melempar senyumnya padaku. Perutku jadi bergejolak! Asta
senyum pria itu. Lalu, aku menarik napashampiriku. Oke, Andini. Tenang. Ini bukan kali
nggerakkan rambut ikalnya yang memang berantakan. Sorot
a melewatkan hal seperti ini. Namun dengan
seksi. Tapi kalau dipikir-pikir, usianya pasti jauh lebih
sanya diriku terjebak pesona anak kemarin so
aranya yang berat terdengar. "Kenal
an Andreas menjulur di hadapanku dan aku hanya bisa mengedi
u kotor. Habis buan
elapak tangan kami pun saling bersentuhan. Aku bisa me
And
nggut-manggut. "Nama yang ca
nya brondong
mah itu dan mau membeli
gannya yang timbul. Hm, aku jadi membayangkan tubu
i sekarang, kurasa aku punya alasan kuat untuk membeli rumah itu,
? Atau mungkin lingkungannya
enyeringai penuh makna. "Well, aku
terlalu kepo," kutepi
gitu, han
i tahu alasannya," selaku. "Aku harus kemb
h mengganggu
jalan lancar. Jadi ki
abar. Senang berkenalan
ikan tangannya. Dia memutar tubuhnya dan kembal
ng membuncah riang. Ini sungguh aneh tapi terus terang
as, dan kini saat aku mengendarai mobilku hendak memasuki garasi ruma
u berharap Andreas ad
Ada beberapa petugas yang sedang mengeluarkan barang
mengenakan sport bra dengan padanan legging
aku latihan pilates–sepertinya menarik perhatian mere
-gara memperhatikanku. Untung saja pajangan berla
ngus pela
din
yang menghiasi wajahku begitu mendapati si brond
rumah itu! Sontak aku me
seorang anak muda bisa membeli rumah yang lumayan besar seper
Andr
ayanya begitu santai dan cuek. Kaos obl
r matahari pagi membias di kulit
ndreas melebarkan kedua tangannya. "Dan ak
um lebar. "Tentu saja. Sela
ndahan yang datang, jadi mungkin agak beri
ak ma
m?" Tanyanya, memper
ahraga sehingga bisa memamerkan tubuh indahku ini di
latihannya dekat dengan sekolah kedua anakku, jadi
punya anak?" Dia
ante-tante berkepala t
alanya dengan takjub. "Ka
pa aku b
an cincin," matanya m
ngenakannya lagi," balasku santai. "Lagi pula, siapa sih yang mau mendekat
puluh lima tahun? Berarti kita
a puluh li
te?" nadanya terdengar s
Kalau kamu lakukan itu, mak
umurmu. Kupikir kamu masih lajang d
hku. Tapi memang banyak orang yang tidak percaya aku sudah
iri. Keluargaku a
g secamacam frame yang dilapisi kain. Dan sudah beberapa kali aku memperhatikan
leksi lukisan, tapi
hobi meluki
rjaanku," Andreas menenggelamkan
kas takjub. "Aku belum pernah pu
nya. "Well, beberapa tahun ini, aku berhasil menjual
un pamit karena dia harus mengatur di
e brilian yang di benakku. Mungkin inilah saatnya aku
uaku menentang hobiku itu. Mereka bilang itu
m, aku bisa meminta Andreas untuk mengajarik
ja sudah membuatku