img Godaan Liar Sang Ustazah  /  Bab 3 Godaan - 3 | 14.29%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 Godaan - 3

Jumlah Kata:1601    |    Dirilis Pada: 23/04/2025

Susan, dari beberapa tahun seb

asakan suka dan duka kehidupan. Satu tahun yang lalu, ia resmi menikah dengan Aldi Wibowo, lelaki berusia 23 tahun yang merupak

karta di salah satu kantor ternama sebagai Office Boy. Gaji yang ia terima tak seberapa, cu

Ibukota. Biaya hidup yang mahal menjadi pertimbangannya. Mereka sepakat Sus

tidak terlalu jauh. Namun yang pasti hidup di sana lebih tenang, dan tidak terlalu jauh dari

gal di Sumatera, namun hubungannya dengan mereka tak begitu dekat. Karena itulah, lingkungan keluarga

g. Mereka menyukainya, terutama karena senyum hangat dan tutur katanya yang lem

an dirinya pada Aldi di malam pertamanya, walau sejak lama cukup banyak godaan lelaki pada Su

ringankan beban suaminya. Beberapa kali ia mengusulkan untuk mencari kerja di kota. Pekerjaan ringan apa sa

" begitu katanya, "Tugasmu cukup jag

aat kesunyian datang menghampiri. Tak jarang ia termenung menatap jendela rumah sederhananya, bertanya

g kosong di hatinya yang diam-diam tumbuh besar. Ruang itu perlahan mendorongnya untuk m

alisasi, dia juga ingin mencari harapan-lowongan kerja yang bisa menopang hidup keluarga

ah iklan di facebook. Iklan itu adala

a 20–35 tahun, berpenampilan menarik, ber

engar cukup menjanjikan. Para pelamar diminta datang langsung dengan membawa

orang yang bertemu dengannya selalu memberi pujian-kadang terang-terangan, kadang sembunyi di balik senyum atau lirikan

ang sok sopan tetapi tak bisa mengalihkan pandangannya dari tubuh Susan. Tapi ia tak pernah menggubris mereka. Ia b

ng tertera di iklan. Ia sudah menghubungi nomor yang tertera sebelumnya, hanya untuk memastikan iklan itu benar adanya. Dan yang pasti dia

rti ia tiba di depan sebuah ruko empat lantai dengan papan n

melamar pekerjaan. Ia melangkah masuk, disamb

rkulit hitam manis dengan baju hijau muda. Pert

ya dengan jantung y

gi?' batin Susan. 'Bukankah

ak. Tangga ada di sebelah sana," ucap wanita b

Mbak," balas Susan sambil

l wanita satunya d

ah satu dari mereka saa

oleh deng

" ucap wanita berkaos pin

, Mbak?" Susan

sih," jawab merek

a malu atau tersanjung. Ia tersenyum, l

Seorang pria berkumis tebal, berbadan tegap, dan men

nyanya sambil ber

ambil mencoba tersen

ap? Mana?" tanyanya lagi, kal

dan kelengkapannya. Pria itu membuka mapnya

ar lain. Ini nomor urutnya. Tunggu sampai nomor kamu dipanggil

tap nomor tersebut. Ia terkejut. Tern

n Susan benar: ruangan itu sudah dipenuhi puluhan wanita

ah kursi kosong. Ia berjalan pelan ke arah

itu. Mereka tampak cuek dan dingin. Beruntung tadi dua resepsionis menya

r bersamaan dengannya. Di saat bersamaan, pintu kaca di sisi ruangan terbuk

a duduk dengan tenang dan bers

mengingatkan pada keturunan Timur Tengah. Jantungnya kembali berdebar saat mendengar nomornya disebut. Dengan langkah

rik dada Susan yang tertutup blazer batik-hadia

mbil masuk ke dalam ruangan, matanya

cil oleh seorang pelamar yang sebelumnya telah dipanggil

duduk,"

amaan dengannya di sofa

ria berusia 40 tahun itu,

s Susan, menyambut tang

Susan kepada pria lain di depan-kemungkinan bagian keamanan. Ia memb

erapa?" tany

b Susan sambil memberani

kerja?" tany

n, kali ini dengan pandangan menunduk. Ia enggan mena

knya yang agak condong ke depan. Susan menyesal memakai kaos tipis longgar yang dilapi

buku di sampingnya. Ternyata lemari itu bergeser seperti pintu rahasia, dan dari baliknya muncul seorang pria bertubu

itu tampak berusia sekitar lima puluhan, rambutnya tipis hampir botak, namun m

ya dengan suara berat sambil matanya

aya sudah perintahkan Satpam agar tidak me

wancarai nona ini. Kamu panggil yang lain

ambil menyerahkan map lama

Zakir sambil be

tu rahasia di balik lemari. Tingginya hanya sebatas bahu Pak Z

dengan tubuh besar pria itu. Anehnya dia juga membandingkan

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY