img Godaan Liar Sang Ustazah  /  Bab 7 Godaan - 7 | 100.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 7 Godaan - 7

Jumlah Kata:1531    |    Dirilis Pada: 23/04/2025

ah di Desa Sukatani ketika aroma bawang p

endidih di atas kompor, ulekan saling beradu dengan batu cobek, dan suar

i bintang dalam tiap keramaian, sedang mengiri

tuknya, jangan-jangan, sama kaya punya Pak Arga segini juga ya? Hihihi

ian pura-pura sibuk sambil menahan tawa. Biar bagaimana pun Riana adalah istrinya Arga s

arurat tuh, Bu Ustaz. Ini terong gak kaleng-kaleng.

ulai memerah. "Ah, emak-emak ini, sukanya ngomongnya ke situ-si

n', ikut nimbrung, "Terong itu banyak manfaatnya, loh! Bikin awet muda, kence

sih lebih percaya sama serum dan salon, ya. Tapi ya... boleh lah nanti coba makan

uh mele

, tapi ibu-ibu yang lain nyebutn

oleh. Tatapannya tajam seperti pisau. Mulutnya mencibir t

, iya bener! Aku tuh mau ngomong, tapi gak enak ada

polosnya, malah menimpali, "Mbak Mia, emangnya itu terong dari kebun Ustaz Basri? L

ama Bi Yati tuh!" sahut Mbak Mia denga

sri' tuh... yaa itu... konon katanya, punya Ustaz Basri tuh seg

agi. Tapi tida

kaget, meski ekspresiny

AN

i membeku. Mbak Mia berdiri berkacak pinggang, n

. "Apa sih untungnya kalian ngatain

ulekan. Tidak ada suara sendok. Han

satu per satu. "Apa salah Us

yang m

ak sendiri buat saya! Dia bantu ngajiin anak-anak kita, ngajarin kita baca Qur'an, k

"Mbak Mia, maaf ya... Bi Yati cuma be

, itu pelecehan! Kalau mau bercanda pun harus tahu batasnya! Coba Bi Y

ucat, ibu-ibu yang

ki kepedulian sama pendidikan agam anak-anak kita. Dia orang baik, ngajar ngaji anak kita deng

a? Lebih tinggi dari kita yang tiap kumpul cuma bisa gosip da

. Udah gak kuat di sini," pungka

ur. Suaranya makin jauh, tapi keheningan yang

erkata apa. Dapur yang tadi ramai kini jadi sunyi. Hanya suara p

Riana menoleh ke Bi Yati

ti, beneran punya Us

elagapan, mukanya merah. "A-a-aduuh Bu, saya cuma

iana sambil mengangkat al

-pura motong kol, ada yang pura-pura ngulek

iana akhirnya sambil menepuk dahi. "Kita

i senyuman masih meng

ng Basri'. Bener kata Mbak Mia, dia itu guru ngaji kita. Lagian., gimana

Bu Ustaz?" celetuk Mak Sari, disa

tawa. "Dasar emak-emak...

atas dulu ya, mau rebahan bentar. Dari kem

ak-emak kompak, sambil ma

ernyawa. Tawa-tawa kecil mulai bertebaran lagi, menggoda udara yang sej

meski tak sekeras sebelumnya. Ada rasa canggun

i dua. Wajahnya masih terlihat lelah, ta

ek, susulin gih Mbak Mia. Jangan dibiarkan dia pergi dengan hati panas. K

a menunjukkan rasa tak enak. Tadi mereka memang ikut menertawakan

ang, pura-pura tak mendengar, tapi

g tua, paling tenang, pali

edikit pucat. "Haduh..." desah

annya lembut, tapi hatinya teguh. Kalau sudah merasa dilecehkan atau orang terdekatny

inya yang maju, mungkin tak ada yang cuku

apur. Suasana di belakangnya masih hening. Ibu-ibu yang lain hanya menatap pungg

nggungnya sedikit pegal. Tapi pikirannya masih berkecamuk. Ia memejamkan mata se

li naik ke

i dapur sebelum naik kembali ke ke kamarnya. Ia menatap terong itu lekat-lekat, memiring

tanda tanya. 'Masa sih segede dan sepanj

ingat betul bagaimana tadi Bi Yati sempat gelagapan saat ditanya soal

di tangannya, meremasnya

ini kenapa mala

diri, rasa ingin tahu itu tak kunj

siapa. Hidupnya lurus. Cukup dengan Arga, lelaki satu-satunya yang i

dan ukuran", tapi juga karena keadaan suaminya. Ia bukan perempuan bodo

Riana tiba-tiba mengarah pada Bah Duloh, Dodi, Petugas Pake

erongnya Bah Duloh. Tidak sebesar terong yang sedang dipegangnya. Tapi mungki

ee

lahan. Riana refl

rpeleset, da

ya meluncur ke udara, j

ah!" te

*

mengandung adegan dewasa yang eksplisit tanpa sensor. Hanya

Sebelumnya
Selanjutnya
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY