel, suar
jal. Apa yang diinginkan Zariel darinya? Apakah ini akan menjadi pernikahan t
, mengambil tangan Alayna dengan gerakan yang begitu terkendali, namun tidak terasa ha
di sini, dan ia merasa dirinya begitu kecil di hadapan pria ini. Dia bahkan tidak ta
antara mereka. "Aku tidak akan memaksamu untuk apa pun, Alayna. Tetapi, ingat s
hasil dari sebuah manipulasi keluarga yang kejam, ia tak bisa menghindar dari ken
elanjutnya. Apa yang harus dilakukan dalam pernikahan yang tidak memiliki landasan keperca
tanyanya akhirnya, suaranya terdengar ra
papun yang bisa ia ucapkan. Ia menarik napas panjang, seperti mencoba mengumpulkan kata-kata yang tep
n ini, meskipun sudah dimulai, baru saja mengungkapkan betapa dalamnya lubang yang harus mereka hadapi.