k tidur
kamar yang gelap. Di sebelahku, ranjang masih terasa dingin. Marsel tidak masuk kamar setelah perd
u marah. Tapi k
mahami. Aku tahu Marsel bukan tipe romantis. Dia bukan pria yang pandai menunjukkan kasih say
emuanya terasa s
Tapi aku tetap turun ke dapur, menyiapkan kopi, bukan untuknya-melainkan untuk diriku se
s ketika kudengar suara lan
rti kemarin. Wajahnya kusut. Tapi yang paling menyakitkan, bukan karena
ara," katanya t
anya menarik napas panjan
duk di kursi yang biasa ia tempati. Hening meny
roperti. Mereka bersedia membeli ruma
ari genggaman. Aku membalikkan
ah rumah itu mil
enikah, Hil. Segala sesuatu yang kita
"Itu warisan orang tuaku. Aku tak pernah menul
elihat dengan jelas bagaimana
hanya rumah, Hil-bangunan tua yang bahkan tak layak huni. K
. Tapi kalau kau bisa berkata seperti itu tanpa berpikir dua ka
ndorongnya kasar hingga kaki kur
berpikir ke depan di pernikahan ini. Kau terlalu terikat pada masa la
memb
kembali panas, tapi aku menolak air mata itu jatuh. Tidak kali ini.
reka satu-satunya keluarga yang kumiliki. Rumah itu satu-satunya tempat di dunia ya
a akan mengalah. Tapi dia hanya menghela napas,
oko. Kita bica
tar hebat. Ketika pintu tertutup dan sua
luka di dada ini terasa terlalu dalam untuk sekadar disebut sakit hati. Rasa
Tapi cinta rupanya tidak c
pikuk jalan utama. Rumah itu memang sudah lama kosong, tapi aku selalu menyempatkan datang sebulan se
tak dihuni, ada sesuatu yang berdenyut dalam dadaku. Seperti luka lama yang ter
masih ada bekas jahitan Mama. Setiap sudut rumah ini menyimpan cerita. Setiap lantai yang berde
ngkai foto-foto keluargaku. Mama, Papa, dan aku kecil
tu erat. Dan dalam
kan menjual
Tidak untuk uang. Ti
gkin sudah saatnya aku bertanya, siapa yang sebenarnya kupilih
aku mulai merasa, aku sedan