engan tenang, wajahnya yang tampak keras dan tak terjamah seolah tidak pernah mengalami keraguan. Namun, di dalam hati Alayna, sebuah rasa cemas menyelimuti se
yang sebenarnya Zariel inginkan darinya? Alayna tahu bahwa hubungan ini tidak akan pernah menjadi yang ia harapkan, tetapi
dan melanjutkan obrolan tanpa arah yang telah mereka mulai malam sebelumnya. Namun, ia tetap terdiam,
lui seolah menegaskan kenyataan bahwa ia tidak memiliki kebebasan. Semua ini adalah milik Zar
usaha menyapu perasaan sesak di dada. Namun, meskipun dunia di luar sana tampak penuh dengan kemun
goyahkan. Sebagai pewaris kekayaan keluarga Karyan, Zariel memiliki segala hal yang bisa diminta oleh dunia-kekuasaan, pengaruh, dan uang. N
ya singkat, s
n senyum tipis yang tidak
erjaan seolah tidak ada yang berubah, seperti pagi itu adalah har
ahan. Apa yang bisa ia katakan kepada pria ini? Ia tahu, lebih dari siapa pun, bahwa ini bukanlah pernikahan y
jaan hari ini?" Zariel bertanya tanpa menatapny
yang ada di seberang meja. "Aku
t diterjemahkan. "Pernikahan kita bukan untuk dihargai atau dicari mak
ma tanpa pertanyaan. Alayna merasa hatinya sedikit terhimpit. Tetapi ia tahu-seperti yang ia ketahui seja
bertanya, mencoba memecah keheningan dengan s
ingin, namun ada keraguan kecil yang berkelip di
. Apa harapan yang bisa ia punya dalam hidup seperti ini? Ia bukan wanita yang pernah menginginkan pernikahan tanpa k
ra lirih. "Mungkin sesuatu yang lebih
a dengan apa yang kau inginkan, Alayna. Ini tentang apa yang harus kita lakuka
ulit untuk dilewati. Namun di sisi lain, Alayna merasa ada rasa frustrasi
harus i
digariskan untuknya. Setiap hari, Zariel pergi ke kantor dengan tekun, sementara Alayna menghabiskan waktu di rumah, menjaga segala sesuatunya tetap berjalan. Meskipun de
bisa ditoleransi kini berubah menjadi sesuatu yang menyakitkan. Rasanya seperti berjalan di
kenyataan bahwa mereka terikat dalam ikat
, Alayna mulai merasakan ada sesuatu yang mulai berubah dalam dirinya. Ia t
hwa ada lebih banyak dalam hidup ini daripada seka