h ini bersama, hatinya masih diliputi keraguan. Setiap kali ia menatap bayang-bayang di dinding, bayangan masa depan yang kabur dan penuh
, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. Keputusan yang harus ia buat tidak lagi hanya tentang dirinya sendiri, tapi tentang mas
buyarkan lamunannya. Sebuah
dak akan membiarkanmu melakukannya sendirian. Ini bukan hanya te
makin Reiner masuk lebih dalam ke dalam hidupnya, mencoba menggiringnya ke arah yang tak pernah ia inginkan. Tapi ap
emetar saat ia
mua ini. Aku takut akan apa yang akan datang. A
dian, sebuah
uk membuat keputusan ini sedikit lebih mudah untukmu.
a bahwa dia bisa memberinya perlindungan dan stabilitas. Tetapi di sisi lain, rasa marah dan frustasi yang terkubur
ha merasa ada yang berubah dalam dirinya. Ia mulai memikirkan kemungkinan untuk menerima bantuan Reiner, meski hatinya masih rag
ncari jawaban melalui halaman-halaman buku yang terabaikan. Ia memungut sebuah buku yang tergeletak di rak, membaca sampulnya yang usang. Buku itu tentang kehidupa
nya jauh melayang. Reiner, yang sudah mulai sering datang menemuinya, kini tidak hanya muncul di rumah, tetapi juga mengirimkan berbagai hadi
skan untuk menghubungi Reiner. Ia tahu bahwa keputusannya ini
siap untuk bicara lebih lan
gu dengan penuh kecemasan. Beberapa m
kan datang ke rumahmu
u dikirim. Alesha membuka pintu dengan perasaan campur aduk. Ia tak tahu harus m
a, suara rendah namun jelas. "Aku tahu ini tidak mudah untukmu. Aku tahu kamu takut, d
ya... aku hanya tidak ingin membuat keputusan yang salah. Aku t
angan dirimu. Aku di sini untuk memastikan itu. Kita akan membesarkan anak ini ber
ner menggema dalam hatinya. Apakah dia benar-benar bisa mempercayainya? Apakah i
r tak terdengar, ia berkata, "Oke, Reiner. Aku siap. Tapi aku ingin kit
dengan tekad. "Ini bukan beban, Alesha. Ini adalah langkah pertama
erangkat, meskipun perjalanan ini baru saja dimulai. Namun,